"Hati-hati keseleo sama typo!"
"Emang kalo ajak aku nggak jadi nikah?"
***
"Kenapa kak Anna balik lagi?"
Percayalah, pertanyaan sederhana itu ternyata berdampak besar banget buat Thea. Apalagi ditambah dengan ekspresi datar yang Aji tunjukan. Nggak ada senyum sama sekali, beda jauh disetiap situasi waktu mereka ketemu dulunya. Mungkin kah Aji nggak suka dengan kehadirannya disini? Mungkin kah dia benci Thea?
"Aji," meskipun denyut jantungnya berdetak nggak stabil dan perasaanya menjadi lebih takut dari sebelumnya, Thea tetap memamerkan senyumnya. "Aji apa kabar?"
Kegugupan yang Thea rasakan ngebuat dia lupa untuk menjawab pertanyaan Aji, justru malah bertanya balik.
"Baik," syukurlah Aji masih mau menjawab, "kak Anna mau apa kesini?" tapi pertanyaan ini sedikit melukai perasaan Thea lagi.
"Ketemu kalian, emang nggak boleh ya?"
"Setelah tiga tahun?"
Senyum di wajah Thea beneran hilang. Pertanyaan ini semakin membuat dia yakin kalo kehadirannya beneran nggak diterima Aji. Sialan, Thea nggak pernah membayangkan situasi ini bakalan terjadi. Nggak disukain sama anak kecil rasanya bener-bener bikin dia sedih.
"Aji maaf—
Ucapan Thea terpotong, jantungnya hampir saja copot sewaktu Aji datang mendekat lalu meluk badannya erat. Thea berdiri kaku, masih mencerna apa yang baru aja terjadi. Dipelukannya sekarang udah ada Aji yang sebelumnya terus memandang datar dirinya. Apa ini nyata adanya?
"Kenapa kak Anna baru datang sekarang? Aji kangen kak Anna," Aji mengadu membuat kesadaran Thea kembali. Thea menatap Aji yang tingginya sekarang udah mencapai sebatas bahunya. Senyum yang tadi menghilang kini terbit lagi.
"Maaf," sumpah, perasaan Thea berubah pesat. Semua pikiran buruknya langsung sirna. Aji udah berani meluk dia itu berarti Aji nggak benci dia. "Kakak harus lanjut kuliah, kakak harus belajar lagi biar makin pinter, biar bisa cari kerja dan jadi orang sukses. Maaf ya, kakak nggak ngabarin dan pamit sama kamu. Kamu nggak kangen sendirian kok Ji, kakak juga kangen kamu."
Jemari Thea mengusap rambut tebal Aji penuh kasih sayang. Perasaan penuh emosi ini ngebuat matanya berkaca-kaca, dia pengen nangis tapi masih mampu ditahan. "Kamu kok makin tinggi banget, pipinya juga makin tirus, rahangnya jadi kebentuk gini kayak punya ayahmu, pertumbuhannya kenapa cepet banget? Mana bocil kakak yang gemesin dulu?"
Aji ketawa, "aku nggak gemesin lagi, tapi otw ganteng kalo kata uncle Ikal."
"Bisa aja," Thea mengacak rambut hitam Aji, "tapi kakak nggak rela tau kamu cepet-cepet gede."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐)
Fanfic𝘉𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘥𝘢, 𝘛𝘩𝘦𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘴𝘰𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢...