Kalau ada typo tolong ditandai, ya. Karena ini ngetiknya sambil ngantuk😭
Jangan lupa vote komen!
Happy reading 🐇🐇🐇🐇
"Sudah, jangan menangis. Ada aku, aku suamimu. Mari jadi teman hidup jika kau memutuskan untuk terus berada di sini. Jangan sungkan untuk bertukar pikiran denganku." Juna mendekapku dalam pelukannya, itu membuatku semakin menangis tersedu-sedu.
Aku lelah ... aku rindu semuanya yang ada di duniaku, dan yang terpenting, aku rindu dengan diriku yang dulu.
"Aku yakin, jika waktunya tiba nanti, kau akan berhasil kembali ke duniamu," ucap Juna sembari melepaskan pelukan itu, lalu mengusap air mataku. Aku juga masih punya harapan yang sama, Jun, tetapi mengapa tak ada hal yang bisa membuatku berharap seperti itu saat ini? Yang ada di otakku hanyalah keputusasaan.
"Sebaiknya kau istirahat, Jun. Aku ingin sendirian dulu." Aku segera melepaskan pelukan itu. Aku tak boleh cengeng. Juna pasti akan cemas jika aku terus-terusan menangis. Aku pun menyeka air mataku, karena hidungku juga sudah mulai kesulitan bernapas saking terisaknya.
Juna menatapku, memegangi pipiku. "Apa kau kira aku akan tidur pulas, sedangkan istriku bersedih dan diam sendirian, hmm?" tanyanya. Saat aku sedih, aku sudah biasa berdiam diri untuk menghilangkan kesedihan itu. Aku tak terbiasa dengan hadirnya seseorang yang ingin menghiburku.
"Lalu, kau mau apa?" tanyaku sembari mengusap air mata ini.
"Aku ingin kau bercerita tentang apa-apa saja yang tidak aku ketahui di duniamu. Duniamu sangatlah asyik, bukan?" Juna terlihat bersemangat menanyakan itu padaku.
"Y-ya ... begitulah. Jika asyik, kenapa kau tidak ingin tinggal di sana lebih lama? Kenapa kau malah ingin ke sini, padahal jelas-jelas tidak ada yang menyukai keberadaanmu di sini." Aku berbalik bertanya pada Juna. Namun, dia hanya diam saja. Apa pertanyaanku barusan melukai hatinya?
Bukannya yang kubilang itu adalah fakta, ya? Mulai dari ibunya hingga pada saudaranya tidak ada yang menyukai keberadaan Juna. Hanya Bi Sonya yang bisa dibilang teman Juna satu-satunya.
"Jika nanti aku punya lebih banyak waktu, aku ingin kembali berkunjung ke duniamu. Atau ... mungkin kita bisa menghabiskan masa tua kita di sana. Dengan duduk menikmati matahari pagi dan melihat cucu-cucu kita bermain di halaman rumah. Em ... ya, aku berharap demikian." Juna tersenyum padaku setelah mengatakan itu, membuatku tersenyum juga.
Impian di masa tuanya sangat sederhana. Mungkinkah itu artinya Juna ingin menghabiskan sisa umurnya denganku? Ah, jangan terlalu percaya diri dulu, Shana!
Aku tertawa mendengar perkataan Juna barusan. "Hei, kenapa kau tertawa?" tanya Juna yang terlihat menahan tawanya juga.
"Kau ini lucu. Bagaimana kau bisa berhayal sejauh itu? Dasar!" Aku melanjutkan gelak tawaku. Tanpa sadar, Juna memandangku sangat lama. Aku yang melihat itu jadi berhenti tertawa. "Kenapa memandangku seperti itu?" Apakah ada upil menempel di hidungku, ya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasía[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...