Hai hai! Apa kabar?
Finally setelah tujuh purnama, Juna kembali update! Ada yang kangen cerita ini kah? Atau malah sudah dihapus dari perpus kalian?:"(Awalnya aku ingin unpublish cerita ini. Gimana pendapat kalian? Aku rasa ... alurnya mulai acakadut:"(
Yang kangen Juna, komen dong! 🤞Kalau ada typo, mohon ditandai, ya. Happy reading! 🐇
🐇🐇🐇
Tak terasa sinar dari matahari begitu menyilaukanku yang masih menutup mata. Aku merasakan pasir yang menjadi alas tidurku. Ternyata ... setelah aku membuka mata, tanganku ada di atas perut Juna yang juga tertidur di sampingku.
"Kau ini apa-apaan?!" Aku mendorong tubuh Juna hingga ia menggelinding agak jauh dariku. Ia yang tadinya tertidur pulas itu lalu membuka matanya secara perlahan.
"Selamat pagi, istriku ...," ucapnya lalu menguap. Astaga, harusnya semalam aku kembali saja ke istana setelah menerima jam pasir dari kakek itu, bukannya malah tertidur di sini dengan Juna.
Tanpa banyak bicara, aku segera mengambil jam pasir yang terletak di sampingku, lalu berlari ke istana tanpa mengajak Juna. Menyebalkan, sudah dua kali aku bangun tidur dengan keadaan memeluknya. Pasti ini rencana Juna, aku yakin!
"Wah, Nona sudah bangun? Aku melihat Pangeran dan Nona tadi tertidur di pinggir pantai. Aku ingin membangunkan, tetapi kalian tengah tertidur pulas," ucap Bi Sonya yang sedang membersihkan ruang tamu. Hampir saja aku nyelonong masuk jika ia tak berbicara, mana aku tahu jika ia di situ.
"Harusnya bangunkan saja, Bi."
"Pangeran Juna memang dari dulu senang sekali tidur di pinggir pantai. Mungkin, karena suasana malam terlalu sejuk, hingga ia bisa tertidur di sana." Bi Sonya lalu tersenyum. "Persis seperti ibunya dulu yang sangat menyukai laut." Bi Sonya memandang agak lama ke satu titik. Kurasa ia teringat lagi dengan sahabatnya itu.
"Bi, aku ke atas dulu, ya. Permisi." Aku segera berjalan cepat sambil menyembunyikan jam pasir ini agar tak terlihat oleh Bi Sonya. Menaiki satu persatu anak tangga, lalu masuk ke kamar. Aku menaruh jam pasir itu di meja riasku. Memperhatikan sedikit demi sedikit butir pasir yang jatuh ke bawah. Apakah masih ada harapan untukku keluar dari dunia ini? Bahkan, petunjuk pun aku tak punya. Bingung harus memulai dari mana mencari jiwa yang hilang itu.
"Shana? Kau di dalam?" Suara dari Juna itu mengejutkanku. Ia mengetuk pintu yang kukunci rapat-rapat. Aku masih enggan bertemu dengannya karena malu perihal kejadian tadi. "Shana? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu," lanjutnya, membuatku menoleh ke arah pintu kamar yang tertutup.
Dengan menghembuskan napas malas, aku berjalan ke pintu. "Ada apa?" tanyaku malas. Padahal tadi malam kami seperti dua orang yang saling mengenal dan memahami. Namun, lihat saat ini, seperti orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasy[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...