𝙴𝚙𝚒𝚕𝚘𝚐

114 15 0
                                        

"Hati-hati keseleo sama typo!"














***

"Abang... Ayah dan buna mana?!"

Aji yang saat itu sedang menyusun pakaiannya yang sudah dilipat oleh Thea terkejut saat si bungsu membuka pintu kamarnya. Penampilan bocah berumur 5 tahun itu cukup berantakan, dengan rambut acak adul Bimcil berjalan mendekati Aji sambil mengucek matanya.

"Ayah nengndi abang?"

Dengan muke kucel khas baru bangun tidur, Bimcil menatap Aji meminta kejelasan. Di umurnya yang sudah menyentuh angka 5, Bimcil sudah bisa menyebut kata abang dengan benar.

"Abang kembar juga dimana?" Tanyanya lagi.

Sudah jam 10 pagi di hari Sabtu ini, dan Bimcil baru bangun tidur.

"Sini dulu," Aji menyuruh Bimcil untuk mendekatinya yang tengah duduk di tepi ranjang. Lalu merapikan rambut adik bungsunya itu yang mulai memanjang. Sepertinya sebentar lagi ia harus membawa Bimcil ke barbershop. "Memang Bimcil udah ke bawah?"

Bimcil mengangguk, "sudah. Tidak ada siapa-siapa bahkan kakek pun tidak ada. Padahal tadi malam kakek masih ada bermain dengan Bimcil," adu nya.

Kakek yang dimaksud adalah Pak Agung.

"Mereka semua sedang menjemput adik," jawab Aji.

"Adik? Memang adik sudah lahir, abang?" Tanya Bimcil antusias.

"Sudah."

Sebenarnya Thea sudah mulai merasa mulas tadi malam, tapi masih mampu dia tahan makanya belum berangkat ke rumah sakit. Lalu jam 2 subuh tadi, rasa sakit akibat kontraksinya semakin menjadi, barulah Tio membawanya ke rumah sakit karena persalinan Thea akan terjadi.

Jam 6 pagi tadi, Aji mendapat kabar dari neneknya; bu Lina jikalau adiknya sudah lahir dengan kondisi sehat dan Thea juga baik-baik saja. Aji yang hari ini nggak kemana-mana memilih menjaga Bimcil di rumah karena anak itu masih tidur saat semua orang sibuk membawa Thea ke rumah sakit. Berbeda dengan si kembar yang sudah kalang kabut karena ikut khawatir dan sudah tidak sabar ingin melihat adik baru mereka. Jadi jam 6 tadi pagi, mereka ikut berangkat ke rumah sakit juga bersama Haikal.

"Bimcil ingin melihat adik!" Seru Bimcil tidak sabar. "Abang ayo kita jemput adik."

Aji menggeleng, "kita di rumah aja ya. Ayah dan buna mungkin malam nanti bakalan pulang ke rumah bawain adik. Jadi, Bimcil dirumah aja sama abang."

"Tapi ingin lihat adik dan cium buna," ucap Bimcil pelan.

"Bimcil bisa sabar nunggu nanti malam, kan?"

Menghembuskan napasnya, Bimcil akhirnya menganggu setuju. "Oke, Bimcil akan bersabar."

***

"Kenapa wajah adik merah-merah buna?"

Saat ini keluarga kecil Tio dan Thea sedang berada di kamar, menemani Thea yang baru pulang dari rumah sakit kemarin. Tidak ada berita sedih di kelahiran anak mereka kali ini, semua proses persalinan berjalan lancar dan yang paling utama sang ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang