21. Berasa Ditembak Tiga Kali

12.3K 689 10
                                    

"Terima kasih, tuan." dokter itu pun berpamitan meninggalkan kediaman Samuel.

Semua jejak dari dokter itu diperiksa. Sepercaya apapun Samuel tetap berusaha bertahan. Maka dari itu, dia akan selalu memastikan kediamamnya aman tanpa sadapan.

Di kamar Emran dan Ella terlihat terpejam pulas.

Ella yang awalnya tidak akan tidur jadi ngantuk saat Emran memeluk dan mengusapnya. Ella pikir Emran akan terus mengabaikannya menganggapnya asing.

Ella tiba-tiba terbangun. Dia ingat sesuatu dan mulai penasaran. Ada apa dengan paspornya? Kenapa Emran menyinggung itu.

Ella melepaskan pelukan Emran.

"Ada apa?" Emran bertanya dengan suara seraknya yang terdengar berat nan dingin.

"Ha? Eum, itu aku ingin ke kamar mandi,"

"Dengan tangan begitu?"

Ah! Ella lupa dia baru ditembak. Maksudnya terkena goresan peluru.

"Aku lupa." Ella memilih rebahan lagi.

"Akan ku an—"

"Tidak! Anu, maksudku itu.. Sakit, nanti saja.. Hanya cuci muka,"

"Jujur, ada apa?" Emran semakin tidak ramah. Dia mengendus kebohongan dari tingkah Ella.

"Ka-kau pikir aku ber-berbohong!" serunya tak terima.

"Kau gelagapan, bicaralah.."

Ella cemberut, dia ingin memukul Emran namun lengannya akan sakit.

"Aku ingin melihat paspor, tiba-tiba merasa penasaran dan tiba-tiba aku memikirkannya,"

"Tidurlah!" Emran menjerat Ella agar tidak kemana-mana.

"Tapi—"

"Kau membantah?"

Ella mendelik kesal, lalu memilih memejamkan mata dengan terpaksa.

***

Ella membuka matanya cepat. Wajahnya berkeringat. Dia mimpi buruk, mimpi tertembak yang rasanya nyata.

Untung saja mimpi. Mungkin karena insiden sebelumnya membuat Ella mengalami mimpi mengerikan.

"Dimana Emran? Dasar pria! Mudah sekali menghilang," gerutunya.

Ella menyentuh lengannya dengan hati-hati. Rasanya masih agak berdenyut. Tubuhnya terasa lemas, mulutnya tidak nyaman. Rasanya mual.

"Oh astaga.." Ella memilih turun untuk menyikat gigi. Dia merasa mual. Namun agak kesulitan, gerak sedikit lengannya berdenyut sakit. "Emmiii!" panggilnya lalu meringis pelan.

Emi segera membuka pintu tanpa masuk. "Saya di sini, nyonya.." jawabnya.

"Emran mana?"

"Tuan—"

"Ada apa?" potong Emran.

Emi segera menunduk hormat lalu pamit undur diri tanpa lupa menutup pintu.

"Aku ingin ke kamar mandi," Ella membungkam mulutnya. "Apakah aku alergi obat?" mualnya.

Emran menggendong Ella perlahan, tetap saja Ella meringis pelan.

"Aku mual, Emran.." Ella merasa tak nyaman dengan mulutnya. "Kau pun bau anyir," Ella menutup hidungnya semakin mual.

Emran menurunkan Ella perlahan hingga berdiri dan mulai mengambil sikat gigi.

"Kau bau darah," Ella menahan mualnya sampai terengah pelan.

Hidden Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang