𝟸𝟶. 𝙿𝚎𝚝𝚞𝚊𝚑 𝙱𝚊𝚙𝚊𝚔-𝚋𝚊𝚙𝚊𝚔

159 14 4
                                    

"Hati-hati keseleo sama typo!"
















"Jadi kamu nikahin Theana cuma untuk punya anak?"



















***

"Pak Agungnya udah dibilangin belom?"

Tio dan papa Marten baru sampe di tempat yang udah dijanjikan dengan pak Agung. Dua anak adam berbeda umur itu memilih meja yang letaknya disudut, biar lebih nyaman buat ngobrol.

"Udah, masih dijalan."

Mereka berdua belum memesan satu menu pun, sengaja nungguin pak Agung dulu.

"Mau ngomongin apa ya pa, jujur deg-degan."

"Untung masih bisa deg-degan, kalo kagak koid lu."

"Ya ilah, bisa-bisanya bercanda."

"Biar nggak tegang."

Tio menatap sekeliling, "tapi aman kan pa?"

"Apanya?"

"Hubungannya nanti?"

Papa Marten mengangkat bahu, "tergantung sih. Bisa aja dibatalin."

"Tolong jaga alat bacot lu itu pa," ancam Tio.

Jangan salah paham guys, Tio sama papa Marten kalo lagi akrab emang ngomongnya santai begini. Beda kalo mereka lagi cekcok, tapi sekarang udah jarang sih. Soalnya kalo Tio nakal lagi, beneran diusir dari rumah.

"Lagian lu takut bener, katanya preman."

"Tapi yang ini beda. Salah ngomong dikit langsung beda cerita. Sad ending part dua yang ada."

Tawa renyah papa Marten langsung terdengar. Tawa itu reda waktu ngeliat figur pak Agung yang berdiri di dekat pintu masuk kafe, sibuk noleh kiri kanan dan untuk nyari posisi Tio dan papa Marten. Lantas, papa Marten langsung mengangkat tangannya.

"Dah sampe tuh," kata papa Marten. Sialnya, Tio makin deg-degan. Kentara banget kalo dia beneran takut dan grogi. "Apa kabar pak?" Sapa papa Marten waktu pak Agung udah duduk di sebelahnya.

"Puji Tuhan sehat. Ini belum pesan apa-apa?"

"Sekalian nanti," Tio melambai pada salah satu pelayan kafe untuk bawain menu ke mereka. Nggak menghabiskan banyak waktu, laki-laki nggak seribet perempuan buat milih menu, cukup semenit satu pria matang dan dua pria hampir setengah abad itu selesai milih nentuin apa yang mau mereka pesan.

"Kapan dateng kesini?" Tanya papa Marten ke calon besannya itu.

"Siang kemarin. Sebentar aja, palingan besok pulang. Jadi mumpung kesini ya kepikiran buat ngobrol dulu sama Tio, kasih petuah dikit-dikit sebelum anak saya diambil dia," jawab pak Agung diakhiri kekehan ringan.

"Dengerin tuh bang," bales papa Marten.

"Udah siap ini, walau agak deg-degan dikit," kata Tio sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Padahal cuma ngobrol, tapi kayak mau perang aja.

𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang