"Ella sedang tidur, kau bisa kemari besok, Luna.." Emran duduk dengan sebelah tangan memegang ponsel lalu satunya lagi secangkir kopi.
Emran menatap Ella yang dibelit selimut tebal di atas kasur. Terlihat lelap tidak terusik oleh suara dan pergerakannya.
"Kalian harus hidup dalam kedamaian, lupakan niatmu untuk menyakitinya, dia tidak salah, kau harus membahagiakan istrimu,"
Ella sungguh kelelahan setelah menerima kenikmatan kesukaannya sekarang.
Emran semakin sayang pada bayi yang masih di rahim Ella. Karena kehadirannya membuat Ella menjadi bumil buas.
"Ya, aku akan membahagiakannya.."
Emran menyesap kopi sedikit. Mendengarkan nasihat Luna di sebrang sana dengan tenang.
"Berikan dia perhatian, sedang mengandung inginnya selalu di beri kasih sayang oleh suami, diberi perhatian lebih, anak di dalam kandungannya pun akan ikut dengan suasana ibunya.. Kau harus menjaganya dengan baik, lindungi keduanya, bukan hanya Ella.."
"Aku akan menjaga keduanya, aku membutuhkannya.. Niatku dulu hanya sekedar rasa tak adil yang muncul,"
Luna terdengar lega di sebrang sana. "Aku senang mendengarnya, kalian sangat ditakdirkan bersama, walau banyak rintangan kelak, ku harap kalian selalu bahagia dan jauh dari bahaya.." harapnya bagai sosok ibu untuk anaknya.
"Kau tenang saja, aku berjuang keras hanya untuk menjadi pelindung Ella.. Aku tidak akan menyia-nyiakannya.."
Emran menyesap lagi kopi.
"Bagus, kau memilih pilihan yang tepat, aku ingin segera bertemu dengannya, tunggu aku datang, aku ingin mengenalnya, sampai besok.."
"Baiklah, besok lebih baik kau kemari dan berkenalan langsung dengannya. Ku tutup." Emran mematikan panggilan, menyesap sedikit kopinya lalu beranjak mendekati Ella yang bergerak lucu di dalam selimut.
Ella sepertinya akan terjaga.
"Kau haus?" tawar Emran dengan jelalatan melihat bagaimana selimut itu turun memperlihatkan tubuh atas Ella yang indah.
"Kau kenapa bangun?" suara Ella terdengar serak. "Tidur bersamaku," Ella meraih telunjuk Emran.
Emran menutupi tubuh Ella. "Kau tunggu sebentar," dia pun mengambil tab dulu.
"Aku menyuruhmu tidur bukan bekerja," Ella menyambut Emran dengan pelukan.
Emran bersandar di kepala ranjang. "Tidurlah, aku akan memeriksa sesuatu terlebih dahulu.." jelasnya.
Ella tidak merespon lagi. Dia kembali terpejam tanpa melepaskan pelukannya dari Emran yang hanya menggunakan celana piyama saja.
Emran terus membaca dengan sesekali membelai rambut Ella.
Ternyata memiliki istri tidak buruk.
Dia tidak kebosanan lagi jika sedang bekerja. Ada yang bisa dia mainkan, dia belai seperti saat ini rasanya seperti hiburan.
***
"Emran, apa nanny mu sangat dekat denganmu?" Ella duduk begitu saja di sebelah paha Emran.
Emran tengah menikmati kopi dan beberapa lembar roti tawar.
"Ya, dia seperti ibuku.."
Ella menatap Emran. "Sungguh? Aku harus memanggilnya apa?" tanyanya penasaran.
"Terserah, dia tidak akan tersinggung jika hanya di panggil nama saja, selama ini aku memanggilnya Luna.." jawab Emran sambil menyesap kopi sedikit dan mengusap pinggang Ella yang dia pegangi agar tidak jatuh..