Ketampanan Pangeran Juno sejak beberapa bulan lalu begitu di elu-elukan di Universitas Phobos.
Mahasiswa baru ini menarik perhatian semua orang termasuk Adhika.
Dia heran, kenapa kelas Juno tepat berada di sebelahnya.
Waktu istirahat pun telinganya terasa berdengung, bagaimana tidak jika semua Mahasiswa/Mahasiswi sibuk membicarakan dia dan Juno.
Pangeran mengajak Adhika untuk pergi mencari makan bersama di luar Universitas.
Kehebohan terjadi, banyak yang bilang jika mereka adalah pasangan kekasih yang serasi.
Tapi tak sedikit yang tak terima atas terjalinnya hubungan ini.
Menghela nafas, melirik Juno yang sedang membaca menu makan siang di restoran mahal tak jauh dari universitas.
Keberadaan mereka pun sangat kontras, pengunjung restoran sesekali melihat Juno dan Adhika dengan tatapan kagum.
Merasa risih, "Kak, apa disini tidak ada ruangan khusus bagi kami ?"
Pelayan wanita itu mengerti ucapan Adhika, dia mengangguk.
"Jika Nona berkenan, ada ruangan diatas khusus bagi tamu VIP." Senyumannya merekah.
Pelayan itu sempat oleng memandangi kecantikan Adhika dan ketampanan Juno.
"Kita pindah keatas." Ucapnya telak tanpa persetujuan Pangeran.
Mau tak mau Juno ikut ke ruang VIP, senyum pria itu semakin mengembang karena pasti wanita ini hanya ingin berduaan di tempat sepi.
Pangeran merapikan baju agar lebih percaya diri, bukankah lumrah jika sepasang kekasih saling menggoda di tempat khusus.
Mungkin hanya Juno yang merasa mereka sedang melakukan kencan pertama.
"Kenapa Anda senyum-senyum sendiri ?"
Tak mengerti dengan raut wajah Juno yang aneh.
"Tidak, kenapa memangnya ?" Balik bertanya.
"Ya, sepertinya Anda sedang memikirkan hal menyenangkan." Kata Adhika.
"Ya, kamu membuatku senang." Ucap Pangeran Juno.
Sedangkan Adhika hanya mengendikkan bahu, tak peduli. Perut keroncongan lebih penting dari apapun saat ini.
•••••••••••
Donka bergerak lari menuju taman belakang yang dihiasi kolam ikan, gazebo menjadi tempat bagi para mahasiswa berteduh.
Tapi di jam istirahat seperti ini mereka lebih memilih kantin meskipun harus rela mengantri dan berdesakan.
Tidak untuknya jika harus berkumpul dengan banyak orang dalam satu tempat demi mendapatkan makanan.
Karena sudah 2 hari semenjak direnggutnya keperawanan, 'area itu' masih terasa ngilu dan agak nyeri.
Donka mengira jika Putri Carissa sedang sakit karena sudah 2 hari ini Putri tampak pucat, sesekali memegang perut bawahnya. Mungkin ia sedang period.
Membawa makanan bagi Putri Carissa agar tidak ikut mengantri dan berdesakan mengingat kondisi Tuannya yang tidak baik-baik saja.
Donka menyerahkan bungkusan makanan dari restoran yang disinggahi.
Carissa mulai menyantap makan siang bersama Donka sampai tandas.
"Apa yang kamu dapat dari luar Donka ?" Tanya Carissa tenang sambil menyeruput teh untuk minuman penutup.
"Putri, Ituuu... Putri Adhika si penghianat dan Pangeran Juno mereka pindah ke ruangan khusus, aku tidak dapat memeriksa lebih jauh lagi, tak sembarangan orang bisa masuk."
"Apa ??? Kenapa mereka bersembunyi di ruangan khusus ? Apa mereka berniat saling menggoda. Tak bisa dibiarkan Donka kita susul Adhika."
Carissa cepat meneguk teh sampai tak bersisa, tatapan dan nafasnya memburu, gemuruh di dada tak bisa ia sembunyikan.
Donka melongo, kemana Putri Carissa yang selalu tenang dan tak pernah menunjukkan ekspresi kesal, meski semarah dan semurka apapun.
Lihat, mendengar Adhika yang berduaan di tempat tertutup dengan seorang Pangeran malah membuat raut wajahnya emosi.
Haruskah dia mengingatkan majikannya ini tentang Putri Zhi ? Bukankah dia sangat mencintai Putri Zhi ?!
Jika Carissa menganggap Adhika hanyalah teman, tak mungkin dia bisa semarah ini hanya mendengar teman lainnya sedang berkencan.
Terlebih Adhika itu seorang penghianat kelas berat yang bisa kapan saja mengeksekusi nyawa Carissa sendiri ?!
Apa Doumei tidak tau sesuatu tentang Tuannya ? Kenapa Putri Carissa harus menutupi perasaannya pada Adhika ?
"Tapi Putri Zhi ingin bertemu Anda dia hendak kesini. Penting."
"Kita pergi sekarang ke restoran Adhika berada, aku tidak menerima kunjungan dari siapapun hari ini. Batalkan !!!"
"Baik, Yang Mulia."
Tatapan membara seolah ada api membakar kedua bola mata Putri Carissa, Donka seketika langsung menciut.
Seumur dia menjadi pengawal baru kali ini ia melihat Carissa seseram ini.
Perempuan cantik ini sangat menakutkan saat sedang marah.
Lebih baik dia mencari aman, dan mengikuti kemauan dari Putri Carissa.
******
Keknya bentar lagi tamat deh !!
Akhirnyaaaa....!!!
******
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLD
RandomWARNING !! GXG AREA !! FUTA !! Dimensi Dua Dunia Rame ga rame pokonya ramein aja :) HARAP BIJAK SAAT BERKOMENTAR. NO WAR !!