🐇37. Rencana Pertemuan

143 10 81
                                    

Yuhuuu! Akhirnya bisa kembali update. Update-nya di malam takbiran, nih, wakakak

Selamat idul Adha 1445 H, teman-teman✨🐐🐑

Cus, baca! Ada typo tolong ditandai, ya ~

Cus, baca! Ada typo tolong ditandai, ya ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐇🐇🐇

Setelah saling melotot, karena panik mendengar suara Juna, Wulan segera masuk lagi ke dalam cermin yang retak itu. Aku tahu, dia pasti panik karena suara Juna yang tiba-tiba memanggil ini.

Perlahan cermin itu bercahaya putih yang sangat menyilaukan setelah Wulan masuk ke dalamnya. Perlahan juga cahayanya meredup seketika saat Wulan sudah tidak ada lagi di pantulan cermin. Itu artinya, Wulan bisa ditemui nanti lagi untuk membahas rencana kami selanjutnya. Tadi kami terlalu asyik membahas asal-usulnya.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkannya sosok Juna yang mengenakan baju tidurnya dengan rambut acak-acakan, tetapi masih terlihat rapi itu memandangiku yang sedang duduk di lantai. Aku harap dia tidak melihat apa pun yang terjadi barusan. "Kau bicara dengan siapa, Shana?" tanya Juna celingukan.

Aku bingung harus jawab apa. Pasti Juna mendengar suara dua orang, meski suaraku dan Wulan itu sama persis.

Lagian, aku heran sekali kenapa wajah dan suara kami sangatlah mirip? Yang berbeda hanya di bagian warna rambut dan baju saja. "Aku ... sedang bernyanyi tadi. Y-ya, hanya saja lirik lagu yang aku nyanyikan itu aku buat seperti dialog. Jadi terdengar seperti berbicara." Aku hanya bisa nyengir, karena baru saja mengatakan alasan tak masuk akal itu.

Bodoh, mana mungkin Juna bisa percaya begitu saja dengan alasan konyol ini. Sekarang dia terlihat menyipitkan matanya. Mata Juna menyusuri semua sisi kamar mandi. Dia pasti mencari keanehan lain, karena jawaban yang aku berikan memang sangat aneh. "Ya, sudah kembali tidur."

Juna kemudian keluar terlebih dulu dari kamar mandi. Huf ... aku bisa menghembuskan napas lega sekarang.

Saat aku keluar dari kamar mandi, kukira Juna sudah balik ke perpustakaannya dan tidur. Nyatanya, dia malah enak-enak tidur di ranjangku. Terlihat sangat nyenyak pula. "Juna bangun! Kembalilah ke kamarmu!" Aku menggoyangkan tubuh Juna agar ia mau bangun. Nyatanya, bergerak pun tidak. "JUNN ...!" Aku gantian memukul tubuhnya menggunakan guling.

"Awh! Sakit, Shana. Kau ini kekerasan dalam rumah tangga," ucapnya berasa orang paling tersakiti di dunia.

"Maka dari itu bangunlah dan pindah ke kamarmu sana. Aku juga ingin tidur!"

"Tinggal tidur di sini apa susahnya?" Dia menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong di sebelahnya. Bukannya apa, hanya takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Kalian tahu, kan, yang aku maksud?

"Kau gila! Sudah sana, keluar. Jangan banyak drama, aku sudah ngantuk." Aku memajukan bibirku karena kesal dengan Juna.

"Hahah ... aku hanya bercanda. Oh, iya, besok kita wajib datang ke acara minum teh kerajaan."

Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang