𝟷𝟾. 𝙳𝚎𝚎𝚙𝚝𝚊𝚕𝚔

138 16 10
                                    

"Hati-hati keseleo sama typo!"



















"Mau hubungan yang sempurna? Kitalah yang harus menyempurnakan hubungan itu."























***

Pagi ini, sekitar jam 10, Aji dan temen-temennya lagi nongkrong di bawah pohon yang ada di taman sebagai pembatas gedung SD dan SMP di sekolah mereka. Sebagai murid kelas 6, proses belajar mereka udah selesai. Hari ini mereka dateng ke sekolah buat foto-foto doang—untuk buku tahunan sekolah. Kelasnya Aji udah selesai, sekarang giliran kelas lain, tapi mereka belum dibolehin buat pulang duluan. Jadinya, Aji, Ale, Leah plus Siena yang kelasnya hari ini kosong, milih nongkrong di taman sambil nikmatin jajan yang mereka beli di kantin.

Sebenernya nggak cuma mereka aja yang ada disana, masih banyak murid yang lainnya juga. Untuk mereka yang capek lari-larian di lapangan, main bola kaki, pasti milihnya duduk di taman aja sambi ngemil. Bahkan Pio dan temen-temennya pun ada disini.

"Kalian kalo udah lulus lanjut sekolah dimana?" Siena nanya sambil habisin es krim cone ditangannya.

"Kata ibu aku lanjut disini lagi," jawab Leah, dia duduk disebelah Aji sambil sharing ciki yang dia beli di kantin. Padahal Ale yang minta nggak dikasih. Soalnya Ale itu musuhnya.

"Aku sama Aji juga sama, semoga aja kita nggak sekelas," sahut Ale. Karena nggak kebagian ciki punyanya Leah, alhasil Ale beli sendiri yang ukurannya lebih gede. Jangan lupa dia juga beli boba yang dijual di kantin SMP.

"Siapa juga yang mau sekelas sama kamu. Dasar ikut-ikutan!"

Kan, mulai lagi berantemnya.

"Berarti kita masih bisa ketemu dong," seru bahagia Siena selaku siswa kelas 5 yang sebentar lagi bakalan kehilangan temen-temennya. "Nanti aku juga bakal bilangin papa untuk lanjut sekolah disini lagi."

Aji tersenyum kecil dengernya, "nggak sekolah disini juga masih bisa ketemu."

"Gimana Aji?"

"Main ke rumah."

"Oohh—boleh?"

Aji ngangguk.

"Asik! Kapan-kapan aku main ke rumahmu ya? Sama Leah juga, iya kan Leah?"

Leah mengangguk semangat. Selama ini emang keseringan Aji dan Ale yang main kerumahnya. "Iya dong! Nggak sabar pengen nyicip masakan grandma Aji."

Ale yang dengernya, mendadak nggak suka. "Grandma aku juga woi!"

"Apa sih ikut-ikutan," bales Leah.

"Lagian bentar lagi juga Aji nggak tinggal sama grandma. Dia bakalan tinggal sama ayah dan bundanya," jelas Ale lagi. Aji mah diem aja.

"Sama tante Theana?" tanya Leah. "Bakalan lebih seru dong! Ngobrol sama tante Theana itu asik!"

Ale makin kesel, soalnya dia nggak pernah mau kalah sama Leah. Beda lagi sama Aji yang tersenyum tipis, bayangin apa yang baru aja Leah omongin—bentar lagi dia bakalan serumah sama Thea. Setelah sekian lama, akhirnya dia punya sosok ibu. Tapi Siena, dia malah diem.

"Aji bakalan punya ibu baru?" tanyanya pelan. Senyum perlahan terbit dibibirnya, "pasti seru banget. Selamat ya Aji."

"Makasih Siena."

Yang Aji jelas tau, ada kesedihan di ucapan Siena barusan.

"Nggak lama lagi kamu bakalan punya adek Ji," kata Leah seneng. Soalnya selama ini dia pengen banget punya adek, tapi sayang Tuhan belum ngasih kesempatan buat ibunya hamil lagi. "Jadi kamu nggak kesepian, rumahmu bakalan rame. Kebayang serunya!"

𝐒𝐈𝐀𝐍𝐈𝐃𝐀; 𝐒𝐢𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐃𝐮𝐝𝐚 (𝐒𝟏 & 𝐒𝟐)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang