What Kind of Future
Happy Reading
...
Dahulu semasa hidup Ryu pernah sekali merasakan terpergok saat mencontek, dan jujur saja saat itu jantungnya berdebar tak beraturan. Namun, debaran yang dirasakan Ryu saat itu lebih kecil daripada yang saat ini ia rasakan. Jika dibandingkan, yang dulu tidak ada apa-apanya dibanding yang saat ini.
Ini beda. Saking bedanya, Ryu sampai merasakan sedikit nyeri dibagian dadanya.
"Uji yang gue kenal nggak punya tatapan kayak lo. Dan satu lagi, Uji yang gue kenal nggak punya sikap kayak lo gini.." Erza menunjuk sikap yang ditunjukkan oleh Ryu saat ini. Meski ada sakit-sakitnya, alih-alih meringis Ryu malah terlihat seperti orang yang linglung dan ketakutan. Dan Erza tentu tak pernah melihat itu dari teman sebangkunya sebelum ini.
"G-gue cuma mau rubah sikap. Lagian anak Broken Home kayak gue butuh sebuah perubahan. Gue nggak mau terikat masa lalu."
Yap. Masuk akal. Ryu suka jawaban spontan yang keluar dari mulutnya barusan.
"Apa mungkin menghilang seminggu buat ngikut sidang ortu lo bikin lo berubah drastis kayak gini? Gue rasa ini nggak mungkin. Perubahan lo terlalu drastis tau nggak?"
"Ya terus mau lo apa?! Mau lo gue tetep sendirian dan berakhir terpuruk gitu?! Mikir dong! Kalo bener temen gue seenggaknya lo harus dukung apapun keputusan gue, Za. Jangan malah curiga nggak jelas gini!" Ryu mengatur napas setelah mengucapkan pembelaannya barusan.
Sebetulnya mungkin nada suaranya keterlaluan. Tapi kecurigaan Erza tak bisa dibiarkan, apalagi posisi Ryu jelas-jelas terpojok.
"Gue dukung lo kok. Tapi-"
"Kalo bener lo temen gue, lo nggak akan bilang tapi untuk semua yang gue lakuin."
Skak. Erza terdiam setelah mendengar ucapan itu.
Mungkin Erza memang terlalu mengatur Uji itu. Tapi, apa yang terjadi didepannya terlalu membuat Erza kaget. Bagaimana tidak? Kau kehilangan kontak dengan sahabatmu selama seminggu dan menemukan banyak sekali keanehan padanya ketika bertemu. Lebih parahnya, Erza saat itu tak menyangka jika kawannya akan pura-pura tak mengenalinya dan bersikap seolah bukan diri sendiri.
"Oke, gue mungkin salah karena ngatur-ngatur lo dan curiga sama lo. Tapi, gimana dengan lo yang pura-pura nggak kenal gue? Lo ada penjelasan?" tanya Erza.
Detik itu juga Ryu yang tadinya lumayan tersulut emosi langsung diam.
Iya, dia lupa bagian ini. Lagipula kan Uji tak menceritakan apapun tentang manusia di depannya ini, jadi bagaimana mungkin Ryu akan tahu?
"Em, gue ada penjelasan juga kok buat ini. Tapi, lo harus dengerin semuanya sampe selesai tanpa jeda gue. Jadi gimana, Lo mau denger?"
Tanpa banyak berpikir Erza pun mengangguk seraya berkata, "Oke. Gue bakal simak baik-baik."
Mendengar persetujuan Erza barusan Ryu pun mau tak mau harus mulai merangkai kata-kata yang mungkin bisa diterima manusia di depannya itu. Lagipula, mungkin memang sudah seharusnya Ryu meluruskan semua daripada nantinya ia malah kena bukan?
...
"Jadi lo pura-pura nggak kenal gue karena waktu itu kita temenan sembunyi-sembunyi? Beneran cuma karena itu?"
Ryu mengangguk sembari tersenyum canggung.
"Iya. Sengaja aja, biar kita alami kayak temenan lagi dari awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...