What Kind of Future
Happy Reading
...
Tak terasa waktu dengan cepat berlalu. Dihitung-hitung, Ryu sudah genap satu bulan tinggal dengan ketiga teman barunya di kost ini. Semua hal-hal baru yang terjadi di hidup Ryu sudah menjadi hal yang biasa baginya. Bahkan, mungkin Ryu sudah menganggap jika ini adalah 100% kehidupan miliknya?
Tentang rasa sakit yang kini bisa ia rasakan, tentang kesendirian yang telah hilang, tentang tali persahabatan yang terjalin, dan tentang masa lalu yang Ryu lewati dulu. Semua hal itu sudah Ryu terima dan jalani dengan baik.
Selama tinggal di kost ini, Ryu benar-benar dibuat lupa dengan yang namanya kesendirian. Meski Ryu sering merasakan sakit akibat penyakit yang kambuh, setidaknya Ryu bahagia dengan kehidupannya saat ini. Ia juga akhirnya bisa merasakan sekolah lagi setelah sekian lama terkurung dirumah sakit kala dirinya masih berada dalam raga Ryu.
"Oi Ji! Hari ini jam pertama olahraga. Lo mau ikut apa mau ngetem di bawah pohon?" tanya Dikey kala bel masuk berbunyi.
Ryu berpikir sejenak. Sebenarnya ia membawa seragam olahraga, tapi apa mungkin dengan tubuh ini ia bisa melakukan kegiatan yang lumayan berat itu?
"Mau ikut sih Dik, tapi materinya apa? Kalo lari-lari kayaknya skip." ucap Ryu.
"Kalo kata Langit sih materinya basket. Kalo lo mau, bisa kok ikut juga. Tapi asal jangan berlebihan aja."
Ryu terdiam sejenak, namun detik berikutnya Ryu memutuskan untuk ikut ke ruang ganti bersama Dikey dan kawan-kawan.
"Yaudah deh, gue ikut aja."
Suasana panas yang menyengat tak membuat Ryu dan teman-teman sekelasnya berhenti untuk bermain. Walau sekarang mereka bermain asal-asalan karena guru olahraga sudah selesai memberi materi, tapi mereka semua tampak menikmati permainan asal-asalan tersebut.
Beberapa jam pelajaran tidak terasa jika dipakai untuk bermain bebas. Saat ini, kebetulan bel istirahat sudah berbunyi dan hal itu membuat teman-teman sekelas Ryu melenggang pergi menuju ke kantin alih-alih ganti baju terlebih dahulu.
"Dari dulu lo langganan skip olahraga dan menyendiri di bawah pohon, tapi sekalinya olahraga jago banget lo. Salut sama lo Ji!" salah satu teman sekelas Ryu yang kebetulan berpapasan di kantin.
"Wah, gue nggak jago-jago amat juga. Tapi thank's pujiannya." Ryu tersenyum menanggapinya.
Omong-omong semenjak kembali lagi sekolah seminggu yang lalu dirinya memang total mengubah imej Uji dimata semua orang. Ryu sengaja mengatur agar sikap dan sifat aslinya bisa diterima dengan baik. Awalnya mungkin mereka heran sendiri, namun lama kelamaan mereka menerima Uji jenis baru dan bahkan berteman baik dengannya.
Begitu Ryu, Dikey, Langit dan Erza mendapatkan pesanan mereka, keempatnya langsung duduk di meja yang berada di pojok. Meja itu memang sudah menjadi tempat kepemilikan circle Dikey. Awalnya meja itu hanya terisi tiga kursi saja, namun kali ini sudah pas empat kursi karena Ryu sudah ada diantara mereka.
"Habis olahraga nggak sesek Ji? Tadi lo banyak lari-lari loh tanpa lo sadar." Langit bertanya pada Ryu yang saat ini sibuk meniup kuah Baksonya. Oh ya, Langit dan yang lain memang sudah tahu soal penyakit Ryu, dan mereka memang sudah lumayan biasa menanyakan keadaan Ryu seperti sekarang ini.
"Gue rasa sih nggak ada sesek. Lagian habis makan ini minum obat kok, jadi aman lah.." jawab Ryu dengan santainya.
"Ah oke-oke. Bagus kalo nggak apa-apa, gue cuma khawatir aja." ucap Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
Ficción GeneralRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...