13. Akhirnya Ella Miliknya

18.6K 651 2
                                    

"Pastikan dia kembali sembuh," Emran pun pergi dan akan melanjutkannya nanti setelah mengurus tarjan manjanya.

"Apa kau robot?" Emran bersuara setelah mengunci pintu kamarnya.

Ella menoleh galak namun juga berkilat sedih. Dia sungguh ingin merawat papanya.

"Makan atau aku yang akan memakanmu,"

"Jika itu bisa membuatku menjaga papa lama, maka aku mau." Ella membalas tanpa dipikir.

Emran terdiam menatap lurus Ella tak terbaca.

"Aku sungguh ingin menjaga papa sampai sembuh," bibir Ella bergetar menahan cengengnya lalu menunduk.

"Makanlah,"

Ella kembali mendongak dengan kesal. "Aku tidak mau!" lalu berbalik memunggungi Emran.

Ella kembali menoleh pada Emran. Dia melihat sesuatu seperti noda darah. Dan benar saja, itu bukan noda melainkan banyak.

Ella yang parno karena Darka kecelakaan sontak kaget melihat Emran penuh darah di kemeja putihnya.

"Ka-Kau terluka?" Ella menggigil takut.

"Bukan darahku," jawab Emran sekenanya.

"Apa? Kau—"

"Ini darah dari manusia yang sulit ku atur, dia terus membuat kesabaranku menipis, dia sedang sekarat di sana," potong Emran santai bagai pembunuh berdarah dingin.

Emran melepaskan kemeja itu lalu tersenyum sangat samar. Dia harap Ella ketakutan dan menjadi patuh.

Ella terdiam di tempatnya. Dia membeku dan mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Aku akan makan," cicit Ella lalu turun dari kasur dengan lesu.

Emran masih mengabaikannya namun bibirnya kembali tersenyum samar.

"Aku juga serius soal papa. Jika itu bisa membuatku mengurus papa, aku mau," lesu Ella.

Ella sedih. Kenapa harus begitu dulu. Emran memang brengsek namun sialnya juga ada sisi baiknya karena membeli apapun yang dia butuhkan.

Emran sungguh gatal ingin menegaskan mereka sudah menikah namun belum saatnya. Masih banyak yang harus Emran urus.

Terutama soal sahabat Ella, Deliza.

***

"Ella di mana?" Emran keluar kamar hanya dengan menggunakan jubah tidur yang terbuka dan celana piyamanya saja.

Pengawal itu mengantarkan Emran ke tempat Ella dan Emi berada yaitu kamar tamu.

"Tuan," Emi pun membungkuk sopan dan pamit.

"Aku tidak mau di kamar itu lagi! Ada pakaian yang penuh darah orang sekarat!" Ella memeluk selimut erat.

"Semua sudah dibereskan, jangan memancing kesabaranku jika tidak—"

"Aku takut!" potong Ella dengan kaki bergerak turun dari kasur. "Aku takut darah! Apalagi setelah melihat papa!" Ella pun menangis meraung-raung.

Emran sampai hampir hilang kesabaran mengurus segala tingkah Ella. Tidak sesuai umurnya.

"Berhentilah, Ella."

Suara dingin penuh peringatan itu berhasil membuat Ella berhenti walau masih sedikit sesegukan.

Emran menggendongnya dan Ella pasrah tanpa ingin mengusik lagi. Wajah Emran kini terlihat menyeramkan.

Ella melirik tubuh Emran yang begitu kekar. Dia akan remuk jika memancing emosi Emran. Mengerikan.

Tubuhnya dan Emran bagai 50 dan 05. Beda jauh.

"Engh.. Emran," Ella mengerjap saat tubuhnya ditindih Emran. 

***

"Akh.. Jahat!" Ella terus merengek namun juga mendesah. Ada rasa nikmat yang menyapa tubuhnya yang berkeringat. "Emran.." Ella mencengkram bantal dengan gelisah.

Emran terus mengukung Ella, menahan dua tangannya di atas kepalanya dengan terus membuatnya lemas.

Emran mendesis lirih. Ella begitu rapat dan mencengkramnya. Rasanya gila. Dia akan lepas tak akan lama.

Ella menggeleng tidak kuat lagi.

Emran yakin, Ella besok akan kesulitan berjalan.

Ella hampir menjerit. Emran sudah menduganya, Ella akan sangat berisik di bawah kuasanya namun itu tidak mengganggu, justru Emran merasa menginginkannya lagi dan lagi.

"Ka-kau berat," lesu Ella dengan nafasnya yang terengah mulai normal.

"Shh.. Kau nikmat, Ella.. Lebih dari bayanganku," bisiknya lalu berciuman sebagai tanda terima kasihnya.

Sore pertama dengan istri rahasianya begitu panjang hingga malam tiba. Ella sampai terlelap tak lama mereka selesai.

Dia membersihkan tubuhnya lalu bekerja sebentar karena selanjutnya dia sangat mengantuk. Pergulatannya dengan Ella membuatnya merasakan lelah walau puas.

Emran terlalu gila-gilaan pada gadis itu. Semoga besok tidak ada masalah. Paling hanya susah jalan. 

***

"Itu sakit!" isak Ella pagi-pagi sudah begitu berisik.

Emran memilih mandi, membiarkan Ella berendam dengan banyak keluhan. Dia juga membiarkan Ella yang mencuri lirik padanya yang tengah mengguyur diri di bawah shower.

Ella melirik milik Emran yang berdiri, keras dan sangat panjang. Ella menelan ludah, pantas saja Ella merasa gila karenanya.

Ella merasa miliknya berdenyut-denyut memikirkan kegilaan kemarin.

Ella menutup wajahnya yang memerah. Dia tidak boleh terus mengingat malam itu.

Ella mendongak kaget saat mendengar Emran mendesah, mata Ella melotot saat melihat Emran tengah memanjakan miliknya sendiri dengan tanpa berpaling darinya.

Ella menelan ludah kasar, kakinya merapat agak aneh. Bagaimana bisa Emran seseksi dan semenggiurkan itu.

Emran tengah memuaskannya sendiri. Ella sampai lupa berkedip. Dia pun menunduk saat Emran mengerang panjang dan miliknya menyemburkan sesuatu sampai mengenai air bathtubnya.

"Ka-Kau gila!" cicit Ella malu sekali.

Emran mendekat, mengecup leher Ella hingga berjengit pelan.

Ella berdiri dengan tertatih saat Emran mengangkatnya untuk berdiri dan berhenti berendam.

Emran menggendongnya lalu mengguyurnya di bawah shower.

"Mandilah, jika selesai panggil aku atau Emi."

Saat pertama kali saja Ella menangis dan menjerit. Pasti sangat sakit.

Mood Emran sangat baik. Akhirnya Ella menjadi miliknya. Istrinya itu berhasil Emran miliki untuk yang pertama kalinya.

Spesial part 13. Yang pertama bagi yang mau ada dikaryakarsa. Makasih:)

Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang