Sengaja double up biar kalian bacanya ga nanggung. Argh, sampai juga di part akhir!
Karena ini part terakhir, jangan lupa vote+ komen sebanyak-banyaknya, ya!
Kuat-kuatin hati baca part ini hehehe. happy reading!
🐇🐇🐇
Setelah membaca surat dari Juna, apakah pikiranku bisa tenang? Tentu saja tidak. Malah makin berisik dan bergemuruh seperti ombak di pantai. Pasalnya, apa aku siap mengucapkan kata pamit pada Ibu dan Wulan? Mereka adalah keluargaku yang bertahun-tahun hilang, baru saja beberapa hari aku tahu jika mereka keluargaku, kenapa sudah ada kata perpisahan?
Walaupun berat, ini harus aku lakukan. Nanti, setelah pendidikanku selesai, aku akan kembali menjemput Ibu dan Wulan untuk tinggal di duniaku.
Sore ini Ibu dan Wulan sedang berkebun di halaman belakang. Aku kira penyihir itu hanya memakan hewan yang aneh seperti serigala, ular, kadal, dan sejenisnya juga membuat ramuan-ramuan aneh yang dicampur dengan bahan-bahan yang aneh juga seperti di film-film. Nyatanya aku salah. Ibu dan Wulan tengah berkebun untuk menanam sayuran. Karena katanya, membeli sayuran itu harus ekstra hati-hati. Ketahuan jika kau penyihir, maka para pedagang di pasar akan memburu mereka. Begitu sengitnya permusuhan antara mereka.
Aku kemudian berjalan ke halaman belakang. Sinar matahari perlahan meredup karena sebentar lagi malam tiba. Ibu dan Wulan juga aku lihat sudah mengemasi alat-alat berkebun mereka. Aku menyiapkan hatiku yang ragu untuk mengatakan ini ke mereka. Aku harap mereka kuat mendengar keputusanku. "Shana, sedang apa, Nak? Kau terlambat kalau ingin membantu. Besok kalau berkebun lagi, kau harus ikut," kata Ibu dengan semangat menyapaku yang memperhatikan mereka.
"Iya, Shana, berkebun itu sangat menyenangkan. Tak kalah seru dari belajar sihir!" ucap Wulan tak kalah bersemangat.
"A-aku ... sebenarnya ingin mengatakan suatu hal pada kalian. Bisa kita bicara, Ibu, Wulan?" tanyaku sangat hati-hati. Ibu dan Wulan saling lihat-lihatan seakan bertanya-tanya.
"Boleh. Kalau begitu, kita bicara di ruang makan saja, ya. Ibu dan Wulan akan bersiap dulu membersihkan badan." Ibu tersenyum dan mengelus pundakku sebelum benar-benar pergi. Sedangkan Wulan masih di sini, menatapku dengan tatapan curiga.
"Kau tak tak akan bertindak aneh-aneh, kan, Shana?" tanya Wulan.
"Tidak. Sudah, sana, cepat berganti baju. Kau bau matahari!" Aku mendorong Wulan dengan pelan agar ia cepat masuk ke kamarnya. Wulan tertawa mendengar ejekan yang aku lontarkan barusan padanya. Ia kemudian benar-benar masuk ke kamar.
Dengan cepat aku segera menuju ruang makan dan menunggu mereka. Berulang kali aku meyakinkan diri agar berani mengatakan ini pada Ibu. Pasti sangat berat jika baru bertemu anaknya yang hilang selama bertahun-tahun, setelah bertemu malah disuguhkan dengan perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasía[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...