Emran mengabaikan lirikan anak buahnya yang salah fokus pada lengannya yang terdapat gelang dari Ella.
Emran membaca seluruh informasi dari orangnya. Ternyata ada hubungan dengan mafia dari negara X yang dulu bermusuhan dengan ayahnya.
"Untuk penyeludupan senjata, aman, tuan."
Emran mengangguk sekilas. Itu kabar bagus, jika mereka kembali mengusiknya, maka Emran tidak akan diam. Daddynya pun sama.
Emran terus mendengarkan semua informasi dengan serius. Masalah polisi yang menyamar menjadi anggotanya akan Emran urus langsung.
Dia dan ayahnya tidak bodoh. Mereka semua akan takluk dengan uang. Emran akan mengatur semuanya agar segera kembali ke semula tanpa menyeret istrinya.
"Apa dia sudah siuman?" Emran menutup berkas itu lalu beranjak menuju penjara bawah tanah yang kotor dan menyeramkan.
Entah berapa orang yang meninggal di sana. Rumah ini sudah ada dari Emran kecil. Emran tidak akan meninggalkan rumah ini setelah rumah ini dibuang ayahnya.
"Sudah siuman dari kemarin, tuan. Tapi, dia masih bungkam."
Emran meregangkan otot leher dan jemarinya. Hari ini dia harus berhasil menggali informasi soal masalah besar di clubnya.
***
"Kau mengenal Deliza dari mana?" Emran terlihat tenang di kursi kerjanya yang ada di kamar.
Ella yang membaca buku sambil telungkup hanya menoleh. "Dia sahabatku, kita berkenalan saat tantenya menjadi guruku di rumah," jelasnya acuh tak acuh. Ella tengah sibuk membaca.
Emran menatap lurus Ella. "Di mana dia sekarang?" tanyanya.
Ella sontak mendudukan tubuhnya. "Ada apa? Apa Deliza akan dibawa ke sini?" tanyanya senang.
"Kau tidak akan bertemu dia lagi," jawabnya sambil meraih pulpen lagi dan mulai memeriksa pekerjaan.
"Ha? Memangnya kenapa? Deliza selama ini baik padaku!" seru Ella tidak terima.
"Dia terlibat dalam kematian artis itu, apa kau masih akan bersamanya?" tanyanya tenang namun sorot matanya tajam.
"APA?! Itu tidak mungkin!" Ella semakin tidak terima dengan kengacoan Emran.
"Dia sedang dicari kepolisian. Teserah kau percaya atau tidak," Emran terlihat serius pada kertas-kertas itu.
"Kenapa dia melakukannya? Dia menyukai Arsa juga! Dan—" Ella tidak mengerti dan jelas tidak percaya.
"Tidurlah, bertanya padamu percuma," Emran melirik sekilas.
Ella terengah emosi mendengarnya namun memilih menelannya dan menuruti Emran. Dia memilih rebahan dengan pikiran berisik.
Deliza melakukan hal itu? Apa mungkin?
"Tidurlah, besok kita akan pergi ke pantai."
Ella sontak berhenti memikirkan hal lain. Akhirnya dia akan pergi ke sana, tapi tumben Emran tidak meminta imbalan dulu. Itu bagus! Ella tidak akan mengungkitnya.
***
Ella menatap laut dari balkon ruang tamu. Dari sana ternyata benar, lebih jelas lautan di sana walau terlihat jauh.
Ella semakin tidak sabar. Dia akan pergi ke laut yang bukan pulau pribadi.
Padahal Ella hanya tidak tahu. Pulau kecil itu masih milik mertuanya alias orang tua Emran.
"Indah sekali," Ella terlihat senang sampai tidak peduli lagi soal tubuhnya yang dibelai Emran sambil diberi sunscreen.
Ella hanya berdiri di pagar pembatas.