Ustadzah Lubna Mauladawilah
Ibarat luka, semakin diobatin justru semakin melebar, luka yang jika mau sembuh maka harus lebar dulu, barulah ia mengering. Percayalah, luka karena rindu adalah luka paling mengasyikkan.Kak Azizah Asseggaf
Ingin kutasbihkan butir-butir rindu dalam bait-bait doa di malam-malamku, kupagari rindu itu, hingga kelak tiba dilamar olehmu, oleh rasa yang syahdu.
Ketika aku tidak di depanmu, sajak tentangmu kubaca ulang, kau hadir dalam mimpi tak bertepi.
Aku berharap, setiap kisah yang kubagi, bisa menjadi sebuah pintu, sebagaimana kata ustadzah burqa;
"Di situ ada 1 pintu yang akan hubungkan kita laksana jembatan untuk mempertemukanmu dengan yang tercinta, denganmu dan Tarim Al Ghanna"✨Ustadzah Lubna Mauladawilah
Episode ini, mengupas tentang indah sebuah jumpa yang penuh makna dan syarat pesan istimewa. Hari dimana aku pernah memandang wajah beliau, hari dimana aku jatuh cinta dengan beliau.
Yaitu saat menjadi musyrifah di Dar Ar Rusyd, ketika taklim dengan beliau, adalah satu waktu yang tidak akan kulupakan ataupun kutinggalkan.
Beliau mengajarkan bagaimana melakukan segala kegiatan dengan hati.
Bagaimana berbicara dengan hati
Bagaimana mengajar dengan hati
Bagaimana melakukan ini itu, dengan menghadirkan ketulusan hatimu, hingga hadir rasa di setiap dzikir yang kubaca.
Beliau menyadarkan ku, bahwa dzikir bukan sekedar nulir tasbih yang dipindahkan, tapi tentang setiap detak nafasmu yang terhubung dengan Tuhan.Dialah Hubabah Aisyun, yang dengan memandang wajah teduhnya senantiasa bersihkan kotoran hati, laksana dibilas dengan air dari surga.
Hingga saat ini, sejuk masih dirasakan oleh sukma.
Dulu atau sekarang, tetap sama sama indah, sama sama membekas, sama sama membentuk, sama sama mendidik.Seperti biasa, aku siap-siap taklim, 2 tahun tidak berjumpa dengan beliau, hari itu menjadi hari yang istimewa. Kusiapkan pena, buku, dan tisu, rindu membuncah dalam dadaku.
Aku pun duduk paling depan, tidak ingin ada jarak dengan beliau.Di kota mulia ini, tak akan luput dari sebuah pelajaran. Jika kita sadar pilihan takdir Allah itu yang terbaik, maka di situasi apapun akan selalu ada hikmah, jika kita mau mengambil hikmah itu.
Di kota Tarim, jangan segan-segan menjinakkan hatimu, Ridha atas ketetapan Allah.Aku pun menunggu kehadiran beliau, sesekali melirik pintu berharap dapat melihat beliau masuk.
Tapi Tarim, tidak bisa kau prediksi kawan.. datang tuan rumah kak Nadia, mengabarkan ustadzah Aisyun berhalangan hadir, beliau sedang tidak enak badan.
Ah... Rindu yang ingin kupecahkan ternyata harus sabar-sabar kusimpan.Di Tarim, harus menghadirkan hati yang lapang. Jika kamu mau, kamu akan menemukan hikmah dibaliknya.
Sambil mengangkat buku dan pena dengan hati kecewa, Kak Nadia mendekat kepadaku
"Ustadzah, kasian ya jamaah udah semangat hadir niat taklim, tapi ustadzah Aisyun sedang berhalangan, gimana kalau Ustadzah aja yang isi?""Mana mungkin, ini kursi meja sudah kupersiapkan untuk beliau, ga mungkin ana yang bukan siapa-siapa menggantikan beliau"
"Ayolah Ustadzah, mereka ini sudah niat baik dari rumah loh, udah niat taklim, gapapa ustadzah yang isi"
Akhirnya aku pun menerima tawaran beliau.
Ketika aku yang bukan siapa-siapa memberi nasehat di depan mereka.
Mereka yang hadir.. meski bukan Hubabah Aisyun yang ada di depan mereka, meski yang mengisi tidak sesuai dengan bayangan mereka, tapi lihatlah..Mereka benar-benar duduk, merenungi setiap bait ilmu yang mereka dengar, tanpa melihat siapa yang bicara.
Ilmu itu bisa kita dapatkan dari siapapun, asal kita mau memandang dengan positif dan husnudzon.
Mereka khusyuk, meneteskan air mata.
Mereka lebih baik dariku, dan itu karena husnudzon dari hati mereka.