𝟹𝟶. 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝙵𝚊𝚖𝚒𝚕𝚢 (𝙴𝚗𝚍)

109 15 5
                                        

"Hati-hati keseleo sama typo!"







***


"Ayah."

Tio menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka, menemukan dua anak kembarnya yang udah siap dengan penampilan rapi. Dua bocah berusia 5,7 tahun, melangkah masuk lalu menghampiri Tio yang berdiri di depan cermin. Ketiganya sama-sama berdiri berdampingan untuk melihat tampilan diri masing-masing pada pantulan cermin setinggi 2 meter itu.

"Ternyata kita ganteng juga ya," ucap Dipo sambil memperbaiki rambutnya yang udah tersisir rapi.

"Tentu, kan ayahnya ganteng," Tio berjongkok lalu mengecup masing-masing pipi kedua anaknya. "Siapa yang bantu anak ganteng ayah ini siap-siap, hm?"

"Abang,“ jawab Dipa, memberikan kecupan juga pada pipi Tio. "Dipa pake minyak rambut abang biar ikutan ganteng."

"Pantes aja rambutnya klimis begini," Tio secara sengaja mengacak asal rambut Dipa dan Dipo, membuat dua bocah kembar itu mengerang marah.

"Ayah! Tidak boleh sentuh," dengan muka marahnya, Dipo mencubit pipi Tio. "Nakal!"

Keduanya sama-sama mencubit pipi Tio, mengucap kata nakal secara kompak persis seperti Tio saat memarahi mereka jika membuat kesalahan.

"Oke-oke, ayah is sorry. Ampun," ucap Tio karna mulai merasa kesakitan. Semakin lama, volume kekuatan dua anaknya itu semakin besar. "Udah rapi begini mau kemana?"

Raut wajah si kembar yang tadinya menahan amarah kini perlahan-lahan memudar lalu berganti menjadi cemberut.

"Ayah, katanya kita mau ketemu buna?"

"Kita kangen buna ayah. Emang ayah nggak kangen buna?"

Tio tersenyum tipis, "iya ayah juga kangen buna."

"Kenapa buna pergi lama sekali, emang buna dan adik pergi kemana?"

Tio nggak menjawab.

"Pergi jauh ya ayah?" Tanya Dipo.

"Iyaa."

"Jauh sekali?"

Tio mengangguk lagi.

"Kalo Dipa terbang bisa sampai?"

"Emang Dipa mau pergi?" Tanya Tio.

Si kecil Dipa mengangguk. "Mau ketemu buna dan adik."

"Dipo juga mau ikut!"

"Tidak boleh ya. Kalo Dipa dan Dipo pergi, ayah sama siapa?"

"Kan ada abang?"

"Abang juga butuh kalian. Siapa yang nemenin abang belajar kalo kalian pergi?"

"Kata ayah, Dipa Dipo gangguin abang belajar terus," protes Dipo. Soalnya Tio sering omelin mereka berdua kalo lagi gangguin Aji belajar. "Jadi kalo Dipa Dipo pergi, abang seneng dong."

"Siapa bilang abang seneng?"

Tanya Aji yang bersandar di daun pintu. Remaja yang baru menginjak bangku kelas 3 SMA itu, menatap dua adik dan ayahnya yang berdiri di depan cermin.

"Kata abang," jawab Dipo.

Aji mengangguk singkat, "bener sih."

"Tuhkan!" Protes si kembar.

Aji dan Tio sama-sama tertawa. Aji memang pendiem kalo diluar, berbeda sewaktu di rumah. Karena dia sering digangguin dua adik kembarnya, makanya dia juga sering ngisengin mereka berdua.

𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang