🐇17. Kembali ke Istana

345 34 9
                                    


🐇🐇🐇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐇🐇🐇

Menikah? Bahkan, untuk bernapas pun sekarang aku berat rasanya. Memikirkan bagaimana kuliah yang baru saja akan kutempuh. Salah satu pendidikan yang aku impikan sejak dulu harus musnah begitu saja karena masalah yang tiba-tiba datang ini. Terjebak dengan orang-orang bermulut pedas yang tidak menerimaku dengan baik. Aku harus bagaimana sekarang? Apakah menikah dengan Juna adalah pilihan tepat untuk melanjutkan hidup?

Aku jadi teringat kata-kata Rosalind tadi, ia tegas mengatakan bahwasanya Juna itu laki-laki baik. Memang, aku sudah bisa melihat kebaikannya begitu awal berkenalan. Namun, apa aku layak mendampingi Pangeran sebaik Juna? Ya, walaupun terkadang menyebalkan. Kalau Juna tahu dalam hatiku aku mengatainya baik, mungkin dia akan langsung kepedean.

"Entahlah, Jun. Kenapa tak kau gunakan sihirmu itu untuk memulangkan aku ke duniaku?" Ah, aku baru ingat jika Juna punya sihir. Tahu begini kenapa aku harus melakukan hal bodoh tadi.

"Sihirku hanya bisa dipakai di duniamu, Shana. Aku pun bingung mengapa aku tiba-tiba memiliki sihir. Jika di sini, aku hanyalah manusia biasa. Tanpa sihir. Kau tahu? Di sini hanya penyihir yang mampu menguasai ilmu sihir. Anggota kerajaan dan rakyat biasa tidak diperbolehkan," jawab Juna. Kukira sihir miliknya itu permanen, ternyata hanya musiman.

"Lalu, tunggu apa lagi? Carikan aku tukang sihir agar aku bisa secepatnya pulang."

"Kau kira mudah mencari tukang sihir? Asal kau tahu, Shana, penyihir itu sosok yang jahat dan licik. Tidak sembarang orang bisa selamat jika bertemu salah satu dari mereka. Apa kau mau nantinya dijadikan tumbal?" Ini Juna malah menanyaiku balik.

Dulu sewaktu masih kecil, kukira hidup di dunia dongeng itu menyenangkan, menjadi putri raja yang seharian duduk di singgasana dan kalau apa-apa tinggal tunjuk saja. Nyatanya salah. Siapa pun tolong, aku butuh mesin waktu sekarang!

"Menikahlah denganku, Shana. Dengan begitu kau tak perlu risau memikirkan hidupmu selanjutnya."

"Kau ingin menikahiku demi menutupi perasaanmu pada Rosalind yang tak kunjung usai, kan? Begitu? Come on, Jun, pernikahan itu sakral. Bohong jika kau tidak ingin menikah sekali seumur hidupmu." Bukannya menjawab, Juna malah terkekeh kecil mendengar pertanyaan dariku.

"Apa kau mengira aku tak sungguh-sungguh perihal menikah? Hei, aku ini laki-laki dewasa, bukan bocah yang ingin bermain nikah-nikahan, Shana. Kau hanya tinggal menjawab mau atau tidak, dan semua akan beres. Tak perlu berbelit-belitlah."

Kenapa jadi ia terkesan memaksa? Atau jangan-jangan memang Juna betulan sudah menyukaiku? Tidak, buang jauh-jauh pikiran konyol itu, Shana! "Baik, aku mau. Dengan syarat, kau harus mencari laki-laki tua penjual kelinci itu. Aku yakin dia tahu cara keluar dari dunia ini. Setelah aku tahu caranya pulang, kita berpisah. Setuju?" Baguslah, dengan begini, kehidupanku ke depannya terjamin. Aku tak akan jadi gelandangan.

Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang