33. Lahirnya Erlangga Dan Keluh Kesah Ella

10.1K 506 5
                                    

Emran merangkul Ella yang mulai gelisah. Hari ini Ella akan lahiran dengan cara di saecar. Sudah Emran, Ella dan dokter putuskan dari jauh-jauh hari.

Ella pun mematuhi semua ucapan dokter agar menjaga diri lebih baik lagi.

Ella pun di periksa dan ruangan pun disiapkan.

Hampir setengah hari mereka berada di rumah sakit. Akhirnya Ella akan segera melahirkan anaknya ke dunia.

Emran tidak lepas, terus menemaninya bahkan dengan tenang melihat proses pembedehan yang bagi sebagian mungkin mengerikan.

Emran kembali duduk di samping wajah sayu Ella.

"Kau merasa sakit?" Emran membelai wajahnya penuh kasih. Mengecupinya ringan.

"Tidak." Ella menjawab pelan, menatap Emran sayu. "Apa anak kita baik-baik saja?" tanyanya.

"Belum, anak kita belum dikeluarkan,"

"Apa perutku masih dibelah?"

"Mungkin, kau takut?" Emran menatap Ella dengan tenang walau berdebar tak karuan.

Apakah Ellanya akan baik-baik saja? Saat ini dia tidak bisa kehilangan Ella. Bahkan mungkin selamanya tidak akan bisa.

"Tidak," Ella mengeratkan genggaman Emran.

"Dia akan tampan, aku juga ingin anak yang cantik, kau harus baik-baik saja,"

Ella tersenyum, terpejam sekilas saat Emran mengecup bibirnya sekilas.

Emran terus menguatkan Ella. Memberikan ucapan cinta dengan tenang walau agak berdebar.

Hingga suara tangis bayi terdengar nyaring.

Emran merasa jantungnya semakin tidak karuan. Bertalu-talu penuh haru.

"Emran," Ella mengeratkan genggamannya penuh haru.

"Hm? Dia sudah lahir," bisik Emran lalu mengecupi pipi Ella yang berderai air mata itu beberapa kali.

***

"Cucuku sudah lahir," Samuel beranjak dari kursi penuh aura gelap itu.

Seorang pengkhianat yang penuh luka dan babak belur itu beruntung.

Kalau saja kabar itu tidak terdengar. Samuel pastikan, nyawanya akan hilang karena berani akan menyakiti istri dari anaknya yang tengah mengandung keturunannya.

Walau pun hanya niat dan rencana. Samuel tidak akan memberi ampun.

"Aku akan terbang hari ini, sampaikan pada Emran dan pastikan penjagaannya,"

Di lain tempat...

Darka dan Delin juga bergegas ke rumah sakit setelah tahu cucunya sudah lahir ke dunia dengan selamat.

"Sayang," Delin mendekati Ella yang langsung terisak menyambut. Sepertinya Ella sudah baik-baik saja.

"Ini cucu mama?" Delin menatap haru bayi yang tenang setelah belajar mencari keberadaan p*ting ibunya.

"Iya.." Ella masih terisak haru.

Delin memeluk kepala Ella, menciuminya dengan haru dan bangga.

"Aku punya anak," isaknya.

Darka tersenyum pada Emran yang baru masuk ke dalam ruangan, diikuti dua pengawal yang satunya Darka tahu. Dia pengawal anaknya.

"Kau sudah jadi ayah," Darka memeluk sekilas Emran, merangkulnya untuk duduk di sofa dan berbincang.

Ella dan Delin masih berharu biru. Darka dan Emran membiarkan itu. Hingga tak lama Ella menatap Darka dengan mata basahnya.

"Papa tidak mau menyapa cucunya?"

Darka beranjak. "Tentu ingin," lalu mendekat, mencoba mengambil dan menggendongnya dari Delin.

"Lihat, penerus kita.. Akan sangat luar biasa, papa yakin,"

***

Delin, Darka sudah pulang setelah beberapa hari menjaga di rumah sakit. Samuel juga datang dan ikut menjaga, menemani cucunya.

Ella menatap bayi yang terlelap tenang itu. Anaknya akan menjadi penerus dari dua orang besar. Di dunia gelap dan dunia bisnis. Mafia dan pembisnis.

Apakah anaknya itu akan bisa. Bukan, bukan itu masalahnya. Apa anaknya akan sama seperti Emran yang kejam dengan lawannya?

Apa anaknya akan seperti Emran? Dididik dengan sekuat itu. Sekejam itu.

Ella tidak sanggup membayangkannya.

"Ada apa? Apa ASI tidak keluar?" Emran mendekati ranjang rumah sakit Ella.

"Aku? Memangnya aku kenapa?" Ella pura-pura tidak apa-apa padahal banyak pikiran.

Ella tidak tahu cara menghentikannya, mungkin karena dia pendam.

"Kau tidak bisa terus berbohong, apa melahirkan anakku kau menyesalinya?"

Ella menatap Emran yang memasang wajah dingin itu.

"Tidak begitu! Kau kenapa sembarangan!" Ella menolak keras. Dia sama sekali tidak menyesal. Dia bahagia. "Aku sangat senang memiliki Erlangga!" bibir Ella bergetar akan menangis.

"Apa yang kau pikirkan kalau begitu, jujurlah padaku.. Apa aku bukan suamimu?"

Ella menyeka air matanya. "Oke! Aku akan menceritakan keluh kesahku!" kesalnya.

Emran diam menunggu penjelasan Ella dengan tenang dan menatapnya lurus, seolah tidak akan membiarkan ada kebohongan lagi.

"Aku takut. Aku takut Erlang sepertimu, Emran.. Aku tidak akan bisa melihatnya kesulitan seperti dirimu," isaknya lirih.

Erlangga ikut menangis seolah terbawa oleh suasana ibunya.

Emran mengkode pengasuh Erlangga untuk membawanya keluar dan mendiamkannya dengan ASI cadangan.

Setelah itu Emran menatap Ella yang masih sibuk dengan tangisnya.

"Kau pikir aku akan begitu? Tidak! Aku tidak akan memaksanya untuk menjaga seseorang, namun aku akan tetap membuatnya menjadi pria, dia butuh belajar bela diri, untuk dirinya sendiri.."

Ella menatap Emran haru. "Aku hanya takut, aku tidak tega, mendengar cerita mu saja sudah membuatku sakit," jujurnya dengan tangis pecah.

"Aku tidak akan seperti daddy, aku akan menjadi daddy yang melatih semuanya. Fisik dan emosi. Aku tetap akan menjadikan Erlangga manusia yang memanusiakan manusia.. Tidak seperti diriku yang hanya tahu melenyapkan semua musuh,"

"Kau tidak seperti itu sekarang, kau pun menjadi manusia.." Ella menyangkalnya. Emran memang berubah semenjak hamil.

Emran mengabulkan keinginnan Ella.

"Sudah, berhenti menangis. Kau dan aku masih harus libur, aku tersiksa ingin membuatmu mendesah dari pada menangis,"

Kisah Erlangga judulnya Sahabat Seranjang :)

Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang