LElla terlihat bergetar kesakitan. Apa karena dia minum kopi terlalu banyak hari ini membuatnya sakit lambung?
Atau karena kegilaannya makan pedas.Ella tidak sanggup lagi merasakan sakitnya. Ini berkali-kali lipat dari sakitnya datang bulan. Ella meremas sprai.
"E-Emi.." Ella tidak kuat memanggil penjaga diluar, dan juga kamarnya kedap suara jika pintu sepenuhnya ditutup.
Ella merayap tertatih dan mulai terisak kesakitan. Tubuhnya syok bergetar melihat kakinya terdapat sesuatu yang mengalir.
Ella semakin histeris. Dia berusaha menggapai pintu untuk meminta pertolongan. Apakah bayinya tidak baik-baik saja?
Ella terus menangis takut dan kesakitan hingga berhasil menggapai pintu. Dia ambruk kesakitan.
"NYONYA!" Emi melotot panik. Wajahnya berubah pucat melihat jejak darah.
Apakah terjadi pembunuhan? Emi panik.
Emi berteriak memerintahkan pengawal lain untuk memberitahukan hal ini. Emi akan membantu Ella ke mobil.
Ella perlu dibawa ke rumah sakit.
Emran yang mendapat kabar itu langsung mematikan panggilan. Dia terpaksa tidak menyelesaikan pekerjaannya.
Samuel akan paham dia yakin.
"Kau! Apa yang kau lakukan?!" bentak Emran saking panik melihat pucatnya Ella dan juga darah dari kakinya.
Apa yang terjadi.
Emran tidak banyak bertanya. Dengan wajah mengeras dia mengangkat Ella segera. Ella butuh penanganan medis.
***
Ella tidak bisa berhenti menangis mendengar kabar yang Emran bawa. Dia keguguran. Faktornya banyak, salah satunya karena makan dan minum yang sembarangan.
Ella pikir itu tidak akan mengganggu kandungannya. Dia menyesal tidak mendengarkan nasihat dokter dan Emran juga tidak ada saat itu.
Membuat keduanya menyesal karena tidak tahu apa-apa dalam menjaga buah cinta.
Sudah 3 hari Ella di rawat. Dia muntah dan demam setelah melakukan pembersihan rahim dan sebagainya. Ella semakin sakit karena ada beban di pikiran.
Ella merasa bersalah, ceroboh dan gegabah. Dia merasa tidak banyak tahu soal kehamilan, dia sibuk menyenangkan diri tanpa tahu anaknya kelelahan dan kesakitan.
"Kau akan terus begini?" Emran terlihat sudah tidak memiliki kesabaran. Ella harus makan dan istrinya itu selalu menolak.
"Aku—"
Emran menghela nafas sabar. Dia mendekat, membingkai wajah Ella. "Dia bukan milik kita. Tuhan tidak mengizinkan kita memilikinya sekarang," yakinnya. "Kelak kita bisa berusaha, Ella.." mohonnya agar makan dan berhenti menyiksa diri.
Di sini Emran pun merasa lalai. Dia terlalu minim ilmu soal kehamilan. Dia hanya sibuk bekerja dan bercinta tanpa tahu anaknya mulai lemah dalam kandungan.
Ella terisak lirih, Emran menyekanya.
"Kau makan, akan ku suapi," Emran mulai meraih alat makan.
Ella menyeka air matanya, tanpa menolak lagi dia menerima suapan Emran. Dia harus segera bangkit.
Ella juga berjanji, dia akan banyak belajar lagi ke depannya. Emran pun begitu.
Hingga tiga bulan berlalu. Emran dan Ella semakin dekat. Keduanya tidak sungkan lagi saling mengungkapkan kasih sayang.
Setelah badai menerpa. Mereka kehilangan. Emran dan Ella saling menjaga, belajar bersama tentang kehamilan dan sebagainya.
Setiap hari Emran bekerja di ruangannya yang ada di rumah, sesekali dia ke club untuk melihat langsung bisnisnya.
Soal senjata dan yang lainnya Samuel yang mengambil alih lagi. Dia ikut sedih dan mendukung Emran untuk semakin mendekatkan diri pada Ella.
Samuel merasa masih mampu mengurus bisnisnya untuk sementara waktu. Dia pun sangat membutuhkan pewaris.
"Kau sedang apa?" Ella nemplok di punggung Emran yang tengah merapihkan senjata. "Woah, itu pistol sungguhan?" kagumnya.
"Jangan menyentuhnya," Emran mencekal lengan Ella lalu berdiri dari jongkoknya.
Ella ikut berdiri lalu tersenyum. "Aku ingin jalan-jalan lagi," pintanya dengan cengiran manis nan cantik.
Bisa saja merayu Emran dengan pesona itu. Sudah tahu Emran sedang dititik jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.
"Ayo, sayang.." bujuk Ella manja.
"Aku urus sebentar,"
Ella berseru yes! Itu tandanya Emran akan membawanya jalan-jalan lagi.
"Kemari, aku ingin menciummu," Ella berjinjit setelah Emran selesai memerintahkan kepercayaannya untuk mengatur semuanya.
Penjagaan tentu harus ketat. Ella tidak ingin terkena tembakan lagi.
Emran mengangkat pinggang Ella hingga Ella tidak menapaki tanah lagi lalu menciumnya. Ella terlihat liar dan usil.
"Shh.." Emran membuka matanya saat Ella menggigit lidahnya.
Ella terkekeh lalu menyesap bibir bawah Emran, melumatnya. Emran pun membalas, kepalanya ke kiri dan ke kanan bergantian. Terlihat menghayati.
"Shh.. Aku menginginkanmu sebentar," Emran menggendong Ella ala koala lalu mendial nomor orang kepercayaannya.
"Lakukan setelah satu jam ke depan, kita akan keluar pukul satu siang,"
Spesial part ini ada dikaryakarsa bagi yang mau ya, kalau masih bingung spesial part sama part khusus, kalian bisa baca dikaryakarsa info dari aku ya. Makasih :)