Hanya manusia yang tidak luput dari typo. Tandai jika ada.
Happy reading!🐇🐇🐇
Di sepanjang perjalanan, aku menceritakan tentang pertemuanku dengan Kakek itu. Juna malah hanya terdiam dari tadi. Entah fokus mendengarkan ceritaku atau malah memikirkan yang lain. "Jun, aku dari tadi bercerita, kau malah diam saja," protesku. Aku itu orangnya malas jika sudah bercerita panjang lebar malah lawan bicara tak menanggapi.
"Iya, aku mendengarkanmu," jawab Juna. Aku berhenti bercerita. Toh, Juna juga sudah paham. Tak lama kemudian kami sampai di istana Juna. Anehnya Juna sejak tadi tak banyak bicara. Seperti ada hal yang ia pikirkan. Kurasa ini ada hubungannya dengan pembicaraannya dengan Rosalind tadi. Entah apa yang gadis itu katakan sampai membuat Juna diam seperti ini.
"Bi, ini sayurannya." Aku meletakkan sayuran dan daging itu di meja makan agar segera diolah oleh Bi Sonya. "Bi, aku ingin bertanya lagi," ucapku yang membuat Bi Sonya yang tadinya sedang memotong cabai langsung menoleh padaku.
"Ingin bertanya apa, Nona?" tanyanya.
Aku sebenarnya tak terlalu penasaran, tatapi jika tak ditanyakan yang ada malah nantinya rasa penasaran itu makin menjadi-jadi. "Juna hanya diam sejak pulang dari pasar tadi. Sekarang ia mengurung diri di kamar. Mungkin sedang bersiap-siap untuk acara di Phrysona nanti. Apa Bibi tahu kenapa ia jadi diam begitu?"
Bi Sonya berhenti memotong cabai, ia berjalan menghampiriku yang duduk di kursi meja makan. "Apakah Pangeran Juna tadi bertemu dengan seseorang?" tanya Bi Sonya. Aku segera mengangguk. "Bertemu dengan siapa?" tanyanya lagi.
"Ia bertemu dan berbicara berdua dengan Rosalind, mantan kekasihnya dulu," jawabku enteng, tetapi membuat Bi Sonya terdiam. Loh, kenapa?
"Jangan biarkan mereka bertemu, Nona. Apalagi membicarakan hal yang Nona tak tahu," lanjut Bi Sonya. Padahal, aku pun tak apa, aku juga sudah percaya dengan Rosalind.
"Kenapa? Aku mengenal Rosalind, Bi. Dia itu gadis yang baik. Malah ia mendoakan agar aku berbahagia dengan Juna." Aku tak merasa bersaing sama sekali dengan gadis itu. Toh, dia juga sudah punya suami.
"Entah kenapa perasaanku tak enak, Nona. Nona pun harus berhati-hati dengannya, jangan terlalu percaya."
Aku tertawa mendengar ucapan Bi Sonya barusan. Mana ni mungkin Rosalind membahayakan? Dia saja waktu itu mendukung pernikahanku dan Juna. "Bibi tidak usah khawatir. Sudah, ya, aku akan ke kamar, bersiap-siap untuk acara nanti." Aku kemudian pergi ke kamar meninggalkan Bi Sonya yang melanjutkan aktivitas memasaknya itu.
Sampai di depan pintu kamar, ternyata ada Juna yang berdiri di sana. Entah sedang apa, tetapi ia membawa sebuah kain yang dilipat berwarna merah tua. "Apa itu, Jun?" tanyaku heran.
"Ini ... aku membelikanmu baju untuk dipakai di acara memanah nanti. Karena kurasa, baju ini cocok untuk istriku." Juna memberikan lipatan baju yang belum aku tahu bagaimana modelnya itu. Sepertinya tadi ia tak membeli baju, karena yang ia tenteng hanyalah sayuran. Jadi, kapan ia membelinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Choice [END]
Fantasy[STORY 4] GENRE: FANTASI - ROMANCE Shana adalah mahasiswa yang hidup sebatang kara serta terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil ia hidup di panti asuhan. Sampai akhirnya, menyewa rumah untuk ia tinggali adalah keputusan tepat karena dirinya tak menyuka...