TW : HEALING

563 50 0
                                    

Adhika POV.

Akhir pekan tiba aku menyempatkan diri berjalan-jalan. Menikmati banyak pemandangan indah, cocok guna mencuci mata dan membersihkan pikiranku dari bayang-bayang bercumbu antara aku dan Carissa beberapa hari yang lalu.

Tentu, alih-alih semakin lengket setelah pergumulan basah kami, justru situasinya malah membuat kami tambah gabir, jauh menghindar.

Kekaisaran Deimos ini mempunyai peradaban maju diantara kekaisaran lain. Kaki jenjangku menjelajahi pasar seorang diri, memakai topi. Menyamar sebagai rakyat biasa.

Busana disini serupa dengan hanbok Korea.
Dan aku memutuskan untuk mengenakan Hanbok hitam berpadu putih, tampaknya akan serasi.

Tak lupa merubah penampilan dengan kumis dan janggut palsu, serta merias wajah layaknya seorang pria.

Raga dan jiwa hanya ingin bersenang-senang tanpa ada yang mengenal itulah tujuanku sebenarnya.

Aku mulai menyapu area tengah pasar banyak yang ada disana terhitung pernak-pernik, make-up, camilan, dan tek-tek bengek lainnya.

Tersemat pedang di tangan kiriku sebagai aksesoris juga sebagai bentuk penjagaan diri.

Tak terasa matahari sudah sampai diatas kepala, mencari tempat makan yang lumayan ramai, mengisi perut sampai kenyang. Senyumku tergambar jelas.

••••••••

Disisi lain, dari pagi dua orang wanita mengikuti Adhika dari belakang.

Tadinya mereka hendak menyapa Adhika namun, gadis itu berlarian ke suatu tempat yang agak ramai.

Adhika memasuki tempat tersembunyi dan tidak keluar-keluar dari sebuah gubug.

Dua wanita itu menunggu dari pintu masuk Adhika, namun yang keluar hanyalah laki-laki memakai hanbok dengan ditutupi topi.

Salah satu dari mereka bertanya kepada pemilik rumah, "Apa ada seorang gadis di dalam ?"

"Kalian mencarinya ? Sayang sekali dia baru saja pergi."

"Tapi aku tidak melihat siapapun selain seorang Pria."

"Dia menggunakan pintu lain."

Bohong wanita kisaran 25 tahunan sang empunya gubug, yang dimasuki Adhika barusan.

"Begitu ya, kalau begitu maaf sudah mengganggu waktu Anda. Permisi."

"Ya. Kuharap jangan datang lagi kemari." Wanita itu langsung menutup pintu begitu saja.

Donka-lah yang bertanya barusan, sedangkan Carissa adalah wanita lainnya yang mengikuti Adhika.

Mereka menghela nafas. Dibalik ketidaktahuan. Seseorang sedang menyamar sampai totalitas merubah penampilannya.

••••••••••••••

Author POV.

Rumah Bordil.

Marak di tempat itu puluhan orang sedang bersenang-senang.

Seseorang berjalan tak menghiraukan ajakan para pelacur yang menggodanya di lorong.

Dia ingin bertemu pimpinan Rumah bordil ini.

Selain sebagai tempat hiburan bermain wanita. Ada restoran tersedia disana. Makanan disini enak-enak sesuai kualitas dan harga.

Ruangan tempat pemimpin atau pemilik Rumah Bordil ini terbuka.

"Siapa kamu ?" Tanyanya sedikit tak enak melihat orang yang lancang masuk ke kamarnya.

"Perkenalkan aku Yasadana Alsaki, panggil saja aku Yasa."

"Kamu tampan dan memiliki daya tarik tinggi bagi wanita-wanita kesepian, darimana kamu berasal ? Baru kali ini aku melihatmu disini."

"Aku asal Nusantara, Boleh aku menyebutmu Nona Mojhe ? Dan aku tidak berminat daftar menjadi gigolo." Dia duduk berhadapan dengan Mojhe.

"Tentu Tuan Yasa rupanya kamu sudah tau namaku,

kurasa kamu bukanlah sembarangan orang yang ingin menemuiku begitu saja."

"Benar, tujuanku kemari ialah ingin memintamu menyiapkan ruangan khusus disini,

namanya Rutmi dia akan kesini entah kapan waktunya, tapi sambut ia dengan baik."

"Dia istrimu ?" Yasa menggeleng.

"Dia orang yang berharga." Ucap Yasa sambil membuka topi memperlihatkan wajah asli pada Mojhe.

"Kamu sangat tampan, siapa Rutmi sampai dia sangat di istimewakan olehmu, Tuan."

"Ini bayaranmu. Cukup sampai beberapa tahun kedepan aku yang mengambil alih Rumah ini sekarang,..

,..Aku minta restoran dan juga sebagai tutup mulutmu."

"Baik Tuan Yasa, aku akan memberikan kontrak sampai 6 tahun ruangan khusus dan restoran untukmu, kamu menyuntik dana menaruh modal."

Mojhe sangat terkejut melihat kepingan emas yang banyak.

Yasadana a.k.a Adhika mengangguk mantap. Dia kembali dari Rumah Bordil.

Melanjutkan acara jalan-jalannya sampai waktu malam tiba.

Tempat strategis tidak begitu jauh dari asrama membuatnya berpikiran untuk menanam sedikit saham disana.

Terlebih untuk tempat tinggal Rutmi, pelayannya yang mungkin hampir sampai ke Deimos, Rutmi harus memperkenalkan dirinya pada Mojhe agar bisa tinggal disini senyaman mungkin.

*****

TWO WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang