Emran menghela nafas, dia mendudukan tubuhnya di samping Ella yang kini pingsan karena ketakutan.
Emran menutup tubuh polos Ella dengan selimut.
Emran rebahan menyamping menghadap Ella, mengamati wajah dengan mata tertutup itu dengan lekat.
Emran usap sisi garis wajahnya, dia belai bibir berisi itu sekilas oleh jempolnya lalu berpindah pada lehernya yang memerah, jejak dari Emran sebelum Ella pingsan.
Emran terus berkelana.
Ella sungguh berbohong. Ella tidak ada rata-ratanya sama sekali.
Jari telunjuknya terus memutar di puncak berwarna pink agak kecoklatan itu, lalu jempolnya mulai menyentuh bulatan kecil yang menonjol.
Emran usap sampai mengeras dan tak lama tubuh Ella menggeliat pelan menerima sentuhannya.
Ella sepertinya mulai sadar dari pingsannya.
Emran menggantikan jempolnya dengan mulut. Dia lahap sampai basah.
Ella sontak membuka mata sayunya dan mulai terisak lagi. Ternyata semua bukan mimpi dan masih berlangsung.
Ella sungguh ketakutan sampai tubuhnya bergetar hebat sebagai respon.
Emran menghentikan tingkahnya. Dia menatap Ella yang masih syok ketakutan. Emran usap tubuhnya yang bergetar itu lalu memeluknya.
Ella masih bergetar. Dia sungguh ketakutan. Dia tidak siap diperlakukan begitu walau rasanya geli-geli enak.
Emran terpejam sambil terus mengusap punggung Ella. Dia sedang berpikir. Mungkin dia harus melakukannya perlahan.
Emran harus membuka diri, membuat Ella kenal dan nyaman barulah dia akan membuat Ella tidak kecewa dengan sentuhannya.
Emran memang tidak sabar. Rasanya ingin memaksa tapi dia ingat peraturan dari dia kecil. Ella tidak boleh dia sakiti seujung kuku pun. Sebenci apapun dia sudah bersumpah untuk itu.
"Tidurlah." Emran terus menenangkannya. Ella sampai tidak bisa menahan kantuk dan terlelap.
***
Ella bangun dengan cepat. Dia menatap sekeliling kamar. Dia masih di kamar Emran namun Emrannya sudah tidak ada dan Ella lega dirinya sudah berpakaian.
Ella turun dari kasur, kedua kaki pendeknya berlari pelan untuk keluar kamar.
"Selamat pagi, nyonya.." Ryuka ditegur oleh Emran saat menyebut Ella nona. Ryuka juga diberitahu sebuah rahasia mengejutkan.
Ella ternyata istri rahasia Emran.
"OH MAMA!" jerit Ella terkejut mendapat sambutan dari Ryuka.
Pengawal yang ada di sekitar jelas menoleh cepat, memastikan nyonyanya aman.
"Maaf, nyonya." sesal Ryuka karena sudah mengejutkan Ella.
"Nyonya-Nyonya! Namaku E.L.L.A! Ella!"
Ryuka hanya tersenyum tanpa ingin mengubah panggilannya.
"Sudah bangun.."
Ella sampai berjengit kaget mendengar suara Emran yang muncul dari belakangnya. Ternyata Emran masih di kamar dan berada di kamar mandi.
Emran menyentuh kepala Ella yang tingginya sebatas lambungnya. Memang Emran saja yang terlalu tinggi. Ella tingginya 160 cm.
Emran kecup kilas pelipisnya lalu pergi begitu saja dengan auranya yang selalu menyeramkan.
Ella menekuk wajahnya marah, menggosok bekas ciumannya dengan tidak terima walau sebenarnya lega. Semalam Emran berhenti.
Ella merasa geli aneh mengingat sebelumnya bibir Emran sudah menyentuh setiap kulit ditubuhnya.