Gua di bawah air terjun dipenuhi semak dan pepohonan yang rindang.
Di dalam sana tidur seorang wanita cantik bak bidadari turun dari langit sedang tidur beralaskan batu mendatar.
Banyak pernak-pernik disana, emas dan perak menjadi hiasan di ruangan itu.
Silau dibuatnya, ruangan yang tersorot matahari dari atas bukit memasuki bagian dalam.
Gemerlap cahaya dari barang-barang berharga memantul ke seluruh penjuru ruangan di gua yang memiliki kesan angker.
Bangun, wanita cantik melihat keempat telur sebesar bayi dengan tatapan khawatir.
Air tandon memantulkan sesuatu, gemericik dari atap gua memenuhi penampung air.
Melihat gambaran tidak cukup jelas akibat jatuhan tetes-tetes air ke permukaan tandon.
Senyum semringah terukir jelas memancarkan cahaya karena rupa yang sudah cantik, berkali-kali lipat semakin cantik saat tersungging senyum bahagia disana.
"Akhirnya penantianku telah membuahkan hasil, seorang Kesatria akan segera datang menjemput keselamatan alam."
Berkeliling menari dengan riang gembira, semua pohon, semak, dan air terjun di wilayah gua ikut meramaikan tarian dari sang Dewi.
Dialah Dewi Tamika—Dewi Naga—di Pulau Tirton.
••••••••••••••
Seorang lelaki berparas tampan, dengan alis dan mata yang tajam sedang menyelidik kearah dua orang wanita.
Pangeran Juno lebih memperhatikan daya tarik seorang wanita disana. Mata elangnya tak berkedip menatap salah satu wanita yang sedang mengobrol dengan wanita lainnya, entah teman atau pelayannya.
Wanita anggun yang tengah digadang-gadang oleh semua kaum pria atas kecantikan yang sangat memikat.
Yang belakangan ini santer diketahui oleh Pangeran Juno dan pengikutnya saat tiba di Negeri Phobos, tentang wanita berparas cantik.
Hati Pangeran telah bergetar saat tak sengaja berpapasan di jalan Universitas dengan wanita ini.
Carissa. Nama yang indah dan selalu membayangi pikiran Juno di setiap malam.
Ia sendiri lupa, jika kesini untuk menemui calon istrinya, Putri Wening dari Kerajaan Nusantara.
Apa salah jika hati Pangeran telah jatuh pada perempuan bernama Carissa, sungguh dia berharap jika Carissa yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Lelaki itu mundur, dia berjalan kearah taman belakang Universitas Deimos diikuti pengawal setia.
Dari arah yang tak terduga di taman, kemudian datanglah seorang wanita menghampiri.
Pangeran Juno mengernyit karena wanita bercadar itu memberikan salam hormat padanya.
"Pangeran Juno dari Kerajaan Charon ?"
"Ya, Siapa Kamu ?"
"Aku Putri Wening dari Nusantara, bisakah kita bicara di tempat yang benar-benar sepi ?"
Juno terkejut, dia belum siap bertemu dengan Putri Wening yang katanya sedang ada tugas tambahan dari pengajar selama berbulan-bulan lamanya.
Tugas tambahan ialah alibi, padahal dia koma di Paviliun Fallain.
Kini, ia berharap agar Wening tak usah menemui dirinya, bukan apa-apa tapi jiwa dan raga Juno sudah tertambat pada Carissa begitu dalam.
"Yang Mulia." Adhika memanggil kembali.
Juno tersentak menatap Adhika yang wajahnya tertutupi cadar.
"Baik, kita pergi ke taman paling belakang." Juno mengambil langkah lebih dulu untuk menunjukkan jalan.
Putri Wening Adhika Dutomo mengikuti pria tampan ini.
Sungguh hati Adhika ketar-ketir melihat paras double tampan milik Pangeran Juno dari Charon.
Dirinya pun tak menyangka calon suaminya akan semenarik ini, membuat mabuk kepayang.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLD
RandomWARNING !! GXG AREA !! FUTA !! Dimensi Dua Dunia Rame ga rame pokonya ramein aja :) HARAP BIJAK SAAT BERKOMENTAR. NO WAR !!