Extra Part

13K 558 9
                                    

Emran menatap tenang anaknya yang sudah bisa merangkak. Membiarkannya ke sana kemari, terjatuh bangun sendiri.

Erlangga terlihat kuat, terjatuh hanya kaget lalu tersenyum dengan gusi tanpa gigi. Terlihat lucu.  Dia mencoba mendekati daddynya.

"Erlang, momma bawakan makanan!" seru Ella dengan riang.

Tatapan Emran beralih pada Ella yang memakai celemek, rambutnya diikat asal namun cantik. Terlihat keibuan walau badan Ella kembali kecil namun sehat.

Ella dan Emran memang selalu olah raga bersama, kata Ella dia tidak mau gendut agar tidak mudah lelah.

Emran sama sekali tidak memusingkan itu. Jika Ella nyaman, dia tidak masalah.

"Kau sudah pulang, sayang?" sambut Ella.

Erlangga mendudukan dirinya sambil menatap Ella lalu berbalik arah, dia urung mendekati Emran dan dengan riang mendekati Ella.

Emran mengecup kening dan bibir Ella sekilas dengan menjilatnya jahil. Emran beralih pads Erlang.

"Kau sama seperti ibumu, bajingan kecil! Kau sangat suka makan,"

Ella menatap Emran. "Kau selalu saja memanggilnya begitu!" protesnya.

"Aku lupa, sayang." balasnya santai lalu duduk sambil mengangkat Erlangga agar duduk di pangkuannya.

Erlangga duduk riang dan bertepuk tangan random. Begitu lucu. Dia senang akan makan, sungguh seperti Ella yang sangat suka makan walau tubuhnya kecil.

"Momma tahu kau akan senang," Ella mengaduk bubur yang lembut buatannya itu.

"Buka mulutmu," Emran mencapit pipinya gemas.

Erlangga hanya menepis lucu lalu menerima sesendok makanan dari mommanya dengan bahagia.

"Auhh.. Good," Ella terlihat senang melihat anaknya selalu lahap.

"Kau sudah makan?" Emran menatap Ella yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang bagus.

"Sudah, kau?" tanyanya balik sambil kembali menyuapi Erlang.

"Sudah, setelah pertemuan.." Emran mengunyel pipi Erlang hingga anaknya itu merengek.

"Dia sedang makan, lebih baik kau mandi dan kita bermain di belakang sambil menunggu malam, aku ingin sosis bakar, sayang.."

"Lebih baik sosisku," Emran menatap Ella genit lalu mengunyel Erlang hingga menangis, barulah Emran berhenti.

"Kau lemah," gemas Emran.

Ella dengan sebal mengambil alih Erlang. Emran selalu saja membuatnya menangis. 

***

Emran hanya menggunakan celana santai, memampangkan tubuhnya yang indah penuh otot.

Ella menoleh lalu melempar cengiran. "Kau sedang memancing macan tidur, Emran?" sindirnya yang tengah memberi ASI.

Emran mengangkat alisnya dengan senyum dan tatapan m*sum, melintasi Ella yang terus menatapnya.

Emran menuju dapur untuk minum.

"Apa rumah kita tidak dikawal lagi?" Ella bertanya saat Emran mendekat dan duduk di sampingnya.

"Tidak di dalam, di luar banyak," Emran mengusap rambut Ella. "Lebih banyak dari taman belakang kita," lanjutnya.

"Kita seperti artis, pejabat," komentar Ella.

Emran tidak merespon, dia menusuk d*da Ella, mencoba usil melepaskan p*ting dari mulut anaknya.

"Sedotanmu sepertiku,"

Ella mendelik lalu mengulum senyum. "Dia sangat hati-hati, tak sepertimu!" ralatnya lalu memekik sakit.

Imbas usil Emran, Erlang sepertinya kesal sampai menggigit p*tingnya, tidak sakit memang karena tidak ada gigi tapi tetap saja kaget dan agak ngilu.

"Kau menggigitnya!" Emran berseru marah walau sebenarnya hanya bercanda.

Bibir Erlang menekuk ke bawah seolah paham. Matanya yang jernih bulat mulai berair mendengar omelan Emran.

"Kau benar-benar akan membuatnya menangis?" Ella menggeleng samar.

Emran terus mengomelinya, hingga tangis Erlang pecah. Ella menghela nafas panjang.

***



"Kau menunggu, momma?" Ella mendekat dengan masih terlihat lemas,  walau dia sudah membersihkan diri dan beristirahat sejenak.

Emran berjalan santai dengan tanpa atasan, seolah memamerkan jejak yang dibuat Ella di tubuhnya, di ototnya yang terbentuk.

Toh, semua mata yang ada akan menundukan kepala jika Emran melintas.

Emran tidak peduli.

Emran meneguk segelas air lalu mendekati Ella yang mengurus Erlang.

"Kau si peganggu cilik," Emran menyubit hidungnya hingga memerah namun Erlang tidak menangis karena memang tidak menyakitinya.

Ella hanya tersenyum mendengar setiap keluhan Emran. Mungkin benar, dia dan Emran butuh honeymoon kedua.

Butuh waktu berdua.

"Lihat saja jika kau sudah besar, aku akan merebutnya lagi,"

Ella tertawa pelan. "Kau sepertinya akan bersaing dengan Erlang," kekehnya geli.

Ella mengusap sekilas lengan Emran. "Kita pergi honeymoon setelah Erlang satu tahun, sebentar lagi," ujarnya.

Emran membalas mengusap wajah Ella. "Bagus, senang mendengarnya sayang, kita harus segera memiliki anak gadis, kelak dia akan membelaku, aku yakin si pengganggu ini akan berpihak padamu,"

Ella kembali tertawa mendengarnya.


Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang