26. Emran Semakin Sadar Dengan Pesona Ella

9.6K 563 4
                                    

Emran menatap Ella yang lahap, memakan iga, nasi dan sambal itu tanpa sumpit atau sendok. Menggunakan jemari tangannya langsung.

Ella terlihat menikmatinya. Jemarinya belepotan dan mulut Ella pun sama. Terlihat menggemaskan.

"Kau terlihat seperti tarjan rakus," bisiknya di depan wajah Ella. Emran menyingkirkan beberapa nasi di pipi Ella.

"Kau selalu memanggilku Tarjan!" bibir Ella mencebik sebal lalu menggigit daging yang melekat di tulang itu.

Emran tidak merespon, hanya diam menatap Ella yang mencocol semua sambal. Ella terlihat puas dengan semua pesanannya. Tidak sia-sia dia membayar mahal.

"Buka mulutmu!" Ella mendekatkan daging yang sudah dia cocol dengan sambal yang tidak terlalu pedas.

Emran kurang suka jika terlalu pedas.

"Buka.." Ella agak merengek.

Emran menatap itu sejenak lalu membuka mulutnya tanpa bisa menolak.

"Enak?" wajah Ella miring dengan lucu, mulut cemong.

Emran sampai lupa rasa dari apa yang dia kunyah melihat wajah miring menatapnya yang menggemaskan itu.

Sejak kapan Ella semenarik ini?

"Tidak enak?" Ella mengerjap masih menunggu respon Emran.

Emran masih mengunyah dan menatap wajah Ella.

"Kau cantik," Emran membelai sekilas pipi Ella.

Ella berdecak. "Aku bertanya enak atau tidak! Aku tahu aku cantik," Ella kembali menyubit daging yang menempel di tulang namun mudah itu lalu mencocolkannya ke sambal lain.

Emran tersenyum samar. Dia kecup bibir belepotan dan sibuk mengunyah itu sekilas lalu beranjak.

"Habiskan," lalu kepala Ella di usap sekilas.

Ella mencekal lengan Emran. "Kemanyah?" tanyanya dengan mengunyah pelan.

"Merokok,"

"Tidak boleh," Ella menarik lengan Emran. "Aku akan mual mengendus bau yang menempel padamu, Emran.." keluhnya.

Emran pun duduk lagi tanpa membantah. Ella tersenyum senang, mengecup punggung tangan Emran sekilas.

Emran meraih tissue untuk melap bekas ciuman Ella yang penuh minyak dan lengket.

"Kau tidak takut gemuk?" Emran bertanya sambil menyeka tangannya.

"Kau tidak suka aku gemuk?" Ella balik bertanya sambil mendekatkan wajahnya menatap Emran sendu.

Semua makanan itu enak. Ella tidak bisa berhenti walau berminyak dan akan membuatnya gemuk.

Emran menatapnya lagi. Apa hormon sehebat itu mengubah wanita?

"Kau akan semakin nikmat, habiskan.."

Ella mengulum senyum agak tersipu. Dia paham maksud Emran. Dasar suami m*sum!

"Kau tidak mau?" Ella mendekatkan lagi ke bibir Emran.

Emran menerimanya, mengunyah tenang sambil menatap bumil yang mulai kepedasan. Namun terlihat keenakan.

"Sudah," Emran menghentikan Ella yang akan mencocol sambal.

Ella mengangguk patuh. 

***

Emran menatap Ella yang mendengkur. Perutnya kenyang, tidurnya menjadi cepat dan lelap.

Lihat, mulutnya terbuka menggemaskan. Apa Ella memang menggemaskan? Emran baru menyadarinya, semakin menyadarinya sekarang.

Emran menyimpan ponselnya ke nakas. Dia mendekat pada Ella, mengusap garis wajahnya lalu merapatkan bibirnya yang terbuka.

Emran kecupi bibir itu beberapa kali. Ella terlihat lelap tak terganggu.

"Apa yang sedang kau mimpikan?" bisik Emran lalu mengendus lehernya yang candu. Tempat yang Emran gilai.

"Shh.. Kau menggemaskan semenjak hamil," bisiknya lalu menghisap leher itu hingga meninggalkan jejak.

Ella hanya menggeliat kecil.

Emran menyudahinya, dia mulai mencari posisi untuk tidur. Hingga tak lama Ella memeluknya.

Emran pun berbalik, balas memeluk Ella. Membuat Ella semakin nyaman dalam tidurnya yang hangat.

Pagi pun menyapa dua insan yang terlelap. Emran yang tidur dengan normal dan Ella sudah tidak di posisinya.

Ella berbantalkan perut Emran.

Emran membuka matanya saat merasakan pergerakan yang menyentuh bagian bawahnya yang mengeras di balik selimut dan celana piyamanya.

Emran kembali terpejam guna mengumpulkan nyawanya.

Ella menggeliat, mulai membuka matanya lalu bersitatap dengan Emran yang menatapnya. Kenapa Emran menatapnya?

"Kau membuatnya semakin bangun, sayang.."

Ella mengertap lalu menatap yang ada di samping wajahnya. Sebuah gundukan yang oh astaga!

Ella mendudukan tubuhnya cepat.

Emran mendudukan tubuhnya juga lalu memeluk Ella. "Kau tidak akan tanggu jawab?" tanyanya berbisik serak.

"Bukankah pagi dia memang ikut bangun?" Ella memalingkan wajahnya.

"Dia semakin mengeras karena sapaanmu, geliatanmu yang mengusiknya," bisik Emran.

"Yasudah, sekali.."

"Dua.."

"Sekali!" rengek Ella.

"Hm," Emran yakin, nanti Ella akan meminta lagi. 


***

"Kau sudah berjanji akan mengabulkan apa mauku dan bayi kita!" Ella mulai bertingkah.

"Aku hanya ingin menyelesaikan ini sebentar, bersabarlah.." Emran sungguh harus menyelesaikannya hari ini.

"Apa pekerjaan itu lebih penting dari pada aku dan dia?!"

Emran menatap Ella datar. Sungguh drama istrinya itu.

“Kau segalanya, berhentilah merengek agar aku bisa menyelesaikannya dengan cepat,”

Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang