Hmmm..hmmm...hmmm...
Senandung kecil ketika Carissa mandi.
Beruntung ia memiliki kamar mandi khusus di asrama, tidak perlu pergi berdesakan dengan mahasiswi lain.
Karena insiden di pemandian umum yang hampir menewaskan Adhika membuat Karina tidak lagi menjejaki kaki disana, kecuali jika benar-benar terpaksa atau sangat ingin kesana.
"Tampaknya Yang Mulia sedang senang hari ini." Gumam Donka.
Dalam hidup Donka baru pertama mendengar Carissa bersenandung ria, dengan wajah berseri-seri.
Sekalipun mengalami hal romantis dengan Putri Zhi dia tak pernah se-gembira ini.
Carissa jarang menunjukkan ekspresi, ketika senang atau sedih dia tak pernah bisa menunjukkannya dengan orang lain.
Donka selalu mencap jika Carissa orang yang terlampau tenang dalam kondisi apapun.
Lebih anehnya lagi menurut Donka, sampai berangkat ke kelas pun senyumnya Tuan Putri Mahkota tak pernah luntur.
Donka semakin berkerut tanda tanya hal apa yang membuat majikannya sampai begitu.
••••••••••••••
"Gusti Raden Ajeng, hamba melapor jika Rutmi sudah sampai di Bunga Malam."
"Bagus, tugas kalian sudah selesai, kalian bisa pulang ke Nusantara."
"Baik Gusti Raden Ajeng. Kami pamit pulang."
"Ya, semoga selamat sampai tujuan, ini upeti untuk kalian berdua."
Adhika menyodorkan dua kantung emas.
"Terimakasih Gusti Raden Ajeng."
"Iya, kalian bisa pergi sekarang."
Mereka berdua pamitan memberi salam hormat pada Adhika.
Dari taman belakang perguruan tinggi Adhika berjalan ke kelas.
Pagi-pagi sekali dia berangkat ke perguruan tinggi, dia tak bisa tidur mengingat kejadian semalam.
Ciuman dan gairah yang muncul tadi malam mengusik dirinya.
Yuandra tak pernah membayangkan akan melakukan oral seks dan mencium seorang gadis yang usianya 13 tahun dibawahnya.
Dia sudah gila. Sepertinya ia harus minum obat penenang, jantungnya hampir meloncat saat berpapasan dengan Carissa di pintu kelas.
Seolah tak saling kenal, Carissa melewati begitu saja Adhika.
Heran, kenapa Carissa tampak ceria hari ini. Adhika duduk di paling belakang.
Semua Mahasiswi berkumpul sedangkan Adhika berbincang dengan Fei mengenai ujian harian yang akan dilaksanakan.
Mereka membahas perkiraan materi yang akan keluar ketika Ujian nanti.
Begitupula dengan Zhi dan Carissa yang sama sibuknya dengan saling belajar dadakan di kelas.
Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, tatapan Carissa selalu melirik ke tempat Adhika dan Fei.
Keceriaan yang sempat Adhika lihat di wajah Carissa mendadak hilang tak berjejak.
Putri itu mengerlingkan mata sinis ketika tatapan mereka tanpa sengaja beradu.
Mengapa dia seperti itu ? Adhika tidak habis pikir dalam sekejap seseorang bisa berubah mood.
•••••••••••••
Kelas bubar Adhika bergegas ke asrama dan menyimpan peralatan kampus disana.
Dia akan langsung bertolak ke rumah Nona Eve untuk di rias.
Jalan ke Bunga Malam melewati Rumah Nona Eve.
Sebenarnya ada dua jalur yang dipakai dan Rumah Eve merupakan jalur yang memutar dan jauh lagi.
Adhika meniti kaki langkas, ingin cepat bertemu dengan Rutmi menceritakan sesuatu hal.
Sesampainya di hunian Bunga Malam, ia memanggil Rutmi dari luar.
Rutmi tergesa turun saat mendengar teriakan Adhika.
"Gusti Raden Ajeng, salam Saya Gusti Ajeng."
"Rutmi, akhirnya kamu datang." Lantas memeluk wanita mungil itu erat.
"Gusti Ajeng tak pantas Putri memeluk Saya seperti ini, Saya hanya pelayan Gusti Ajeng, tingkatan kita berbeda."
"Kata siapa ? Khusus untukmu boleh Rutmi."
"Tapi—"
"Siapapun yang melarangku memelukmu tidak akan mengubah pendirianku,
kamu lama datang kemari apa ada sesuatu ? Ayo kamu jelaskan di dalam rumah."
"Baik, Gusti."
Adhika merangkul sayang Rutmi sampai masuk ke rumah.
Tak disangka seseorang menatap bagai nyala api dimatanya.
Si perempuan mengepalkan tangan.
"Jadi ini yang kamu sembunyikan, lihat saja Adhika akan kubalas tanpa ampun."
Wanita itu mengayunkan langkah lebar, pergi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLD
RastgeleWARNING !! GXG AREA !! FUTA !! Dimensi Dua Dunia Rame ga rame pokonya ramein aja :) HARAP BIJAK SAAT BERKOMENTAR. NO WAR !!