TW : DANSA ⚠️ (18++)

1.2K 53 0
                                    

Carissa melirik berkali-kali pada Fei dan Adhika yang terdengar haha-hihi ketika sedang mengerjakan soal.

Putri Zhi menatap Putri Carissa yang lebih banyak diam.

"Putri Carissa nampaknya Anda kurang sehat ? Kita sudahi belajarnya, bagaimana jika dilanjut besok ?"

Carissa mengangguk. Kebetulan Adhika dan Fei sedang membereskan buku-buku mereka. Tanda selesai belajar.

Putri Zhi kemudian memanggil Adhika. Sedangkan Fei pamit duluan.

"Dhika, aku titip Putri Carissa dia tampak tidak sehat." Kata Zhi.

"Ayo !!" Adhika berjalan di samping Putri Carissa.

Putri Zhi berjalan keluar dari kampus menuju suatu tempat. Ia ingin hiburan.

"Kalian dekat ?" Nada dingin Carissa menyentuh pendengaran Adhika.

"Aku dan Fei baru bertemu." Adhika tau kemana arah pembicaraan mereka.

"Maaf aku tidak bermaksud menyinggungmu Putri, tapi aku takut mengganggu dan membebanimu saja,

lebih baik fokus dengan satu-satu saja bukan ?"

"Bilang saja kau ingin dengan Fei tak usah beralasan." Carissa berjalan agak cepat.

"Pelan-pelan jalanmu." Adhika menyatukan jari-jari dia dan Putri Carissa.

Tak ada yang mau melepas tautan diantara mereka.

Carissa sedikit meluluh ketika mereka saling bergandengan tangan.

Sedangkan Adhika sudah terbiasa, sudah lumrah, ia dan sahabatnya pun di jerman kerap kali bersentuhan fisik terkadang bergandengan tangan.

Sesudahnya dikamar mereka menutup pintu.

Adhika jahil menyalakan radio memperdengarkan musik dansa.

Awalnya Yuandra merasa aneh di dunia lain yang antah berantah di zaman kuno ini sudah terdapat radio, di dunia nyatanya dulu radio baru ditemukan sekitar akhir abad ke-19 atau tahun 1890-an.

Bahkan ia tidak tau ada peradaban kuno dan Yuandra yakin negara milik Adhika hanya ada di planet lain bukan planet BUMI.

Tapi yasudahlah, dia pun tak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah menerima nasibnya di negeri asing. Sebaik mungkin dia harus bertahan di era semi kuno ini.

Kembali ke topik, tangan Carissa di genggam erat kemudian ditarik oleh Adhika.

Hingga Putri Carissa menjatuhkan buku-buku ditangannya.

Dia membawa sebelah tangan Carissa ke pundaknya, lalu sebelah tangan Adhika disematkan dipinggang ramping Carissa.

"Menarilah kawan." Senyum seringai di wajah Adhika puas menjahili seorang Putri Mahkota.

Mereka menari berliuk-liuk, memutar tubuh bagai tarian balet.

Berkali-kali Adhika menerbangkan Carissa ke udara.

Tatapan mereka intens. Lagu berakhir, Adhika menghentikan gerakan.

Menyatukan kening diantara keduanya. Sama-sama memejamkan mata.

Adhika menjauh, "Cukup untuk hari ini. Aku akan meneruskan lagi besok Putri tak keberatan ?"

Tak ada jawaban.

"Aku akan mengajak Fei saja berdansa besok."

"Jangan coba-coba." Pekik Carissa.

"Aku lelah, kita lanjutkan saja besok." Ucap Putri Carissa sambil berlalu kedalam kamar.

Adhika tersenyum mesem. Tak tau saja jika Putri Carissa sudah memerah padam, ia malu.

••••••••

Adhika POV.

Disusulnya Putri Carissa ke dalam kamar mereka, "Putri !!" Panggilku lembut.

Pelukan dari belakang membuat hidungku mencium harum wewangian bunga di tubuh Putri Carissa.

Entah kenapa aku terbawa suasana saat berdansa dengannya, selangkanganku sesak dibawah.

Kusingkirkan rambut Carissa yang menjuntai ke sisi lain, ku cium dan gigit kecil lehernya.

Dia mendesah, "Aku tidak bisa menahan lagi maukah kamu berdansa denganku diatas ranjang ?"

Suaraku serak menahan gairah, kucium Carissa dari belakang, melakukan french kiss.

Kami bergulat lidah dan bibir, tanganku bergerilya di atas gundukan gunung kembarnya.

Kami terdorong sampai ke ranjang carissa, dia jatuh kebawah, aku lanjutkan ciuman panas kami diatasnya.

Dia mengerang saat ku ciumi leher, ku buka semua pakaian kami secepat mungkin. karena dilanda mabuk asmara.

Ku pelintir puting miliknya sesekali ku jilat bergantian kedua payudara Carissa.

"Ehhmmm ahhh.." lenguh pelan dia menikmati sentuhanku.

Ku tatap iris mata Purple miliknya beradu pandang.

Mata Carissa memanas seolah gelora api asmara sedang membakar seluruh tubuhnya yang terbalut indah.

Sungguh luar biasa aku bisa menjamah dan merasakan kulit halusnya bagai kulit bayi, sangat lembut.

Dia memegang sesuatu di selangkanganku, benda panjang yang sudah berdiri melihat tubuh telanjangnya.

Bingung, selama ingatan Adhika tak sekalipun ia bernafsu pada perempuan, ia pikir dia benar-benar menjadi perempuan karena penisnya tidak bisa hidup sama sekali.

Tapi kini, melihat seorang Putri Mahkota yang memiliki rupa indah, jati diri Adhika layak dipertanyakan.

Kembali kucium mesra bibir gadis dibawah kendaliku ini.

Kami saling merenggut kenikmatan tiada tara.

Dia beralih mengulum benda keras di selangkanganku, kami melakukan oral seks.

Dimana hanya sampai batas saling menjilati kemaluan masing-masing, bermain dengan lidah dan mulut untuk mencapai ejakulasi dan masturbasi.

"Arrggghhhh...sayangg.." erangku saat cairan kental putih keluar dari batang kemaluanku.

Aku tergesa langsung melebarkan selangkangan Carissa, vaginanya kukecap, jilat, dan gigit secara rakus hingga dia tak tahan serta ikut mengeluarkan cairan cintanya.

Saling melempar senyum diatas ranjang, berciuman lembut tanda berakhirnya aktivitas cukup panas diantara kami berdua.

******

Waduh 😳

******

TWO WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang