🐇46. Perlahan Terungkap

87 12 11
                                    

Guys, sudah siap belum kalau cerita ini tamat? Jujur, aku belum karena cerita ini berkesan banget!😭

Tapi, ya, gimana? Kita harus sampai di titik 'selesai'.

Baca part ini dengan sepenuh hati ya biar ngga pusing, karena agak belibet hehehe, enjoy!

Jangan lupa vote komen ya, anggap aja bayar parkir ke lapak ini!

Oiya, part selanjutnya akan aku up kalau part ini udah 40 mata 😽🤏

🐇 Happy reading 🐇

🐇 Happy reading 🐇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐇🐇🐇

Kami sampai di istana sudah agak sore. Mengingat jarak dari pasar ke istana Juna lumayan jauh. Tadi juga sempat hujan, jadi tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Kata Juna kasihan kudanya nanti bisa sakit kalau hujan-hujanan. Ya, sudah akhirnya aku menurut dan kami sempat berteduh di sebuah gubuk.

Aku baru saja selesai mandi. Wulan belum mengetahui kalau aku dan Juna sudah mendapatkan kitab itu. Kalau dia tahu, pasti dia senang sekali karena sebentar lagi dia akan keluar dari cermin ini. Aku sekarang berbaring di ranjang sembari memegang cermin tempat Wulan bersembunyi. "Wulan!" Aku baru sekali berteriak, Wulan sudah langsung muncul. Tumben ia cepat.

"Apa?" tanyanya dengan nada lemas. Seperti tidak pernah makan saja. Ah, atau dia sedang merana karena rindu dengan Van?

"Coba lihat ini!" Aku kemudian mengarahkan cermin itu pada meja kecil yang terletak di samping ranjangku. Seketika ekspresi wajah Wulan berubah, dia tersenyum sangat lebar.

"Wah! Hebat kau bisa menemukan kitab kuno itu, ayo, segera buka lalu kita lihat cara agar aku keluar dari sini. Aku sudah tidak sabar, Shana." Wulan memohon dengan sangat padaku. Aku berpikir sejenak, karena kata Juna nanti kami akan baca bersama.

"Tadi Juna bilang jika kita harus membaca itu bersama-sama. Juna sekarang mungkin sedang mandi. Tapi sudah dari tadi, sih. Mungkin sekarang dia sudah selesai. Ayo, kita ke sana saja." Aku kemudian bangun dan meraih kitab kuno itu dari meja.

Aku lalu membawa kitab itu juga cermin Wulan ke kamar yang ada di sebelahku, yakni ruang perpustakaan yang Juna tempati. Bukannya memberi tahuku jika dia sudah selesai, malah ia asyik menata buku-buku di rak. Astaga, tahu begini aku ke sini saja sejak tadi. "Jun? Aku masuk, ya?" Aku mengetuk pintu agar Juna tahu aku masuk.

"Sini, duduk." Juna menata dua kursi yang ada di dekat jendela terbuka yang di sampingnya ada meja. Dia lalu duduk terlebih dulu di salah satu kursi.

Aku lalu menaruh kitab kuno tadi ke atas meja. "Ini, kita baca bersama." Aku mulai membuka buku itu, tetapi agak sulit karena sangat sampulnya kaku. Kitab yang memiliki kertas berwarna biru muda ini berisi tulisan kecil yang berwarna kuning emas. Jadi harus menyipitkan mata untuk membacanya.

Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang