TW : BERLAYAR

713 65 0
                                    

Setelah menjelaskan panjang lebar tentang Wening, pelayannya Rutmi memegang tangan Yuandra erat-erat.

"Raden Ajeng, Saya Akan menyusul Anda di perahu lain, para punggawa akan mengantarkan Anda ke Kaisaran Deimos."

"Kenapa kamu tidak ikut bersamaku saja Rutmi ?"

Rutmi menggeleng, "Perahu sudah penuh oleh awak dan punggawa serta persediaan makanan untuk 3 bulan lebih, perahu tidak bisa menambah orang, muatannya terlalu banyak, Raden."

"Begitu ya, baiklah jaga dirimu Rutmi."

"Ya, hamba juga titip untuk Raden Ajeng agar menjaga diri baik-baik, kita akan bertemu di Deimos."

Berharap Tuannya selamat sampai tujuan tanpa kekurangan sedikitpun.

Ia cemas melihat Wening bagai orang asing, tutur kata serta tingkah lakunya tak seperti biasa.

Tapi satu hal, Wening terlihat sangat ramah sekarang. Rutmi menyukai sikap Tuannya yang tidak lagi dingin.

Wening a.k.a Yuandra mengangguk mengerti, "Kamu tak perlu khawatir Rutmi Saya akan menjaga diri baik-baik."

"Iya butuh waktu 3 bulan untuk sampai disana, para punggawa akan membawa Anda ke perguruan tinggi di Kerajaan Phobos, Deimos."

Yuandra kembali mengangguk. Sekolah politik. Menghela nafas. Ia cukup mumet di pelajaran kenegaraan makanya ia memilih menjadi dokter alih-alih Gubernur.

"Baik, Aku paham Rutmi." Yuandra mulai berusaha menerima kehidupan keduanya di zaman ini walau sulit.

Tangan mereka terpisah, Wening melambaikan tangan kearah Rutmi ketika perahu kayunya mulai berlayar di lautan lepas.

•••••••

3 bulan lebih 12 hari Wening sampai di pintu gerbang bertuliskan Perguruan tinggi Phobos.

"Salam Saya Putri Adhika, Saya Rais Nikolay, Rektor Universitas Phobos senang berjumpa dengan Putri Kedua Kerajaan Nusantara."

"Terimakasih sambutannya Mister Nikolay, tolong jangan biarkan Saya menjadi pusat perhatian orang-orang."

"Baik, Saya mengerti Yang Mulia."

••••••

Para punggawa berbadan besar jauh di belakangnya menghampiri Putri Adhika.

"Kalian bisa istirahat, aku akan mencari kamarku sendiri."

"Iya, Raden Ajeng."

Mereka undur diri dari hadapan Adhika.

Wening Adhika Dutomo, menelisik satu persatu ruangan kamarnya.

Saat sampai di nomor pintu tujuan, tiba-tiba seseorang menyerobot kearah dirinya yang hendak masuk ke dalam kamar.

"Maaf, biasakah kita bicara ?"

"Untuk ?" Adhika meninggikan kedua alis bertanya.

"Sebelumnya perkenalkan dulu Saya Putri kedua dari Kekaisaran Dione, Putri Young Zhi Ornellan panggil saja Zhi, salam kenal."

"Saya Wening Adhika Dutomo dari Nusantara." Jawab Adhika halus ketika tau orang di depan ternyata seorang Putri Kaisar.

"Ada apa Putri Zhi memanggil Saya ?" Tanya Adhika kembali.

"Saya ingin tukar kamar denganmu apa boleh ?"

"Kenapa Putri Zhi ingin tukar kamar denganku ?"

"Saya merasa kamar ini sangat cocok, kumohon tolong izinkan Saya tukar kamar dengan Anda !!" Zhi memelas.

Adhika menghela nafas pelan, "Baik, ini kunci kamarku."

Mereka saling bertukar kunci kamar, "Kamarmu ada di paling dalam pojok kanan atas, itu kamar khusus para kelas atas."

Beritahu Zhi sambil memeluk sekilas berterimakasih kepada Adhika.

Adhika mengangguk, tanpa lama dia pamitan dan bergegas mencarinya sesuai instruksi Zhi.

Pintu kamarnya tidak di kunci, Adhika masuk perlahan. Ternyata masih kosong.

Ia kemudian bergerak maju kearah ruang penyekat rupanya asrama miliknya ini yang paling luas dan terpisah dari yang lain.

Bertanya-tanya kenapa Putri Zhi tidak mau tinggal disini ? Padahal menurut Adhika kamar ini tampak sangat nyaman.

Adhika menelusuri ke dalam ada dua ranjang yang mewah dan satu kasur berbahan kapuk disisi bawah kiri.

Ketika ia beringsut kearah kasur kapuk disisi bawah, seseorang muncul menyingkap ranjang mewah di sebelahnya.

Orang itu terkejut melihat kehadiran Adhika. Begitupula Adhika yang sama terkejutnya.

Untuk waktu yang cukup lama mereka saling menatap wajah masing-masing, menyelidik.

***

TWO WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang