Darka membawa Delin ke rumah Emran. Ella dan Emran sudah memberi kabar kalau mereka sudah sampai.
Selama perjalanan Delin terlihat diam. Mungkin masih tidak percaya anaknya hamil. Dia pikir Ella dan Emran tidak akan sejauh itu.
"Ella akan marah pada kita saat sampai nanti," ujar Darka.
Delin menoleh menatap suaminya. "Ella sudah tahu soal pernikahannya?" tanyanya.
"Ya, Emran sudah memberitahunya, selama berhari-hari Ella marah saat di Meksiko,"
"Kenapa tidak bilang padaku?!" Delin merasa selalu menjadi pihak yang tahunya di akhir.
"Belum saatnya, sayang.. Ella saat itu tidak bisa diajak bicara, aku tidak ingin membuatmu banyak pikiran, saat itu kamu sedang sakit,"
Delin mencoba tidak marah walau kesal.
"Ella sudah baik-baik saja, kita hanya perlu menjelaskan dan meminta maaf padanya. Aku yakin, anak kita akan paham,"
Delin pun mengangguk pelan, membalas usapan Darka di jemarinya yang di genggam hangat.
***
"Kenapa kau jadi terus ada di rumah?" Ella terdengar mengeluh, apa lagi geraknya banyak dilarang.
"Bukankah kau akan mencariku jika tak ada?" balas Emran santai sambil membaca beberapa lembar kertas.
"Ck! Lebih baik—"
"Aku akan bekerja di rumah," potong Emran. Keputusannya sudah bulat, dia pun sudah mengatut orang kepercayaan untuk turun ke lapangan.
Jika pun ada yang harus dia tangani, mungkin hanya sesekali dia keluar.
"Apa?! Tidak boleh!"
Emran mengangkat alisnya satu lalu tersenyum miring. "Kenapa?" tanyanya heran.
Ella cemberut. "Aku harus selalu mandi, berdandan dan itu sangat.. Melelahkan, aku malas," jawabnya.
"Tidak boleh jorok!"
"TUHHH! Kau menyebalkan! Aku harus selalu bangun pagi, mandi, makan, aku hanya ingin tidur!" cerocosnya lalu memukuli lengan Emran.
Emran tetap diam, fokus membaca dua lembar kertas lagi.
Ella menghentikan pukulan lalu bersandar di bahu Emran sambil memukuli kertas itu, dia akan mengganggu Emran sampai Emran tidak betah di rumah.
Emran membiarkannya, Ella pun menyerah. Dia memilih ikut membaca walau tidak paham. Kedua matanya mulai berat.
Ella memang menjadi mudah sekali tidur.
"Apa kau senang aku menjadi istrimu?"
Emran hanya bergumam singkat.
"Aku bertanya, apa kau senang?" Ella tidak puas.
Emran mengecup kening Ella agak kesal. "Ya, kau nikmat," jawab Emran sekenanya.
Ella menggeram kesal namun memilih diam. Matanya semakin berat dan terus memberat. Hingga benar-benar tertutup.
Emran terus membaca hingga menyelesaikannya. Dia menyimpannya di meja sampingnya lalu mengintip Ella yang adem ayem.
Ella terdengar mendengkur halus. Lelap dan sibuk berkelana di alam mimpi.
Emran mengangkatnya, merebahkannya di kasur namun kedua tangan Ella membelit lehernya.
"Kau juga tidur!" Ella berujar pelan nan serak, matanya hanya terbuka sedikit.
"Aku—"
"Aku ingin kau tidur!" tegas Ella agak manja.
Emran menghela nafas sabar. Ella jadi rewel semenjak turun dari pesawat.
Emran bergerak menggeser Ella lalu ikut rebahan. Dia akan terlelap 10 menit saja. Dia tidak boleh bermalas-malasan walau bekerja di rumah.
"Emran," bisik Ella setengah mengantuk.
Emran menepuk-nepuk Ella bagai bayi dan itu nyaman sekali bagi Ella. Rasanya dia terus di dorong menuju alam mimpi.
"Hm?"
"Club, aku ingin melihat lampu," racaunya asal. Emran tidak merespon dan Ella pun hening, hanya dengkuran halus yang terdengar.
***
"Ella, sudah bangun, nak?" Delin menyambut senang.
Darka dan Emran pun berhenti berbincang. Keduanya kini menatap Ella yang terlihat seperti baru bangun.
"Kau pergi begitu saja!" Ella memukul lengan Emran lalu duduk di sampingnya.
Ella sedang ingin marah pada Delin dan Darka.
Delin menatap Ella sendu. Dia tahu, Ella pasti marah karena pernikahan itu bukan perkara sepele.
"Sapa orang tuamu!" Emran menatap Ella tak suka karena mengabaikan Delin.
Ella pun menatap Delin dan Darka.
"Aku marah!" ujarnya lalu cemberut. "Kenapa kalian menyembunyikannya bahkan tidak meminta izinku dulu!" marahnya.
"Papa yang salah, Ella. Papa hanya ingin ada pria yang bertanggung jawab menjagamu lebih baik dari papa,"
Ella menunduk sedih. Dia tahu, pasti niat papanya itu baik. Tapi, tetap saja. Dia sebagai manusia memiliki hak untuk menerima dan menolak.
Jika sudah begini. Sudah hamil pula. Ella hanya harus menerima dan untungnya itu Ardi alias Emran.
"Jika saja Emran itu bukan Ardi! Aku pasti akan kabur, menggugurkan anak ini!" Ella masih marah dengan berderai air mata kini. "Beruntung aku menyukainya, jika tidak aku akan marah pada papa dan mama seumur hidupku!" amuknya.
Emran tidak menegur. Dia biarkan Ella meluapkan emosinya.
"Aku tahu dan berterima kasih atas niat baik mama dan papa, tapi biarkan aku marah.. Kalian terlalu gegabah dan tidak mementingkan keputusanku,"
Delin tersenyum. Dia akan mengizinkan itu. Besok atau lusa Ella pasti sudah tidak marah lagi. Dia sangat kenal anaknya.
Ella tidak akan bisa marah lama.
"Baiklah, papa akan izinkan kamu marah, papa memang pantas, melihat kamu dan cucu papa sehat itu sudah cukup," balas Darka.
"Mama juga pantas, yang terpenting jaga kesehatan ya, mama mau kalian baik-baik saja, dan satu lagi.. Awalnya mama tidak merestui Emran, tapi sekarang.. Melihatnya menjagamu, mama akan memberi restu.. Tolong jaga Ella kami dengan baik.."
"Mama dan papa tenang saja, Ella akan aku jaga dengan baik,"
Ella mendengarnya jadi semakin menjatuhkan air mata.
"Kenapa harus Emran?" Ella menatap Delin dan Darka.
"Dia sudah berjuang menjadi pria sejati yang kuat untuk menjaga anak papa, biarkan soal itu suamimu yang bercerita.."
Ella menatap Emran yang datar saja. Ella mendesah lemas. Emran akan sangat sulit dia gali. Menyebalkan!
***
Emran menutup laporan di beberapa lembar kertas itu. Bisnisnya mulai kembali normal setelah kasus Arsa mulai tenggelam akibat kuasa dari musuhnya alias si pelaku.
Namun kini Ella yang mengganggunya.
Dia nemplok bagai benalu di pohon mangga. Kemana pun inginnya duduk di pangkuan dan nemplok di tubuhnya dengan sesekali menciumi rahang, pipi dan leher lalu berakhir melakukannya singkat.
Begitu saja selama seminggu ini.
Emran pun konsultasi mengenai hal itu pada dokter kandungan. Dia diberi beberapa tips untuk melakukannya agar aman.
Maka jatah pun tidak terlalu tidak dia dapat. Emran kini yang melayani Ella yang selalu ingin. Emran jelas gas saja tidak menolak.
Part khusus 24. Ella ketagian dan Manja, hanya akan ada di karyakarsa (Chanie1001) bagi yang mau, engga pun akan tetap bisa baca selanjutnya. Makasih:)