Ternyata kelamaan nunggu 10k, baru up lagi😔, karena tangan aku gatel yaudah aku up lagi, deh. Jangan lupa baca, ya! 😋
Hanya manusia yang tidak luput dari typo, tandai jika ada ‼️
Jangan lupa vote komen jugaa, anggep aja bayar parkir ✨🤍
.
.🐇🐇🐇
Setelah adegan sembur menyembur tadi, aku dan Juna jadi saling diam. Jangan salahkan aku, itu kan salah dia. Siapa suruh mengerjaiku!
Selesai makan, aku hanya diam dan duduk di tepi sungai sembari bermain air. Entah Juna sedang apa, aku pun tak tahu. "Ayo, pulang." Juna tiba-tiba duduk di sampingku. Aku masih enggan menoleh padanya. "Hei, aku berbicara denganmu," lanjutnya.
"Oh ... aku kira kau berbicara dengan batu, atau mungkin ranting," jawabku sembari menahan tawa. Aku yakin, dia sekarang sangat kesal, mungkin darah di tubuhnya sedang mendidih.
Aku mendengarnya menghembuskan napas kasar, seolah ingin mengendalikan emosinya. "Ayolah, apa kau tidak ingin pulang? Ya, sudah kalau tidak mau. Aku akan pulang sendiri, biarkan saja kalau kau nanti jadi santapan makan siang seriga-"
Aku segera berdiri sebelum Juna menyelesaikan kalimatnya itu. Aku tidak takut ditinggal olehnya, loh, ya! Aku hanya langsung merinding saat dia mengatakan hewan buas itu. Dicatat, ya! Aku hanya takut hewan buas, bukan takut ditinggalkan Juna. Garis bawahi kalah perlu!
"Aku tahu kau takut," ucapnya dengan penuh kesadaran itu. Cih, tidak, ya! Asal dia tahu saja! "Naik." Juna lalu berjongkok di depanku, membuatku sedikit bingung.
"Kau ini kenapa? Aku bisa berjalan sendiri," jawabku dengan tegas.
"Aku tahu kau bisa berjalan sendiri, tapi aku tidak mau istriku merasa kelelahan. Naik, atau aku tinggalkan kau di sini!"
Mendengar itu aku langsung naik ke punggung Juna. Dasar, mengancam terus bisanya!
Aku menyusuri hutan yang sangat lebat ini di gendongan Juna. Heran, apakah pihak kerajaan tidak ada yang berinisiatif memberikan kuda untuk kami? Atau ... minimal kuda yang semalam kami tunggangi kembali ke sini. Berharap apa aku? Semesta, kan, memang sering mempermainkanku.
***
"Shana, bangun!"
"Awh!" Aku berteriak dengan kencang saat tubuhku tiba-tiba dibanting ke kasur. Tidak sakit, sih, hanya saja aku terkejut. Tengah tidur pulas tiba-tiba dibanting. Arg, Juna!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasy[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...