🐇🐇🐇
Sekarang kami sudah menaiki kereta kuda untuk menuju danau yang kemarin. Melewati hutan cukup lama juga sebuah desa kecil yang Juna bilang ini adalah desa tempat tinggal Rosalind.
"Kau tak mau mengunjungi kekasihmu, Jun?" tanyaku saat Juna sedang fokus mengendalikan kereta kuda.
"Dia sudah menikah dengan laki-laki lain. Untuk apa aku memikirkannya lagi?" tanya Juna. Dia ini kebiasaan sekali jika ditanya malah berbalik menanyai. Juna terlihat sudah pasrah jika dilihat jadi jawabannya. Ya, mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga menunggu Rosalind menjanda atau merusak rumah tangga orang.
..."Na, bangunlah. Sudah sampai." Sebuah tangan seolah menepuk pelan pipiku. Aku meregangkan tubuhku lalu menguap lebar-lebar. Astaga, perjalanan yang sangat lama ini membuatku tak jenuh sampai-sampai tertidur. "Hei, kau makan apa, hah?! Mulutmu bau bangkai!" teriak Juna sambil menutupi hidungnya. Memangnya sebau itu?
"Sejak kapan mulutmu itu pedas seperti Hans?!" tanyaku. "Menyingkiri dariku!" Aku segera mendorong tubuh Juna yang ada di depanku. Otomatis ia terpental keluar dari kereta kuda. Aku pun ikut keluar dan ternyata benar, kami sudah sampai di danau.
"Lihat? Danau yang kau mau. Segeralah masuk," titah Juna. Melihat danau yang airnya hijau dan tenang ini malah membuatku takut. Padahal, dari kemarin-kemarin ini adalah saat-saat yang aku mau. "Shana? Kenapa hanya diam? Kau berencana tinggal di sini saja, begitu?" ucapnya menatapku.
"Apa yang kau katakan? Sudah jelas aku ingin sekali pulang ke duniaku. Bahkan, nanti aku akan membeli banyak kelinci lagi agar aku tak kesepian," ucapku lalu berjalan mendekati danau itu. Berdiri di antara batu-batu licin yang ada di pinggiran danau. Jaraknya sangat tinggi, membuat aku yang phobia ketinggian jadi pusing. "Selamat tinggal, Juna. Sampai bertemu di lain waktu," ucapku lalu benar-benar melompat ke danau meski keberanian setipis tisu.
"Shana ...!" Sayup-sayup aku mendengar teriakan Juna memanggil namaku. Seperti saat itu, aku memilih untuk tidak berenang dan membiarkan badanku tenggelam hingga dasar danau. Dalam hatiku, aku terus berdoa agar nanti setelah sadar, aku benar-benar sudah ada di duniaku.
Napasku semakin habis, tetapi kesadaranku belum hilang sepenuhnya. Aku masih bisa mendengar suara buih air. Dengan cepat, kesadaranku seolah makin memudar serta mata yang terpejam erat. Hanya bintang-bintang kecil yang ada dalam pandanganku sekarang.
..."Shana, bangun!" Suara berat dari seorang lelaki serta tangannya yang mengguncang pundakku terasa sangat nyata.
Aku yang tadinya terpejam dengan badan terbaring di rerumputan langsung terbangun duduk. Dengan cepat aku menyemburkan banyak air dari mulutku lalu batuk karena tersedak. "Ukhuk-ukhuk ...."
Seorang pria yang belum aku lihat wajahnya terlihat memegangi punggungku. Lalu mengarahkanku yang sedang lemas untuk bersandar di dadanya. Berapa terkejutnya setelah aku mendongakkan wajah, ternyata yang kupinjam dadanya untuk bersandar adalah ... Juna!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasi[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...