19. Berlibur Hari Pertama

11.5K 542 1
                                    

"Apakah harus membuat Ella begitu kesulitan? Katakan saja kalian menikah, untuk lanjut tidaknya bisnis, pernikahan bisa tetap berlanjut jika kau menginginkannya, Emran." Samuel terlihat santai dengan secangkir kopi dan koran.

"Kau begitu usil pada istri sendiri," tambah Samuel setelah menyesap kopinya.

"Rasanya menyenangkan," singkat Emran dengan menatap lurus taman belakang itu datar.

"Apa Ella sakit? Kenapa tidak turun untuk sarapan?" Samuel bagai sosok ayah yang cemas pada anaknya.

"Ella merengek ingin melanjutkan tidurnya yang sempat ku ganggu, dad.." santainya.

Samuel pun tidak membahas lagi. Dia paham maksud ucapan Emran.

Keduanya pun mulai serius membahas senjata dan beberapa obat terlarang yang baru.

Di kamar Ella terus terlelap, mengganti posisi dengan acak-acakan khasnya. Pantas saja Emran memilih memeluknya agar diam ketika tidur.

"Eum.. Emran, haus.." Ella menyentuh sampingnya namun tidak ada. Ella pun membuka mata sepenuhnya.

"Kemana dia? Ck! Setelah begitu selalu saja meninggalkanku, menyebalkan!" Ella terpejam sejenak lalu beranjak ke kamar mandi dengan lemas dan pegal-pegal.

Ella terus mengeluh. Dia pun memilih mandi agar segar. Dia juga akan bersiap, dia harus menyeret Emran sesuai perjanjian semalam.

"Aku harus jalan-jalan," 

***

"Kau tidak lelah?" Emran menyambut Ella yang tiba-tiba menagih janji untuk pergi belanja dan mencari tempat bagus.

Ini pertama kalinya Ella pergi ke sini. Dia ingin ke Riviera Maya, dia ingin melihat kejernihan airnya langsung dan naik yacht.

"Bukan belanja, aku ingin ke tempat itu. Aku pernah melihatnya di televisi dulu," Ella tersenyum cerah pada Emran dan Samuel.

"Pergilah," Samuel sangat pengertian. Emran dan Ella sudah seharusnya berduaan dari lama, namun baru saat ini mereka bisa.

Samuel semakin tua semakin pengertian. Dia juga tidak terlalu mengekang Emran karena kerjaan Emran selalu memuaskan. Itu sudah cukup.

Dan Ella terlihat bahagia sampai di sana. Pengawal serba hitam menemani perjalanan mereka hingga sampai di yacht yang cukup kecil.

"Emran, semua pengawal tidak akan masuk.."

"Kau pikir mereka akan ikut?" Emran membantu Ella ke kapal dengan mudah. "Mereka akan berjaga di yacht lain, hanya satu pengawal di sini," jelasnya.

Ella tidak membahas lagi. Dia terlihat riang. "Let's gooooo!" serunya berjingkrak kecil dan kapal pun perlahan melaju dan perjalanan pun menjadi lumayan cepat di pertengahan jalan. "WOOOOO!" Ella begitu bahagia.

Emran hanya duduk santai, menatap Ella lewat kaca matanya. Tatapan Emran jatuh pada bokong kecil yang berisi itu. Terlihat bagai jelly bergoyang saat Ella berjingkrak. Cute.

Ella mulai berselfie ria dan merekam semua keindahan itu. Ella merekam Emran juga lalu duduk di sampingnya.

"Boleh aku mengirimkannya ke media sosial?"

Emran merangkul dan mengangguk lalu dikecupi pipi Ella. "Sebelum pulang, kita harus melakukannya di sini sebentar," bisiknya.

"Apa?! Ada orang dan juga—"

"Jangan seperti bocah amatir, kita bisa melakukannya. Di samping sana ada tempat istirahat kecil yang langsung menghadap ke kolam renang. Kita akan melakukannya di dalam air juga," bisiknya.

Ella meremang,  dia tidak merespon dan memilih fokus pada ponsel. Dia kirim foto dan video itu, tak lupa menyertakan nama Emran.

"Kau harus membuat akun Instagram! Model celana dalam kok tidak punya!" protesnya.

Emran terlihat tidak berminat.

"Aku buatkan! Kau tidak boleh protes!"

Emran mengabaikannya, dia masih asyik mengecupi lengan dan bahu Ella, tak lupa mengendus wangi lehernya. 

***

"Sebelum melakukannya aku ingin makan! Sebentar yang kau ucapkan itu omong kosong! Aku sampai bergetar lemas kelaparan!" omelnya tak berjeda. Bagai ibu-ibu rumpi.

Emran terkekeh pelan sambil merapihkan majalah yang Ella baca sebelumnya. "Baiklah, sayang.." lalu mengecup leher Ella gemas.

Ella hanya mendelik manyun dan kembali bermain ponsel.

Emran menyuruh orangnya untuk menyiapkan makanan sesuai pesanannya.

Ella kembali duduk di kolam yang airnya itu air laut. Mereka tengah berada di pulau kecil sebrang pulau utama. Airnya lebih jernih.

Ella menoleh pada Emran yang sudah hanya memakai celana renang saja. "Aku ingin turun tapi belum berani," jelasnya.

Emran hanya menjitak keningnya pelan lalu turun lebih dulu. Dia berenang gaya bebas dengan lihai dan Ella memvideonya.

"Woah.. Tampannya," gumam Ella tanpa sadar lalu mematikan video.

Emran mendekat, memeluk kaki Ella yang kecil. "Turun?" tanyanya agak menyipit silau.

Ella mengangguk. "Tidak dalam?" tanyanya sambil membelit leher Emran.

"Sedikit." jawabnya singkat lalu memeluk dan membawanya ke tengah kolam.

Ella terlihat lucu jika sedang diam dan cemas.

"Percayalah padaku,"

Ella mendengus. "Aku pernah tenggelam saat kau melepaskanku, kali ini jangan harap aku menjauh darimu!" Ella mengeratkan belitan di leher Emran.

"Aku yang akan menjauh jika dibelit begini!" Emran kesulitan bernafas.

Ella mengendorkannya sambil terkekeh.

Keduanya berciuman. Terlihat memiliki satu sama lain. Ella juga tidak jaim lagi. Dia balas agresif walau amatir.

"Makanan akan datang," Emran membawa Ella ke pinggiran. "Aku sudah tidak tahan tapi, kau harus makan dulu," bisiknya.

Dan tak lama makanan datang, Emran menerima suapan demi suapan dari Ella. Dia terlihat menikmatinya walau pikiran masih kemana-mana.

Emran selalu waspada setiap detik sebenarnya, namun tidak terlihat saja.

"Apakah sekitar aman?" tanyanya setelah keluar dari kamar mandi.

"Ada mata-mata asing, sudah diamankan," jawabnya.

Emran menyuruh untuk pengawal mundur dari hadapan kolam renang, dia ingin melakukannya disana. Emran pun kembali ke tempat istirahat. Di sambut Ella yang masih makan namun terlihat ngantuk.

"Emran, aku kenyang,"

"Kau rakus, tarjan cantik," Emran mengangkat Ella hingga duduk dipangkuannya.

"Aku makan sedikit, perutnya saja yang kecil,"

Emran mengusap perut itu. Ella terpejam saat Emran mengecup bibirnya.

Ella yang awalnya ngantuk jadi merem melek keenakan.

"Aku gila." gumam Ella sangat pelan.

Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang