20. Tembakan Dan Cemburu

12.2K 651 5
                                    

DOR!

Ella segera mendorong Emran dan Emran pun segera berdiri, mengintai sekitar dengan waspada sambil membenarkan celana dan meraih pistolnya.

Ella merapihkan pakaiannya dengan gelisah. Dia yakin itu suara tembakan. Dia tidak sedang bermimpikan? Dia sungguh berurusan dengan seorang mafia.

Ella jadi ingin menangis saat takut.

"Emran.."

Emran menoleh sambil mengkodenya untuk tidak berisik. Emran mulai mengintip ke luar dari dalam ruang istirahat itu.

Aman. Penjaganya selamat dan satu orang tergeletak.

Emran memasukan pistolnya ke dalam saku celana lagi. Dia mendekati Ella yang terisak ketakutan.

"Kenapa? Apa kita seperti di film? Terjebak?" Ella menyentuh keningnya.

"Jangan pergi dari sini!" Emran kembali menjauh.

"Tidak! Aku ingin ikut!" Ella segera mendekat dan membelit lengan Emran.

"Diluar bisa saja—"

"Aku ingin ikut!" potong Ella dengan keras kepala.

Emran pun pasrah. Dia membuka pintu. "Ada apa?" tanyanya pada pengawalnya.

"Dia penyusup lewat jalur air, tuan.." jelasnya.

Ella menatap pria berlumuran darah itu dengan horror. Tubuhnya bergetar dan menghimpit Emran ketakutan.

Emran dan pengawal dengan sigap waspada saat ada pergerakan. Namun terlambat, sebuah peluru mengenai lengan Ella yang membuat Ella menjerit histeris.

Pengawal di kapal lain segera memburu pelaku lain, kawan dari pria yang sudah di lumpuhkan di kapal Emran.

Keadaan menjadi keos. Emran membawa Ella ke dalam. Ella terus merintih dan menangis histeris merasakan tangannya yang terkena peluru itu bergetar hebat.

Emran menyobek lengan pakaian Ella. Dia periksa, beruntungnya hanya goresan walau cukup besar.

"Sakit!" Ella menangis histeris saat Emran mengangkat tangannya untuk di periksa.

Emran memeluk kepala Ella, mengusap punggungnya. "Tahan sebentar," lalu dia beranjak mencari kotak P3K.

Emran menemukannya. Sementara dia akan menjaganya agar tidak infeksi.

"Tidak! Perih!" Ella menolak namun Emran terpaksa memaksa. Membuat Ella semakin histeris kesakitan.

Emran membalut luka itu dengan melirik Ella yang terisak lemas saking sakit hebat. Ini pertama kali Ella terluka di tubuhnya separah itu.

Ella merasa asing dengan rasa sakitnya.

Ralat! Dia merasakan sakit yang kedua kali. Pertama kalinya saat malam pertama dengan Emran.

Penyatuan saat itu menyakitkan juga.

***

Emran membawa Ella kembali tanpa ingin melanjutkan rencana liburan yang mendadak. Lain kali tidak akan dia kabulkan keinginan Ella dengan mudah jika membahayakan.

Dia pikir semua akan aman. Tapi apesnya hari ini. Ella terkena peluru meleset.

"Kurang ajar!" Samuel tersulut emosi. Kabar ini jika sampai pada Darka, pasti akan menjadi masalah baru.

Samuel dan Darka cukup berhubungan baik selama ini. Hubungan bisnisnya lancar walau beberapa kali tersenggol oleh musuh.

Luka pada Ella berbeda dengan bisnis. Darka akan murka dan menganggap Emran maupun pihaknya tidak becus. Itu mengusik harga diri Samuel.

"Pastikan Ella tutup mulut dan jangan pulang," Samuel pergi dengan aura gelap penuh emosi.

Emran pun pergi ke kamar yang menjadi tempat Ella di rawat lukanya. Samuel memang lebay, hanya goresan peluru tapi harus ditangani sebegitunya.

Tapi di sisi lain Emran memaklumi. Bagi Ella lukanya bukan luka kecil. Terbukti dari histerisnya dia.

Emran mengepalkan tangannya. Dia akan membalas si penembak. Tidak! Samuel pasti sudah membalaskannya.

"Emran," Ella terisak menyambut kedatangan Emran yang setengah hari menghilang. Dia pikir Emran sedang bertarung dengan musuh dan tak akan pulang lagi.

Sungguh pemikiran yang terlalu jauh.

"Apa, sayang?" Emran menyeka air mata Ella.

Ella mengerjap. Emran terlihat lembut. Apakah karena lukanya dan dia merasa bersalah? Ella jadi ingin memanfaatkan kondisinya.

"Kau jahat! Kemana saja, ha?" tanyanya dengan bibir bergetar menahan isak tangis. "Tanganku berdenyut sakit!" adunya.

"Aku tahu." Emran membenarkan letak tidur Ella. "Dokter akan berusaha menyembuhkannya dengan cepat," lanjutnya.

"Aku sungguh berurusan dengan mafia? Menakutkan! Apa papa dan mama tahu keadaanku?"

"Tidak,"

"Kenapa?"

"Daddy meminta untuk dirahasiakan dulu. Agar hubungan dengan papamu tetap baik, kau ingin meninggalkanku, Ella? Laporkan saja kau terluka,"

Ella menekuk bibirnya. Tawaran yang menggiurkan jika saja dia belum kehilangan mahkotanya.

"Tidak! Kau bisa saja menyewa wanita malam!" sewotnya.

"Kau cemburu?"

"APA?! AKH!" Ella meringis sakit, dia terlalu heboh meresponnya.

"Diamlah, kau tidak tahu apa-apa," Emran menyelimuti Ella.

"Beritahu aku. Apa aku akan dibuang olehmu bagai—"

"Kau tidak." potongnya singkat.

"Ck! Mulutmu sulit untuk dipercaya."

"Kau harus percaya pada paspormu.."

"Apa?" Ella mendelik, tidak nyambung. "Jadi, bagaimana, tidak akan membuangku?" Ella menunggu.

"Menurutmu," tatapan Emran menatap lurus Ella tak terbaca.

"Kau! Sudahlah— bagaimana Deliza dan semua tahanan itu?"

"Dia orang suruhan musuh daddy, dia berniat mencelakaimu, Ella.." potong Emran seraya merebahkan tubuhnya di samping Ella.

Tubuhnya terasa pegal setelah bergulat menangkap beberapa penyusup. Makanya sisanya dia serahkan pada Samuel dan antek-anteknya.

"Kau tidak penasaran dengan paspor?" Emran menatap Ella dari samping.

"Tidak! Memangnya ada bedanya! Aku membuatnya, menandatanganinya yang pasti isinya akan sama seperti milikmu, apa kertas pasporku terbuat dari emas?" sewotnya walau masih agak lemas.

"Bodoh!" Emran terkekeh lalu menatap langit-langit.

"Apa? Bodoh?!" Ella bertanduk marah.

"Kau cantik," Emran menyamping lagi lalu mengecupi rahang dan leher Ella beberapa kali.  "Biarkan aku istirahat, melawan penjahat sungguh melelahkan,"

"Kau juga penjahat!" ketus Ella.

"Kau benar. Kau pun penjahat, kau menelantarkan suami bertahun-tahun lalu membuat masalah," gumamnya dengan mata terpejam.

Ella mendengus mendengar omong kosong Emran. Dia menganggapnya Emran halu kerena terpukul lawan.

***

"Apa hamil?" Samuel menoleh pada dokter kepercayaannya.

"Benar, tuan. Saya belum memberitahu tuan Emran, saat hendak memberitahunya, suasana tuan Emran sedang tidak baik."

"Pilihanmu tidak memberitahu Emran itu bagus. Biarkan keduanya istirahat dan besok saat memeriksanya, pastikan ibu dan anaknya sehat lalu beritahukan kehamilannya."

"Baik, tuan."

"Pergilah, kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik, bonus akan segera sampai."


Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang