TW : PEMANDIAN UMUM

544 56 0
                                    

Adhika POV.

Pemandian disini sangat terbuka, bagaimana aku bisa kesini.

Aku tidak ingin di cap cabul oleh orang lain.

Aku menjelaskan jika aku seorang yang memiliki identitas ganda pada Putri Carissa.

Selama anu-ku tidak hidup kata Putri Carissa ia akan baik-baik saja.

Dia menyeretku ke pemandian wanita. Kami berdua bersiram air panas pegunungan.

Bergantian masuk kamar mandi terbuka yang sekadar dihalangi bebatuan dengan air yang terus berlimpah tiada henti.

Aku yang berada di giliran terakhir selesai, dan segera memakai baju ganti.

Telingaku mendengar suara aneh.

Seperti ada orang yang sedang menarik karet atau benang.

Aku mencari sumber suara keatas pepohonan.

Benar, ada seseorang yang bersiap memanah kearahku.

Tepatnya pada Putri Carissa di belakangku.

Dengan cekatan aku langsung mendorong Putri Carissa agar menunduk.

Sayang sekali panah itu mengenai bahuku hingga tergores.

Oh shit, orang yang memanahku kemudian lari secepat kilat.

"Putri Carissa Anda baik-baik saja ?"

Dengan tatapan penyap terkejut dia mengangguk-angguk.

"Bahumu.." Carissa terkesiap melihat bahuku yang berdarah.

Aku jalan sempoyongan mengambil panah yang tertancap di batang pohon tak jauh dari sana.

Panah beracun. Uh sial. Pantas saja aku merasa agak pusing.

Reaksinya cepat berarti racunnya sangat kuat.

Putri Zhi yang baru tiba ke pemandian umum menghampiriku yang sudah ambruk ditanah. Lemas.

••••••••

Author POV.

Ruang kesehatan kini ada dua orang yang membopong Adhika.

Mereka membaringkan Adhika diatas ranjang, sedangkan Putri Zhi menyerahkan panah beracun pada Tabib.

"Ini racun Kobra, biasa digunakan untuk melumpuhkan lawan."

"Racun Kobra ?"

Semua orang terhenyak. Sang tabib segera membawa beberapa ramuan oles.

Sedangkan tabib satu lagi sedang meracik ramuan untuk diminum.

"Anak muda apa kau bisa mendengarku ?" Tabib yang membawa salep oles menepuk-nepuk pipi Adhika.

Adhika merespon dengan kedipan mata, dia benar-benar merasa ingin pingsan.

"Minum ini."

Putri Carissa membantu Adhika agar bisa meminum ramuan dengan membantu menegakkan tubuhnya.

Adhika meminumnya sampai tandas.

Dan kembali berbaring, akhirnya Adhika tak sadarkan diri beberapa saat setelah ia meminum ramuan itu.

Putri Zhi dan Putri Carissa kalang kabut melihat Adhika pingsan.

"Kita tunggu reaksinya dari setengah sampai satu jam."

"Apa dia akan baik-baik saja ?" Cemas Putri Carissa.

"Aku tidak tau. Kita lihat saja nanti." Ucap Tabib tak bisa memastikan.

Racun kobra terkenal akan racunnya yang kuat, biasanya hanya pembunuh kelas atas yang bisa memakai racun kobra.

Karena harganya yang sangatlah mahal membuat orang-orang menengah kebawah tak akan sanggup untuk membeli.

Putri Zhi dan Putri Carissa berdiskusi di halaman ruang kesehatan.

"Aku lihat ini dari wilayah Matrius, kayu ulin terbesar hanya ada disana."

"Siapa sebenarnya yang berusaha menargetkanmu, Putri Carissa." Kata Zhi.

"Tidak tau, dan aku juga tidak menaruh curiga pada siapapun di sekitarku." Lirih Carissa.

Untuk saat ini dia takut hal ini mengancam Adhika. Carissa akan hutang budi pada wanita itu karena sudah melindunginya dari bahaya.

Sampai rela kehilangan nyawa akibat racun yang dalam sekejap bisa menyebar ke seluruh tubuh.

Semoga Wening Adhika Dutomo bisa selamat. Rintih Carissa dalam hati.

****

TWO WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang