TW : KAKTUS

524 55 0
                                    

Adhika POV.

Putri Carissa terbangun langsung menyingkap penutup ranjang mewahnya.

Melongok kearahku yang sudah berdarah di sekitar tangan dan punggung.

"Apa maksudmu ?" Emosiku.

"Itu Kaktus khas dari Negara Amalthea."

Kuhampiri wanita berambut pirang itu, "Jangan bohong, siapa yang melakukan ini diatas kasurku ?"

"Aku yang melakukannya, di negaraku sudah biasa tidur dengan memakai Kaktus."

Kami saling menatap tajam. Kutarik tangan Putri Carissa kasar.

"Apa yang kamu lakukan ?"

"Sekarang giliranmu tidur disana!!" Tunjukku saat dia berhasil dipaksa berdiri.

Putri Carissa diam tak berani.

"Kamu pikir aku bodoh, Kaktus jelas-jelas pohon khas gurun pasir beraninya kamu mempermainkan tempat pribadi orang lain.

Kamu ini seorang Putri besar pewaris Kekaisaran jaga martabatmu !!" Cercaku.

Putri Carissa diam menatap garang tak suka kearahku.

"Tunggu apa ? Obati lukaku."

Brakk..
Bugh..bagh..bugh..

"Beraninya rakyat jelata sepertimu berteriak pada Putri Kaisar."

Seorang wanita berperawakan tinggi terus melayangkan pukulan yang berhasil kutepis dengan mudah.

Aku mendorong wanita itu sampai tersungkur.

"Hentikan Donka !!" Teriak Putri Carissa.

Orang yang dipanggil Donka menghentikan aksinya saat dia ingin menyerangku lagi.

Perih di sekujur tubuh mulai terasa. Lajak tergesa menconcong mengambil beberapa daun untuk mengobati luka.

Sedangkan Donka menatap dendam kearah kepergianku.

"Putri biar aku yang mengurusinya—"

Donka menoleh ke belakang kearah Putri Carissa yang sudah bertolak menyusul Adhika entah kemana.

••••••••••

Di dekat Paviliun kesehatan, sedang mencabuti beberapa daun obat.

Carissa mencengkram erat tanganku yang sedang mencabuti daun.

"Awh awww.." ringisku sakit karena luka dari tusukan kaktus tersentuh erat oleh Carissa.

"Ikut aku."

Dia membawaku kedalam Ruangan kesehatan.

Entah darimana mendapatkan kunci ruangan kesehatan, tanpa banyak bertanya aku menuruti Carissa.

Walau kesal karena sikap yang keterlaluan jahilnya. Aku menahan tawa.

Baru pertama kali melihat orang seperti Carissa.

Dia mengolesiku dengan salep berbau tumbuhan hitam pekat.

"Kenapa senyam-senyum ? Kamu gila ?"

"Justru aku yang harus bertanya, kamu yang gila sudah menaruh banyak kaktus dikasurku."

"Itu kasur milik Putri Zhi."

"Jadi tujuanmu adalah Putri Zhi, harusnya kamu singkirkan jika tau ada aku."

"Aku lupa."

"Yah.. Lain kali hati-hati."

"Kamu darimana ?"

"Nusantara."

"Kamu seorang bangsawan ?"

"Aku hanya rakyat biasa, keluarga pedagang." Bohong Putri Adhika.

"Oh, kupikir kamu bangsawan."

"Cukup, tolong punggungku juga luka, oleskan salepnya."

Aku membelakangi Putri Carissa dan membuka area punggung telanjangku.

Putri Carissa sedikit memalingkan wajah merasa tak biasa melihat punggung telanjang wanita lain.

Kedua pipinya bersemu merah tanpa disadari.

Cepat-cepat dia mengoleskan salep dari punggung sampai ke kaki.

Untung saja aku bisa menangani bagian bokong dengan indra perasa yang terkesan perih di area itu.

Kami kembali ke kamar setelah Donka membantu aku menyingkirkan puluhan kaktus yang berduri tajam.

Setelah Carissa mengaku dan minta maaf, aku bisa beristirahat dengan tenang tanpa ada uneg-uneg lagi dihati.

****

TWO WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang