"Apa mama, papa, percaya pada pria itu?" Ella terdengar kesal agak merengek. "Aku tidak bersalah! Arsa meninggal karena—"
"Sstt.. Jangan menyinggung masalah yang sedang sensitif!" potong Delin sambil membelai wajah Ella penuh kasih sayang.
"Ma, mau pulang!" manjanya dengan mata merebak basah.
Delin menyeka air mata yang mengalir itu. Dia jadi tertular namun ditahan. "Emran akan melindungi kamu, papa melindungi mama, bertahan sebentar, sayang.." mohonnya.
Ella menatap Delin sendu. "Kenapa harus dia? Dulu memang pernah bermain bersama tapi setelah itu kita hanya orang asing!" tegasnya lalu terisak pelan.
Ella ingin mengadu jika Emran menyentuhnya, membuatnya merasa kotor. Ella takut jika Emran akan menjualnya atau menyakitinya.
"Papa dan Mama percaya Emran, kamu harus percaya juga, tidak akan lama, semua akan terungkap dan masalah selesai," Darka membalas pelukan Ella yang merekek juga padanya.
***
Ella duduk di tangga rumah megah itu. Jalanan di depannya sungguh sepi tidak banyak kendaraan melintas.
Apa rumah ini memang berada di tengah hutan? Banyak sekali pohon walau di depan sana ada laut.
Ella sempat melihatnya saat perjalanan menuju ke sini.
"Mereka sudah pergi." Emran berhenti melangkah, dia berdiri di belakang Ella yang duduk memeluk lutut.
"Aku tahu!" sewot Ella tanpa menoleh atau mengubah posisi.
"Masuklah." Emran menatap rambut Ella, menunggu gadis itu menoleh dan menatapnya. Emran ingin melihat mata indahnya walau dibumbui kekesalan.
"Tidak mau!" suaranya terdengar keras kepala.
"Akan ku seret." Emran terus menunggu Ella menatapnya.
Ella tidak merespon. Sepertinya Emran harus mengeluarkan tenaga.
Emran membungkuk, mengangkat Ella dalam posisinya itu dengan mudah. Tentu saja Ella memekik kaget, posisi digendongnya juga agak menyeramkan.
"Emran!" serunya marah.
"Kak Emran, pada Ardi kau memanggilnya kakak,"
Ella mendelik kesal, kenapa Emran membicarakan Ardi seolah Ardi itu orang lain. Ella pun memilih diam.
"Tidak! Aku tidak ingin basah!" Ella baru sadar kalau Emran membawanya ke kolam renang. Ella membelitkan lengannya pada leher Emran.
"Tidak!" Ella menggeleng cepat.
"Tidak! Tidak! Ini sudah malam," teriaknya sampai Emran memejamkan mata dengan sabar.
"Pukul 8 malam, kita bisa berenang setengah jam," Emran menurunkan Ella namun Ella menolak.
"AKH! Tidak!"
Emran mencoba melemparnya namun Ella terlalu kuat membelitnya.
Emran mengecup gemas pipi Ella lalu menyeburkan dirinya beserta Ella. Keduanya tenggelam, Ella meronta di dalam air, dia belum siap masuk ke dalam air.
Emran membelit perut Ella, menariknya ke atas agar bisa bernafas. Ella tidak bisa menyentuh dasar kolam sama sekali. Emran melupakan hal itu.
Dia mengaku ceroboh.
Ella terbatuk-batuk, Emran pun memeluknya, mempuk-puk punggungnya.
"Uhuk! Iuhh! Uhuk! Aku menelan airnya!" rengek Ella agak manja. Berusaha tidak melepaskan lengannya di leher Emran yang membelit hampir mencekiknya.