Emran memutuskan ke penjara bawah tanah. Menunggu Ella ternyata tidaklah sebentar. Emran akan memilih bekerja sedikit.
"Apa dia sudah mengakui siapa tuannya?" Emran terus masuk ke dalam dengan diikuti pengawal.
"Masih bungkam, tuan."
Emran pun semakin dekat dengan sosok di dalam jeruji yang terlihat babak belur dan lemas itu.
Sudah sekarat namun sulit mengaku. Emran tidak akan menyerah juga.
Emran mulai memakai pelindung agar darah tidak mengenai pakaiannya. Dia akan mencoba si pengkhianat itu untuk buka mulut.
Emran melirik wanita yang sama penuh luka dan berantakan. Tatapannya terlihat penuh dendam dan kebencian.
"Kau menjerumuskan Ella ke dalam masalah," Emran berujar santai sambil memakai sarung tangan.
"Dia yang menginginkannya!" Deliza bergetar emosi. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan dua orang besar itu. Dia Emran dan satu lagi tuannya.
"Dan kau bersekongkol menghancurkan bisnisku dengan dia! Jadi katakan, siapa tuanmu?" Emran jadi urung mendekati pria itu, dia akan mengurus Deliza terlebih dahulu.
Deliza menutup rapat mulutnya kuat-kuat, menatap Emran semakin nyalang. Emran melihat itu jadi emosi.
Emran mencekiknya sampai sesak nafas. "Jujurlah jika ingin hidup!" desisnya marah.
"Kau uhuk— kau.." Deliza terlihat susah bernafas, wajahnya yang penuh luka dan darah kering terlihat memerah. Otot lehernya menegang.
Apakah dia akan mati di tangan Emran? Deliza pasrah saja. Di sana maupun di sini dia akan berakhir mati.
"Maaf, nyonya.. Anda tidak bisa masuk," pengawal itu terlihat serba salah, ingin menarik Ella namun dia ingat peraturan yang diutarakan Emran.
Pengawal pria tidak boleh menyentuhnya.
Emi juga terlihat panik mencoba menahan Ella agar tidak masuk lebih dalam lagi.
Ella terus berontak, dia merasa curiga dengan tempat ini. Kenapa bau anyir menyapa hidungnya.
Pertama kali Ella masuk ke ruang bawah tanah. Maka dari itu dia tidak bisa berhenti karena penasaran.
"AKH!" Ella mundur sampai terjatuh di lantai lembab itu.
Ella syok melihat beberapa pria di penjara sudah seperti zombie yang dia lihat di film. Tak hanya itu, dia melihat bagaimana Emran mencekik manusia bagai benda mati.
Emran terlihat menyeramkan di matanya kini.
"DELIZA!" Ella bergegas berdiri, mendorong Emran hingga cekikannya terlepas.
Ella terengah antara syok dan takut menatap Deliza yang sama. Seperti zombie dengan banyak luka sayatan yang mengering.
Apakah Emran sosok seperti ini? Apakah dia yang membuat orang-orang yang ada di sini semengerikan itu?
"Kau—" Ella menatap Emran dengan tubuh gemetar memeluk Deliza yang terisak pecah.
"Beraninya kau kemari, Ella?" Emran terdengar dingin menyeramkan, tatapannya menajam.
Ella kian gemetar dan terengah. "Ka-Kau akan membunuh sahabatku?! Kau— apa kau akan membunuhku dan KELUARGAKU?!" teriak Ella dengan masih bergetar takut.
Emran mendatarkan wajahnya. Dia menarik Ella paksa tanpa peduli dia menjerit dan berontak.
"Delii! Delizaa!" Ella mengulurkan tangan pada sahabatnya.