"Hati-hati keseleo sama typo!"
***
"Ingat ya, jangan lupa doa dulu, Tuhan pasti bantu kok."
"Huu'um. Kalo gitu aku siap-siap dulu ya ma, bentar lagi berangkat ke kampus."
"Iya, hati-hati. Semoga lancar."
"Amin."
Telpon dimatikan. Thea keluar dari kamar sambil bawa semua perlengkapan tempurnya. Hari ini dia seminar proposal, di jadwal dan ruangan yang sama dengan Deri. Bedanya Deri di jam 8 pagi sementara dia di jam 10 pagi nanti. Mereka pun udah izin nggak masuk magang sehari karena harus seminar.
Pagi-pagi Thea bangun kayak biasanya, bikin sarapan dan tentu aja siap-siap. Nggak lupa buat ngabarin dua dosen penguji/pembahas dan dua dosen pembimbingnya. Dari keempat dosen itu, tiga diantaranya dipastikan bakal hadir di seminar dia nanti. Jadi Thea sedikit lega. Namun, satu dosen lainnya belum ngasih kejelasan sama sekali. Pak Tio selaku dosen pembimbingnya.
Thea udah chat beliau sekitar jam setengah delapan pagi tadi, tapi sampai sekarang belum dikasi kejelasan sama dosen itu. Bahkan chatnya nggak dibaca sama sekali. Oke, Thea paham kalo hubungan emang dalam fase yang nggak baik-baik aja. Mereka belum ada ngobrol semenjak pertemuan di kafe malam itu. Memang Thea yang menolak, karena dia harus memikirkan banyak hal. Apalagi setelah obrolannya dengan Bella malam itu.
Dalam lubuk hatinya, dia cukup lega karena pak Tio murni temenan sama Jennie. Tapi semua cerita Bella nggak menjamin kalo pak Tio dan Jennie nggak punya hubungan lain. Thea nggak bisa seratus persen percaya, apalagi semenjak pak Tio bohongin dia. Hei, selama ini dia pacaran sama suami orang, asal kalian tau? Wkwk. Harusnya pak Tio jujur aja dari awal, Thea nggak bakal sesedih dan kecewa kayak sekarang. Ditambah lagi, dia tau kebohongan ini dari orang lain.
Kalo udah kayak gini, Thea nggak tau dia bisa percaya lagi sama omongan pak Tio atau nggak nantinya. Pacarnya itu udah banyak bohong selama ini. Banyak impian yang mereka ucapin berdua, banyak rencana masa depan yang udah tersusun rapi, tapi kayaknya itu cuma mimpi aja. Thea nggak yakin bakal terwujud seperti yang mereka harapkan. Gimana pun hubungan mereka ke depannya nanti, Thea pasrahin aja. Toh, kalo dilanjut juga percuma. Thea udah meyakinkan dirinya untuk lanjut S2 di luar, dan Yogyakarta adalah pilihannya.
Ldr? Nggak dulu. Thea nggak berharap banyak dengan hubungan jarak jauh. Pisah, memang keputusan yang terbaik.
"Mbak Theana udah siap?" tanya Miyana yang baru keluar dari kamarnya. "Aku ikut ya mbak, hari ini nggak ada jadwal uts, soalnya take home."
"Bener?" tanya Thea. Miyana mengangguk. Setelah dipikir-pikir, kehadiran Miyana di hidup Thea, nggak bikin dia rugi juga. Miyana udah banyak bantu dia selama ini, terutama dalam hubungannya dengan pak Tio. Sepupunya itu selalu cerita apapun yang dia tau dan dia lihat tentang pak Tio. "Ya udah ikut aja."
"Te, pake grab kan kita?" tanya Nilam, itu cewek udah rapi. Karena dia mau ikutan juga nontonin Thea seminar.
"Iya, langsung berangkat aja apa ya? Udah jam 9 sih ini, Mahen juga bilang katanya Deri mungkin bentar lagi selesai."
"Langsung aja, lebih cepet lebih baik. Belum lagi nanti disana lo harus jemput dosen di ruangannya, kan? Gimana aman nggak dosennya?"
Thea menghela napas, "pak Tio aja sih yang belum ada kabar."
"Udah dihubungi mbak?" tanya Miyana.
"Udah, tapi belum di bales."
"Tapi yang lainnya oke, kan?" Nilam nanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐)
Fanfiction𝘉𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘥𝘢, 𝘛𝘩𝘦𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘴𝘰𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢...