🐇43. Rumah Kerucut dan Kenangan

80 10 5
                                    

Hai-hai, aku up lagi wkwk. kecepatan ga? 😭 Jangan bosen yaa wkwkwk

Taruh komentar di part ini, dong, biar aku semangat up nya!

Happy reading 🐇

Happy reading 🐇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐇🐇🐇

Aku mendorong wanita itu. Dia bukanlah ibuku! Dia ibunya Wulan, bukan ibuku. Enak saja mengaku-ngaku sebagai ibuku. "Kau bicara apa, Nyonya? Aku bukanlah putrimu!"

"Tenang dulu ...." Wanita tua itu kemudian mundur, sedikit menjauhiku beberapa langkah. "Kalian mau ke desa penyihir, kan? Mari, ikuti aku." Wanita itu menjauh, kemudian ia naik ke sapu terbang miliknya. Dia juga memerintahkan beberapa laki-laki tadi untuk mengikutinya. Mereka terbang duluan menaiki sapu itu dan menuruni bukit.

"Bagaimana, Jun? Apa kita harus ikut mereka? Bagaimana jika kita dijadikan tumbal?" tanyaku pada Juna. Dia diam seperti sedang berpikir.

"Mungkin kita ikuti saja mereka. Toh, tujuan kita juga ke desa penyihir. Siapa tahu ada petunjuk tentang kitab kuno itu di sana."

Boleh juga ide Juna. Dijadikan tumbal atau tidak, itu urusan nanti, yang terpenting sekarang adalah mengorek informasi tentang si pencuri kitab kuno bangsa penyihir itu dulu. Kalau kami tahu pelakunya, akan langsung kami rebut itu dari tangan si pencuri.

Aku mengangguk, kemudian naik ke atas sapu terlebih dulu dan Juna pun ikut naik. Lagi, Juna memelukku erat saat terbang menuruni bukit. Aku baru ingat kalau Juna pernah bilang jika ia takut ketinggian. Itu sebabnya Juna hanya diam sembari memelukku. Mungkin dia memejamkan mata sekarang karena takut.

Sapu terbang membawa kami turun menuruni bukit ini. Semakin dekat dengan desa yang diselimuti kabut, sinar dari obor-obor itu mulai terlihat terang. Para bangsa penyihir dan ibu Wulan tadi turun, begitu juga sapu yang aku tunggangi dengan Juna.

Kami kemudian berhenti di depan sebuah gerbang tinggi. Gerbang yang sangat teras unsur seramnya. Dengan ranting kayu kering dan juga cat pudar yang melapisi gerbang ini.

"Mari." Ibunya Wulan kemudian berjalan duluan. Sedangkan para pria tadi berpencar entah ke mana. Kini yang mengikutinya hanya aku dan Juna.

Kami berjalan memasuki kawasan perumahan yang bisa dibilang rapi. Rumah-rumah di sini berbentuk bangunan tinggi seperti menara dengan atap kerucut. Persis seperti menara tempat tinggal Rapunzel. Hanya saya rumah-rumah di sini sangat berdempetan seperti di komplek saja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang