🐇🐇🐇
Aku dan Juna langsung berdiri menyambut Kakek itu. Juna yang tadinya tertunduk sedih, kini kembali bersemangat. Seakan harapan ada di hadapannya saat ini. "Kek? Kakek ke mana aja?" tanyaku pada Kakek.
"Seperti biasa, Nak. Menjual kelinci," jawab Kekek dengan nada pelan. Ia lalu duduk di bangku halte.
"Kek, katakan sekarang. Kakek tahu, kan, bagaimana caranya aku bisa pulang ke duniaku? Aku berada di dunia ini dalam wujud kelinci dan kau yang merawatku. Pasti kau tahu jawaban dari pertanyaanku itu, kan?" tanya Juna yang terkesan seperti memaksa sang Kakek untuk menjawab.
Kakek itu bukannya menjawab, ia malah terkekeh dengan mudahnya. "Ahaha ... kau tahu kenapa kau terbuang dari duniamu, Juna?" tanyanya. Aku malah merinding mendengar suara tawanya yang terdengar seperti tokoh antagonis di film-film. "Karena kau malah memilih mencintai gadis desa dari pada seorang Puteri dari kerajaan seberang yang telah dipilihkan oleh ayahmu."
Juna tampak kebingungan. "Bagaimana kau bisa tahu, hah?!" bentaknya pada Kakek.
"Aku tahu segalanya. Jika kau ingin pulang ke duniamu, ajak gadis ini," tunjuknya padaku. Hei, kenapa aku? Aku padahal diam sedari tadi! "Hanya dia yang bisa membuatmu kembali ke duniamu."
Aku kebingungan sendiri setelah laki-laki tua itu menunjukku. Juna menatap padaku dan kami berdua terlihat sama-sama bingung. Kakek tadi berdiri dari duduknya lalu berjalan dan berhenti di hadapanku. "Nak, kau mau, kan, membantu Juna? Tapi kau harus masuk ke dunia Juna. Kau punya waktu untuk memikirkan ini sampai esok. Besok malam, temui aku di sini," ucap Kakek itu lalu menghilang secepat kedipan mata.
Sial, mengapa aku harus terjebak dalam situasi begini? Terjebak dengan laki-laki dari dunia yang bahkan aku tak tahu jika dunianya betulan ada. Setelah kepergian Kakek tadi, Juna kembali duduk dan tertunduk lemas. "Shana, kau ... mau?" tanyanya pelan.
Aku menatapnya lalu menggelengkan kepala. "Nggak. Gue saranin lo tinggal di dunia ini aja, Jun. Gue punya dunia sendiri. Dunia kita beda. Banyak yang perlu gue capai di dunia ini. Ayo kita pulang," ucapku lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan Juna yang masih duduk memikirkan nasibnya.
Di jalanan yang sepi, sepanjang jalan aku dan Juna hanya saling diam. Tak ada satu pun di antara kami yang ingin memulai pembicaraan. "Jun ...," panggilku.
"Ya?" sahutnya cepat.
"Nanti masakin lagi, ya? Masakan lo enak," ucapku untuk menghiburnya. Ia sedari tadi terlihat murung. Namun, Juna hanya mengangguk. Tidak merespon menggunakan sepatah kata pun.
Sampai di rumah, Juna langsung duduk di kursi dapur. "Jun, lo masak dulu aja, ya? Gue mau siapin kamar buat lo dulu. Nggak mungkin kita tidur ba-"
"Ah, jadi kau berharap kita tidur bersama? Begitu?" tanyanya yang memotong kalimatku. Hei, apa maksudnya barusan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasy[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...