"Hati hati keseleo sama typo!"
"Jadi kapan mas nikahin aku?"
***
Perdebatan Thea dengan mbahnya emang nggak pernah selesai. Setelah Thea mengungkap sebuah kebenaran kemarin, perempuan tua itu nggak langsung percaya seratus persen. Memang dia cukup kaget dengan berita yang dibawa Thea, tapi nggak mengubah niatnya untuk nggak lanjutin perjodohan ini. Dia nggak akan percaya sebelum Jamal sendiri yang ngomong begitu.
Thea sih udah pasrah aja, capek dia berdebat sama mbahnya terus. Biarin aja mbahnya mau bertindak kayak gimana. Karena sampai orang tua itu sujud di depan dia pun, Thea nggak akan pernah mau dijodohin sama Jamal. Makanya sekarang, dia nggak mau ladenin mbahnya lagi. Percuma juga dia ngomong, capek-capek berdebat kalo pada akhirnya harus dia lagi yang ngalah. Thea sekarang diem aja, lakuin apapun yang dia mau tanpa peduliin ucapan mbahnya. Asal bapak dan mamanya masih dukung, Thea nggak takut.
Kalo bisa, Thea pengen banget minggat dari rumahnya ini. Capek banget dia disinggung mulu sama mbahnya, mana budhenya ikut-ikutan pula, terus si Miyana yang sok baik di depan dia. Sumpah, kalo nurutin isi hatinya, udah dari lama Thea usir mereka bertiga. Cuma dia masih sabar aja, dia nggak setega itu. Mau sejelek apapun sikap mbahnya, gitu-gitu juga orang tua itu udah banyak bantu dia selama tinggal di Yogya dulu. Bikin kesel begitu, perempuan tua itu tetep ibu dari bapaknya, jadi Thea tetep harus hormatin.
Thea hanya membatas diri aja untuk berinteraksi dengan mereka, takut tiba-tiba meledak lagi emosinya. Pas diajak belanja aja, dia nggak ikut. Milih diem di rumah nemenin Lana kerjain proposal penelitiannya. Jadi yang ikut belanja mamanya, mbah putri, budhenya, Miyana terus bapaknya. Karena orang tua itu supir, nggak lupa Dean juga ikut. Mbah putri masih belum pulang ke jawa katanya, tunggu ijazah Miyana keluar dulu baru dia pulang. Kebayang gimana sengsaranya Thea tinggal sama mereka.
Sore itu, bu Lina nemenin mbah putri keliling mall. Nggak keliling sih sebenernya, kasian juga mbah putri yang udah tua begitu diajak keliling, bisa-bisa drop lagi dia. Mertuanya itu katanya pengen beli buah, makanya bu Lina ajak ke hypermart aja sambil nungguin Miyana dan mamanya kelar beli pakaian. Mereka berlima pisah, pak Agung nggak ikut masuk karena dia mau cuci mobil.
"Ma, aku cari titipan kak Thea dulu ya," kata Dean terus misah dari bu Lina dan mbah putri.
"Jangan lama-lama ya."
Dean acungin jempolnya terus kabur ke tempat yang dia mau, dia mau beliin titipan Thea—camilan. Terus bu Lina jalan sama mbah putri ke bagian buah-buahan dan sayuran.
"Kamu pilihin alpukat sama mangganya Lin, ibu mau lihat-lihat sayur dulu," kata mbah putri. Bu Lina mah nurut aja.
Perempuan berumur 70 tahun yang keliatan masih bugar itu mendekat ke etalase dimana berjejer sayuran segar yang udah di tempelin harganya. Matanya menyipit untuk bacain deretan huruf dan angka yang tertera disetiap sayuran. Maklum, matanya udah nggak jelas lagi, udah rabun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐)
أدب الهواة𝘉𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘥𝘢, 𝘛𝘩𝘦𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘴𝘰𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢...