Ella menatap semuanya. Jadi ini dunia malam yang dimaksud Deliza? Rasanya begitu bebas. Pantas saja Deliza terlihat senang saat bercerita.
"Ayo.." Deliza menarik Ella agar terus masuk.
Ella menelan ludah saat melihat banyaknya manusia yang begitu gila di bawah kerlap-kerlip lampu.
"Kau serius, Deliza?"
"APA?" Deliza berteriak karena tidak terlalu mendengar ucapan Ella.
"Ini menakutkan!" Ella melotot melihat banyaknya pria disekitarnya kini.
Deliza tertawa melihat wajah panik Ella.
"Tunggu saja diruang itu," tunjuk Deliza tidak ingin memaksa lagi. "Carilah yang kosong," teriaknya lagi.
Ella mengangguk, dia tidak kuat dikelilingi pria dengan tatapan yang menurutnya menyeramkan.
Ella tidak biasa.
Ella bergegas menuju ruangan yang ditunjuk Deliza. Berharap itu tempat yang bagus. Ella membuka pintu ruangan pertama.
"Oh astaga!" Ella bergegas menutupnya lagi.
Ella mengusap dada kaget, dengan panik membuka pintu lain lagi dan kembali terkejut. Kali ini bukan pesta seks, tapi hanya berisi pria-pria menyeramkan. Menatapnya dengan tajam.
Ella segera menutupnya dan berlari menuju ruangan yang asal dia pilih. Dalam hati terus berdo'a, semoga kosong.
Ella menjerit syok sampai terduduk di lantai. Di depannya bagai zombie, beberapa orang itu terlihat gila. Bukan itu yang membuatnya syok, dia bisa melihat dua orang yang mengeluarkan busa dari mulut.
Bukankah itu tandanya—
"ARGHMP..!" jerit Ella tertahan saat merasakan tubuhnya di seret lalu mulutnya di bekap.
Ella berontak namun tetap tidak bisa terlepas.
Ella terengah teramat syok saat tubuhnya dihimpit oleh tubuh besar yang sangat tinggi. Terlihat seperti beruang yang dia benci.
Tubuh Ella bahkan tidak menapaki tanah saking pendek kakinya saat di seret pria itu.
"Kau gila?" desis suara pria yang begitu berat menyeramkan.
Ella mencoba menatap sosok itu namun sulit karena lorong panjang ini gelap. Suara musik DJ terdengar pelan, apakah mereka ditempat jauh?
Ella kembali berontak. Menggerakan kakinya yang tak menginjak bumi.
"DIAM!" bentaknya
Ella melotot kaget sampai tubuhnya membeku.
"Kau ingin mereka mengincarmu?" bisiknya terdengar mendesis marah. "Dia tidak pandang bulu jika itu mengganggu bisnisnya!" lanjutnya.
Ella menggigil ketakutan dalam bekapan tangan besar yang kuat itu.
Ella tak bisa menahan air matanya. Salah satu dari orang yang mulutnya berbusa dia kenal. Dia Arsa, artis cilik yang dia gilai sampai fotonya penuh di dinding kamarnya.
"Harusnya kau selamanya hibernasi!" geramnya lalu menggendongnya.
Ella agak terkesiap. Bagaimana dia bisa tahu soal itu? Apa mereka kenal?
"STOP! Siapa kalian!" teriak satu penjaga dengan diikuti dua penjaga lainnya.
"Jangan bertingkah, patuhlah jika ingin selamat!" bisik pria itu.
"Ku bilang— Oh astaga! Tuan Emran,"
Ketiganya sontak membungkuk sopan saat tahu dengan siapa mereka berurusan. Sesekali mencuri lirik kepada Ella yang pasrah di dada bidangnya.