Halo, apa kabar? ada yang kangen Juna?!
Absen dulu di sini 👉
(Kalo ga absen, updetnya bakalan makin lama, hehe ngancem nih)😔Maaf ya karena menghilang se-lamaaaa ituuu! Doain cerita ini tamat akhir Agustus nanti aamiin.
Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen, ya! 💙
tandai kalau ada typo‼️
🐇🐇🐇
Kami berangkat menunggangi kuda coklat milik Juna. Kata Juna, kalau menunggang kuda akan lebih cepat daripada menaiki kereta kuda. Padahal, naik kuda langsung itu membuat pinggangku pegal. Kalau di kereta kuda, kan, bisa sambil tidur di perjalanan. Kalau dipikir-pikir memang alasan Juna masuk akal. Atau mungkin alasan lainnya karena ia ingin dekat-dekat denganku?
"Shana, tanyakan pada Wulan, apakah masih jauh?" Aku awalnya sedang mengantuk karena perjalanan yang cukup jauh dan panas di siang hari ini. Malah tiba-tiba Juna mengagetkanku dengan pertanyaan semacam itu. Terpaksa aku harus merogoh kantong celanaku untuk mengeluarkan cermin kecil tempat Wulan bersembunyi.
"Kita berhenti dulu di bawah pohon itu," tinjuku ke salah satu pohon besar yang tidak jauh dari kami. Juna menuruti perintahku, ia menepikan kudanya ke pinggir jalan dan berhenti di bawah pohon yang aku tunjuk tadi. "Wulan ...?" Aku memanggil gadis itu. Dengan sekejap Wulan muncul di cermin yang aku pegang.
"Ya?" tanya Wulan.
"Apa masih jauh? Juna ternyata tidak begitu hapal jalan menuju desamu."
"Kau lihat bukit di depan?" tanya Wulan. Sontak aku langsung melihat sebuah bukit yang jaraknya cukup jauh. Bukit itu tampak kecil dari sini. Aku mengangguk kemudian. "Desa Penyihir ada di balik bukit itu. Eum ... jika kalian menunggang kuda dengan kecepatan tinggi, maka akan cepat sampai. Warga desa lebih sering beraktivitas di malam hari. Jadi akan pas jika kalian sampai di malam hari."
Aku menelan saliva cukup cepat. Bukit di depan kami sangat jauh, mungkin pinggangku akan patah jika terlalu lama duduk di atas kuda. Lagipula kenapa desa penyihir itu jauh sekali, sih? "Terima kasih, Wulan. Kami akan lanjutkan perjalanan lagi." Wulan menghilang setelah aku mengucapkan itu.
Anehnya, Juna hanya diam saja sejak tadi saat aku berbicara dengan Wulan. "Jun? Kenapa hanya diam saja? Kau dengar, kan, jawaban dari Wulan?" Aku menoleh ke belakang, sialnya hidung kami hampir bersentuhan. Semuanya sangat dekat!
Buru-buru aku menjauhkan wajahku dari Juna. Enak saja, itu kesempatan emas untuknya! "Aku sengaja tidak memperlihatkan diri pada Wulan. Aku tidak mau kau cemburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasi[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...