Mereka saling menatap dalam keheningan, sedangkan pengawal dan pelayan berdiri cukup jauh dari mereka.
"Perkenalkan namaku Wening Adhika Dutomo dari Nusantara, yang digadang sebagai calon istrimu."
Pecah suara si Perempuan lebih dulu.
Ia mengulurkan tangan mengajak salam perkenalan, tapi Juno hanya menatap tak minat tanpa membalas jabat tangan Adhika.
"Ah maaf aku belum membuka penutup wajahku."
Melihat raut dingin Juno seketika menarik kembali tangannya untuk membuka cadar.
Sedikit menoleh kearah lain dan menunduk saat membuka kain cadar.
Kedua lawan jenis ini kemudian lurus berhadapan muka, saling menatap.
Jelas, Juno menangkap lekat dengan indra penglihatannya kini.
Adhika memiliki wajah sehalus porselen, hidung mancung-kecil, bulu mata lentik, bibirnya tipis berwarna pink lembut, alisnya cukup tebal, wajah bersih dan putih, pipi merah, bentuk wajah tirus dengan lesung pipi di kedua sudut menambah warna kecantikannya.
Tatapan yang halus namun tajam, berbola mata hitam legam dengan ukuran sedang, tidak belo atau sipit.
Wanita rupawan itu tersenyum menampilkan giginya yang berbaris rapi.
Juno terkesima sejenak saat melihat paras Adhika, bagaimana ada wanita sesempurna ini ?
Pipi Juno memerah, terasa panas yang menjalar sampai ke telinga.
Dia tak sadar hidungnya tengah berdarah sekarang.
Seketika Adhika panik, hendak menghentikan pendarahan di hidung Juno yang reflek mundur saat Adhika bergerak maju.
"Apa yang terjadi Yang Mulia...."
Pengawal Juno berlari melihat gelagat mencurigakan dari sang majikan.
Dengan segera membantu tubuh limbung Pangeran ini, matanya tak sengaja memandang Adhika.
Sang pengawal sangat kaget bagai melihat hantu di siang bolong.
Bukan sedang melihat penampakan mengerikan, tapi dia melihat paras indah di hadapannya.
"Turunkan pandangan Anda dari Putri kami, Pengawal Tao." Pelayan dari Adhika menatap tajam kearah Pengawal Tao.
Rutmi hanya menyuruh agar Tao tau batasan, dia tidak boleh menatap Putri Adhika melebihi Pangeran Juno.
Pengawal Tao menurunkan pandangan, tepat saat ia menunduk darah dari hidungnya ikut menetes.
Para pria antara majikan dan bawahan ini sama-sama mimisan.
••••••••••••
Rutmi mengikuti langkah Putri Adhika yang riang ke asrama.
Disana sudah ada Putri Carissa menyambut penuh seri di wajahnya.
Donka dan Rutmi pamit undur diri, mereka tak bisa lama-lama berada di area asrama.
"Senang sekali akhirnya aku kembali kesini." Adhika menepuk kasur baru dengan ranjang yang nyaman.
Tempat tidurnya sekarang menjadi mewah berkat bantuan dari Putri Carissa.
Dia berterimakasih pada sang Putri yang telah berbaik hati padanya.
"Senang melihatmu kembali dalam keadaan sehat." Ucap Putri Carissa sambil tersenyum.
"Anda Putri yang cantik, terimakasih. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan."
Keduanya mengaminkan, "Putri Carissa izinkan aku bertemu dengan Guru terbaik untuk bisa mendapatkan Telur Naga Emas dan Sembilan Cahaya Bola Naga."
"Kenapa Putri Adhika meminta izin padaku ?"
"Anda sangat dekat dengan ketua pembimbing, izinkan aku bertemu dengannya."
Raut wajah Carissa mengerat, dia kejal.
Tak menyangka jika Putri Adhika benar-benar serius untuk bisa menemukan Pulau Tirton yang hanya sebatas legenda fiktif belaka.
"Kamu percaya perkataan Nenek Shu ?" Tanya Carissa.
"Sangat percaya, aku akan melakukan apapun agar tubuhku kembali ke duniaku disana." Adhika berkata penuh keyakinan.
Dia sangat serius ingin menemukan Pulau Tirton.
"Kalau kamu yakin, maka begitupula denganku. Aku harus mengikuti latihan agar bisa menemukan Telur Naga Emas dan Sembilan Cahaya Bola Naga."
Carissa menekadkan bulat untuk ikut membantu pencarian yang mustahil mereka dapatkan.
Tapi dengan keyakinan yang membumbung tinggi bara semangat dari Adhika, yang mustahil pun akan menjadi sebuah kenyataan.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLD
RandomWARNING !! GXG AREA !! FUTA !! Dimensi Dua Dunia Rame ga rame pokonya ramein aja :) HARAP BIJAK SAAT BERKOMENTAR. NO WAR !!