Di dalam ruangan ada seorang yang masih terbaring tak sadarkan diri.
"Ugh, apa yang terjadi ?" Tanya Adhika.
Tenggorokan dan dadanya terasa nyeri.
"Setelah kuberi obat tidur kamu sama sekali tidak bangun."
"Dimana ini ?"
"Ini Paviliun di sebelah ruang kesehatan khusus bagi rawat inap kamu dipindahkan kesini agar lebih nyaman." Kata Tabib Rey.
Adhika bangkit, namun dilarang. Dia kembali membaringkan tubuh.
"Apa racunnya sudah keluar semua ? Suhu tubuhku sudah agak normal.
Berikan aku pereda nyeri dari tumbuhan anredera cordifol dan kalanchoe pinnata."
Tabib Rey tersenyum mendengar perkataan dari Adhika, bahkan Tabib Joe sudah meracik duluan tumbuhan yang disebutkan barusan untuk mengobati luka dalam.
"Kau sepertinya tau tentang medis."
"Aku dokter." Tabib Joe dan Tabib Rey berpandangan aneh dengan bahasa yang digunakan oleh Adhika.
"Sebaiknya, kamu panggil Putri Zhi atau Putri Carissa kesini beritau jika pasien sudah sadarkan diri." Perintah Tabib Rey yang lebih tua dari Tabib Joe.
"Baik, Ketua."
Tabib Joe segera berlari kebetulan Putri Carissa tidak jauh dari tempat ini.
"Yang Mulia, Adhika sudah siuman." Bisik Tabib Joe.
Putri Carissa dengan tatapan penuh kecemasan, bahagia, riang, menjadi satu. Gadis itu berlari menuju ruang kesehatan secepat kilat bahkan Donka ikut tertinggal jauh bersama Tabib Joe di belakang.
"Kau sudah bangun."
Carissa memeluk erat tubuh Adhika yang sedang terduduk diatas dipan.
Adhika yang kaget tiba-tiba ada orang yang memeluknya hanya bisa diam.
Carissa menangkup pipi Adhika, wajah Adhika masih sangat pucat.
"Kamu tidak sadarkan diri dari kemarin dan kondisi kamu tidak stabil suhu tubuhmu sangat tinggi, tapi syukurlah sekarang kondisi kamu membaik."
Haru Carissa. Matanya berkaca-kaca.
Adhika melepas tangkupan tangan Carissa dipipi, dia beringsut berdiri agak limbung.
Untung tubuhnya di cekal erat oleh Carissa.
"Tabib Rey aku akan istirahat dikamarku saja."
"Tunggu sebentar disini, aku harus meresepkan obat pil untukmu Nona Adhika."
"Iya Tabib."
Setelah cukup lama diam akhirnya Tabib Joe datang menyerahkan obat-obatan.
Carissa membopong Adhika keluar dari Paviliun rawat inap.
••••••••••
Sesampainya di kamar, Adhika berjalan kearah kasur.
"Aku akan mengizinkanmu tidur di ranjangku."
"Tidak perlu."
"Hanya sampai kamu sembuh."
Carissa memaksa, Adhika hanya menurut. Kakinya sudah pegal.
Sedangkan Donka membawa obat-obatan yang harus diminum Adhika nanti.
"Terimakasih karena pertolonganmu Tuan Putriku tidak terluka." Ucap Donka tulus.
"Maaf karena aku juga yang membuatmu hampir sekarat." Carissa menggenggam tangan Adhika.
"Aku ingin istirahat." Mengabaikan penuturan Donka dan Carissa, karena ia sudah tidak kuat menahan tubuh litak-nya.
Adhika langsung merebahkan diri di kasur berbahan kapas dan sutra milik Carissa.
Berbanding jauh dengan kasurnya yang keras dan kasar.
Ia memejamkan mata, berjalan dari ruang kesehatan kesini membuat tenaga lemahnya semakin terkuras.
"Tidurlah yang nyenyak Adhika." Ucap lembut Carissa penuh perhatian.
Donka keluar ruangan meninggalkan Carissa dan Adhika.
Setelah terdengar nafas Adhika yang teratur tanda sudah terlelap.
Carissa ikut naik merebahkan diri disamping, menggenggam lengan Adhika menatap teduh wajah maskulin itu.
Senyum kecil terpatri dibibirnya melihat orang di sisinya sudah mengarungi alam mimpi.
****
Oke alurnya santai aja ya readers
Kalian suka sama ceritanya ga ?Makasih yang udah ngasih vote cerita ini love you lah buat kalian hehe :p
Sehat-sehat ya readers biar Author jadi tambah semangatnya buat lanjutin cerita ;)
****
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO WORLD
RandomWARNING !! GXG AREA !! FUTA !! Dimensi Dua Dunia Rame ga rame pokonya ramein aja :) HARAP BIJAK SAAT BERKOMENTAR. NO WAR !!