27. Cup

340 7 0
                                    

Warning⚠ Sebagian part berisi adegan🔞. Hati-hati kalo mau baca ya❗

•••

Terlihat dua sejoli sedang duduk berhadapan di salah satu taman ibu kota. Naren menatap gadisnya tajam, "kenapa kamu jalan sendiri tadi? Mau kemana?" tanya Naren membuat Abel meneguk ludahnya. Rasanya seperti sedang di sidang karena suatu kejahatan.

"Aku tadi laper. Di rumah juga gak ada makanan. Jadi aku ke luar buat cari makanan sambil jalan-jalan," jujur Abel sambil menunduk. Sungguh, rasanya ia takut sekali sekarang.

"Juga, kenapa kamu pake baju sama celana pendek kayak gini, hm? Kamu tahu? Aku aja kegoda liat kulit mulus kamu, bee. gimana mereka?," bisik Naren membuat Abel semakin menundukkan kepalanya dalam, merasa sangat bersalah.

"M-maaf, Ren. Aku gak sempet ganti baju," sesalnya membuat Naren menggelengkan kepalanya. Lelaki itu kemudian melepaskan hoodie bergambar tengkorak kesayangan miliknya dan melilitkannya di pinggang gadis itu membuat Abel tersenyum, "makasih, ayang." ujarnya manis membuat Naren berdehem,

"Jangan di ulang lagi. Kalo laper, telfon aja aku." nasihatnya membuat Abel mengangguk semangat.

Cup,

Naren membeku merasakan benda kenyal nan hangat yang menyapu bibir nya walau hanya sedetik. Naren mengerang, Abel nakal! Mengapa harus sebentar sih?

"Kamu nakal," desis Naren membuat Abel terkikik geli. Rasanya senang sekali melihat Naren tersiksa seperti itu.

"Ucapan terima kasih aku karena udah nolong tadi," ujar Abel di akhiri dengan senyuman manisnya yang candu. Naren terdiam, "Kenapa sebentar?"

"Ya kalo lama mah enak di kamu nya!" ujar Abel membuat Naren terkekeh.

Abel kemudian menatap luka di tangan Naren lalu memegangnya,

"Ini harus di obatin, Naren. Ayo ke rumah sakit!" ajak Abel namun Naren sama sekali tidak beranjak dari duduknya

"Nggak mau, bee. Lagian, ini cuma luka kecil," ujar Naren membuat Abel melongo. Luka kecil katanya?

"Luka tusukan segede gaban gitu kamu bilang luka kecil? Ini nih yang luka kecil!" Abel menekan luka Naren gemas membuat lelaki itu merintih,

"Kamu nakal, bee." ujar Naren sambil meniup-niup lukanya yang lumayan perih.

"Kamu yang batu gak mau aku ajak ke rumah sakit!" sembur Abel membuat Naren meringis. Bukannya tidak mau, tapi Naren sangat tidak suka dengan bau obat-obat an di rumah sakit, sangat membuatnya mual.

"Ke rumah kamu aja gimana? Obatin luka aku nya di sana. Lagian, aku juga udah lama gak ketemu Tante Mira," ujar Naren membuat Abel mematung. Kalau Naren ke rumahnya, ia bakal tahu dong keberadaan Anna?

"Ke rumah sakit aja, ya?" tolak Abel membuat Naren terdiam,

"Yaudah kalo gak mau, gak usah obatin." ujarnya semakin membuat Abel kalut.

"Yaudah ayok di rumah Aku!" ajak Abel setelah sedikit lama berfikir membuat Naren mengangguk. Bukan apa-apa ia ingin ke rumah Abel. Tapi beneran ia sangat rindu kepada Mak Rempong yang tak lain adalah Mira. Naren tidak tahu saja seperti apa keadaan Mira sekarang.

"Tuh kan ini gimana nyetirnya? Lengan kamu kan lagi luka," ujar Abel ketika sudah sampai di samping motor milik Naren.

Naren terkekeh, "Gak papa. Aku udah biasa kayak gini," ujar Naren membuat Abel mendelik,

"Kalo aku celaka gimana?" tanyanya membuat Naren mengusap puncak kepala gadis itu,

"Aku jamin, kamu bakal selamat sampe rumah," ujarnya membuat Abel menghela nafas kemudian mengangguk.

Setelah naik, motor Naren pun melaju membelah jalanan Ibu Kota yang terang.

•••

Cklek,

Abel membuka pintu rumah nya menampakkan keadaan dalam yang sepi. Abel menghela nafas lega. Sepertinya kedua pelakor itu sudah tidur.

"Ayok, masuk." ajak Abel di angguki oleh Naren. Mereka kemudian memasuki rumah dan duduk di salah satu sofa di sana. Gadis yang penuh dengan bercak darah di baju nya itu menatap Naren,

"Kamu tunggu dulu, ya. Aku mau ganti baju dulu sekalian ngambil kotak P3K," ujar Abel membuat Naren mengangguk.

"Oh, iya, tante Mira ke mana? Udah tidur?" tanya Naren membuat Abel mematung.

"U-udah tidur mungkin," ujar Abel terbata membuat Naren sedikit curiga tapi mengangguk.

Abel lalu melepaskan hoodie Naren dan memberikannya ke lelaki itu.

"Tunggu, jangan pulang dulu." nasihat Abel membuat Naren terkekeh, "Iya, sayang."

Abel kemudian menaiki tangga dan ke kamar untuk mengganti baju nya yang sudah di penuhi bercak darah dari tangan Naren.

Naren menunggu Abel dengan sabar. Lelaki itu kemudian menatap tangannya yang sudah sobek. Hal ini tidak sesakit ketika melihat gadis nya di sentuh oleh preman brengsek tadi. Naren menggeram marah, rasanya ia sangat ingin menghabisi kedua preman tersebut namun gadis nya melarangnya membuat Naren harus mengubur dalam-dalam keinginannya.

"Loh, Naren. Kamu ngapain di sini?"

Naren mengerutkan keningnya mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Lelaki itu kemudian mengangkat kepala dan terkejut melihat Anna sedang berada di hadapannya, menatap nya dengan tatapan--- memuja?

"Lo, lo yang ngapain di sini?" tanya Naren balik. Rasanya ia tidak ingin berbicara kepada Anna. Namun rasa penasarannya yang mendorong lelaki itu untuk bertanya.

Anna tersenyum manis, "Ini rumah aku," tuturnya yang membuat Naren kembali terkejut,

"Rumah lo? Yang gue tau ini rumah Abel," ujar Naren membuat Anna terkekeh. Gadis itu kemudian duduk di sebelah Naren tanpa di suruh oleh lelaki itu. Naren yang risih pun menggeser duduk nya membuat Anna tersenyum kecut,

"Bisa dong. Apa sih yang Anna gak bisa?" tanya nya sambil tertawa kecil lain hal nya dengan Naren yang menatap nya dingin. Ada apa ini sebenarnya? Mengapa Anna berada di rumah Abel. Perasaan waktu Naren berpacaran dengan gadis itu, Anna berkata ia tidak mempunyai ayah. Naren terhenyak, apa jangan-jangan... Ah, sepertinya ia harus menanyakan hal ini kepada gadis nya nanti.

"Ini kenapa?" Anna kembali mendekati Naren dan ingin mencekal lengan cowok itu namun Naren menjauhkannya.

"Gak papa. Bukan urusan lo juga," ujar Naren datar membuat Anna menghela nafas. Ia kemudian tersenyum mencoba menyingkirkan perasaan sakit di hati nya,

"Aku obatin, ya?" tanya Anna membuat Naren menggeleng,

"Gak usah." ujarnya  singkat membuat Anna terdiam,

"Siapa yang nyuruh lo buat duduk deket cowok gue?" pertanyaan dingin itu membuat Anna dan Naren langsung menatap ke arah sumber suara.

•••

Bakalan mamposss sih ini Mak lamperrr🤗
Salam sayanggggg♡

TERJEBAK BERSAMA P5YCOPATH M3SUM [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang