🐇1. Mahasiswa Apes

1K 138 162
                                    

🐇🐇🐇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐇🐇🐇

"Kak, tolonglah, Kak. Saya ngumpulin laron-laron ini semingguan lebih, loh. Ribet juga, tega banget Kakak nggak mau kasih saya nilai." Aku terus merengek pada Kak Hasan-Kakak tingkat pembimbing di kelompokku yang terkenal sangat disiplin.

Beliau terus berjalan tanpa memedulikanku yang terus mengejarnya sedari tadi. "Kan, saya udah bilang minggu lalu, jika terlambat tidak perlu mengumpulkan. Siap-siap saja kamu dapet tugas tambahan dari saya." Ia bersikeras menolak beberapa barang yang ia suruh mencarinya seminggu yang lalu. Ya, memang, sih, deadline-nya itu kemarin. Aku-nya saja yang bandel, mencarinya tadi malam.

Aku berhenti merengek. Ya, sudahlah. Terima nasib saja jika nanti akan mendapat tugas tambahan yang jauh lebih ribet. Sedangkan Kak Hasan sudah berjalan menjauh.

Sebuah tangan mengelus pundakku dari belakang. Dia Mey, teman satu kelasku. "Yang sabar aja, Na. Lagian lo, sih, malah nyarinya mepet banget. Otomatis ditolak sama Kak Hasan."

"Ya, gimana, gue aja pulang kerja jam sembilan malem. Habis itu beres-beres rumah sekitar satu jam. Gimana gue bisa fokus nyari laron kalau badan gue rasanya udah remuk semua." Aku mengembuskan napas pasrah. Lagian tugasnya kenapa sulit sekali, ya? Ada-ada saja, kelompokku disuruh mengumpulkan laron dengan jumlah 101 ekor. Semalaman aku sibuk menghitung jumlah laron hingga totalnya pas. Begitu dapat, malah ditolak.

Biar kuceritakan sedikit tentangku. Aku yatim-piatu sejak kecil. Tinggal di sebuah panti asuhan sampai umur delapan belas tahun. Shana adalah nama singkat yang diberikan Ibu panti padaku. Sejak lulus SMA dua bulan lalu, aku memutuskan untuk tinggal sendiri karena mulai risih dengan keramaian panti. Bekerja sudah jadi rutinitas sehari-hari sambil menunggu kuliahku dimulai. Syukurnya ada ayahnya Mey yang mau menerimaku bekerja part time di kafenya.

Setelah pulang ospek jam tiga sore, aku lanjut berangkat kerja. Pulang pukul sembilan malam lalu sisa waktunya aku gunakan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kakak tingkat. Tak jarang aku sering terlambat mengumpulkan tugas.

"Sabar, ya. Yuk, pulang aja," ajak Mey. Aku saja baru datang. Mey ini sahabatku sejak SMA.

"Lo pulang duluan aja, deh, Mey. Gue masih mau duduk di taman kampus." Ia kemudian mengelus pundakku kemudian tersenyum.

"Hati-hati, ya." Setelah mengucapkan itu, Mey langsung pergi meninggalkanku.

Aku lalu berjalan ke taman kampus. Duduk di sebuah bangku yang ada di bawah pohon. "Udah lo kasih ke Kak Hasan, Na?" Seorang pria tiba-tiba saja datang dan duduk di sebelahku. Dia adalah Rangga, teman sekelompokku.

"Eh, Ga. Tadi, sih udah. Tapi ditolak. Katanya nggak diterima kalau nggak tepat waktu. Sayang banget, kan? Padahal gue udah ngitung ini laron jumlahnya pas 101." Aku menunduk kesal. Jika begini setiap hari, aku bisa terlambat juga mengerjakan tugas yang diberikan.

Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang