🐇19. Lukamu Adalah Lukaku

261 23 9
                                    

Yang nungguin Juna angkat jari ☝️😗

Selamat menjalankan ibadah puasa ramadan 1445H bagi teman-teman sesama muslim. Semangat puasanya!💗🌛

🐇🐇🐇

Setelah selesai acara pengucapan janji suci pernikahan tadi, aku lanjut menyantap hidangan yang ada di pesta ini. Lumayan banyak sekali kue dan makanan enak lainnya. Persetan dengan gambar akar menyala di tanganku tadi, akar menyala itu kini sudah redup. Nanti coba akan kutanyakan pada Juna apa fungsinya. Sekarang mari fokus mengisi perut terlebih dulu. Urusan perut itu nomor satu!

"Shana, kita harus segera pergi dari sini." Juna tiba-tiba menarik lenganku saat aku hendak menaruh ayam itu ke piringku. Untung saja aku tidak kaget dan langsung menamparnya.

"Kenapa, sih, Jun? Kau tidak lihat jika aku sedang mengambil makanan, hah? Apa kau tidak kasihan pada perutku yang minta diisi ini?" Aku bertanya pada Juna. Ia malah terlihat panik seperti akan ada sesuatu yang datang. Terlihat Juna sesekali melirik jauh ke hutan sana.

"Ayo, kita tak punya banyak waktu!" teriak Juna. Aku yang tak tahu apa-apa hanya bisa menurutnya. Menaruh piring dan segera ikut Juna berlari. Terlihat orang-orang yang mengunjungi pesta pun ikut berlari tunggang langgang. Mereka seperti panik dan ingin menyelamatkan diri masing-masing. Apakah ada gempa bumi?

Kami menaiki kuda berwana cokelat. Sedangkan orang-orang di pesta tadi sudah menghilang entah ke mana. Dengan cepat Juna melajukan kudanya. Aku hanya bisa memeluknya dari belakang karena takut terjatuh. "Jun! Pelan-pelan!" teriakku pada Juna. Entah ia dengar atau tidak, tetapi kudanya malah berlari semakin cepat. Aku sampai memejamkan mata karena takut jatuh.

"Pengangan yang erat, Shana!" Kuda yang tadinya sudah berlari kencang jadi berhenti mendadak setelah Juna berteriak tadi. Untung saja aku tidak terjungkal ke depan.

Kami mematung sejenak karena di depan kami ada sekumpulan orang yang jumlahnya lumayan banyak, mungkin ada sekitar sepuluh orang. Mereka turun dari naga yang mereka naikin masing-masing. Aku yang tak percaya langsung mengucek mataku berkali-kali. Itu naga sungguhan?! Wah, aku tak henti-hentinya takjub karena bisa melihat naga sungguhan! Kalau ada handphone, mungkin sudah aku rekam dan aku unggah di sosial media.

Orang-orang yang memakai seperti jubah berwarna hitam serta memakai topi kerucut panjang itu terlihat marah pada kami. Hei, padahal kami tidak menggangu mereka. "Apa yang kalian inginkan, hah?!" tanya Juna pada mereka.

"Kau serahkan saja gadis itu, lalu kami akan membiarkanmu hidup," ucap salah satu pria yang memakai jubah hitam itu. Apakah gadis yang ia maksud itu adalah aku? Tapi ... kenapa mereka menginginkanku?

Juna kemudian turun dari kuda, lalu ia membantuku turun, karena gaun yang kupakai cukup lebar, mungkin jika Juna tak membantu, aku akan sangat kesulitan turun. Eh? Aku baru sadar, kenapa kami malah turun? "Tak akan kubiarkan kalian membawa istriku. Langkahi dulu mayatku!" teriak Juna pada mereka. Juna segera menarik pedang dari sarungnya yang ia bawa tadi.

Behind The Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang